SOLOPOS.COM - Unggahan klaim Yahya Waloni soal bisnis Corona. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO -- Sebuah video berisi potongan ceramah seorang mualaf Yahya Waloni beredar di Facebook. Video itu berisi sejumlah klaim sesat mengenai Covid-19 mulai dari masker hingga keberadaan penyintas.

Video berdurasi 16 menit itu diunggah oleh akun Facebook Belajar Islam, Rabu (16/9/2020). Dalam potongan video itu terdapat teks bertuliskan “Ustadz Yahya Waloni Bongkar!! Menduga ada bisnis di b4lik koron4”..” Selain itu, beberapa tanda air juga terlihat bertuliskan “Properti Sarjana Militer” dan “Belajar Islam” disertai logo-logo media sosial.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Yahya sendiri diperkirakan menjadi penceramah dalam tabligh akbar di daerah Indragiri Hulu. Tidak diketahui secara pasti kapan tabligh akbar itu digelar. Dari narasi yang disampaikannya acara itu diperkirakan belum lama ini. Sebab, Yahya menyebutkan ada denda Rp250.000 untuk warga yang tak bermasker.

Solopos.com tak menemukan sebuah video terkait jika dianalisis memakai aplikasi Fake News Debunker by Invid &WeVerify. Video yang sama juga tidak ditemukan dalam channel Sarjana Militer maupun Belajar Islam di Youtube.

Cek Fakta: Lemon Bisa Bunuh Virus Corona? Ini Faktanya

Ceramah Yahya Waloni

Pada bagian awal ceramah, Yahya menuturkan ada sejumlah alasan orang memakai masker yakni percaya corona, takut corona dan cinta kepada corona. Sedangkan, yang tidak memakai masker masuk kategori tidak disiplin dan beriman kepada Covid-19.

Yahya juga menyebut, orang yang tidak memakai masker itu mengikuti ajakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa warga harus berdamai dengan Covid-19.

“Makna filosofis yang terkandung dari kata berdamai begini, ibu-bapak. Saya dulu adalah kafir. Saya beragama kristen. Antum muslim. Dulu kita enggak ketemu. Saya di seberang lautan di pulau Papua bertugas sebagai rektor di sana. Ibu bapakku tinggal di Kabupaten Riau. Jauh jaraknya enggak pernah tegur sapa. Enggak pernah bertemu bersalam-salaman. Tapi begitu dapat hidayah kita jumpa kita bersahabat. Sekarang kita dekat. Jangan takut-takut. Kita rapat saja. Artinya, jangan takut!” kata Yahya dengan lantang.

Pernyataan Yahya merupakan tafsir keliru atas pernyataan Jokowi. Pernyataan berdamai dengan Corona itu disampaikan presiden Jokowi melalui akun Youtube Sekretariat Presiden pada 6 Mei 2020. Pernyataan itu menanggapi pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan,” kata Jokowi.

Kendati demikian, Jokowi berpesan agar masyarakat tetap mengikuti protokol kesehatan. Warga diperbolehkan melakukan aktivitas secara terbatas namun tetap mematuhi protokol kesehatan.

Protokol kesehatan yang dimaksud Jokowi yakni mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan menggunakan sabun. Dengan demikian, klaim Yahya Waloni tidak mengenakan masker lantaran mengikuti anjuran Jokowi merupakan klaim keliru.

Tak hanya itu, Yahya juga menyebutkan Covid-19 sebagai bisnis tak hanya menyasar rapid test maupun denda dari warga yang melanggar protokol kesehatan. Namun, Covid-19 diperluas dengan adanya kasus orang tanpa gejala atau asimtomatik.

“Penyakit itu ada. Flu ada tapi gejala ada. Orang kalau kena malaria ada gejala demam. Dirubah lagi strategi OTG, orang tanpa gejala. Innalillahi,” ujar Yahya.

“Entah dia ada atau tidak, wallahualam bishawab. Yang saya tahu ujung-ujungnya bisnis,” sambung dia.

Cek Fakta: Hoaks Utas Kepala Klinik Penyakit Menular Universitas Maryland

Penjelasan

Dikutip dari Kemkes.go.id, penelusuran Solopos.com menemukan kasus terkonfirmasi Covid-19 memiliki dua kelompok yakni bergejala dan tanpa gejala alias asimtomatik. Seseorang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19. Virus SARS-CoV-2 dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR).

Kasus asimtomatik banyak ditemui di Rumah Sakit Darurat Corona (RSDC) Wisma Atlet. Di daerah, pasien asimtomatik umumnya dirawat di rumah-rumah sehat dan sebagian lainnya menjalani isolasi mandiri.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laman resminya who.int menyebutkan Covid-19 terutama menyebar melalui tetesan pernapasan atau droplet yang dikeluarkan seseorang. Banyak orang dengan Covid-19 hanya mengalami gejala ringan utamanya terjadi pada tahap awal penyakit.

“Ada kemungkinan tertular Covid-19 dari seseorang yang baru saja batuk ringan dan tidak merasa sakit. Beberapa laporan menunjukkan bahwa orang tanpa gejala dapat menularkan virus,” tulis WHO.

Tuduhan Yahya bahwa Covid-19 tanpa gejala merupakan akal-akalan untuk memperlancar bisnis adalah keliru.

Inkubasi 14 Hari

Pada bagian lain dari ceramahnya, Yahya Waloni juga menyampaikan soal masa inkubasi virus SARS-CoV-2 selama 14 hari. Ketika masa inkubasi terlewati, virus ini menghilang.

“Kata mereka. Kata ahli kedokteran. Ahli paru-paru, medical system. Dalam sistem medical, sistem inkubasi, sistim diagnosa, penentuan atas penyakit seseorang. Katanya wabah ini, virus ini, 14 hari baru dia akan pergi,” tutur dia.

Berdasarkan penelusuran Solopos.com, Yahya tampaknya keliru menafsirkan masa inkubasi virus. Dikutip dari Covid19.go.id, masa inkubasi adalah jangka waktu antara terjangkit virus dan munculnya gejala penyakit.

“Pada umumnya masa inkubasi COVID-19 diperkirakan berkisar dari 1 hingga 14 hari, umumnya sekitar lima hari.”



Masa inkubasi bukan menandakan virus telah hilang. Pasien Covid-19 tetap harus menjalani pengobatan di rumah sakit rujukan Covid-19 sesuai dengan tingkat gejala yang ada. “Belum ada obat yang benar-benar efektif untuk mengatasi infeksi virus corona atau Covid-19. Pilihan pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi pasien dan tingkat keparahannya,” tulis redaksi Alodokter.com.

Dengan demikian, pernyataan Yahya soal masa inkubasi sebagai waktu yang diperlukan agar virus ini hilang adalah pemahaman yang keliru atau missleading.
Terakhir, dalam ceramahnya Yahya juga meminta pemerintah menunjukkan testimoni orang-prang yang sembuh dari Covi-19. Sebab, selama ini dia belum pernah menjumpai cerita bagaimana orang mengalami sakit Covid-19.

“Siapa orang yang mengidap Covid-19? Siapa orang yang pernah sembuh dari corona? Kami masyarakat ingin dengar di depan publik. Bagaimana dia rasakan. Sampai hari ini enggak ada kawan,” tutur dia.

Cek Fakta: Rocky Gerung Mualaf dan Mendadak Jadi Ustaz?

Survivor Covid-19

Penelusuran Solopos.com menunjukkan tak sulit untuk menemukan cerita mengenai kisah para survivor menghadapi Covid-19. Seorang dokter spesialis emergensi, dr Tri Mahawani, menuturkan dalam sebuah webinar beberapa waktu yang lalu saat dirinya didiagnosa Covid-19.

“Sakit Covid itu gak enak. Mual, batuk, nyeri. Makanya orang-orang yang sakit, makan banyak, hati bahagia itu susah. Untuk ngomong saja susah. Untuk napas itu susah,” kenang Maharani, saat menjadi pembicara dalam webinar yang digelar Lapor Covid yang disiarkan melalui Youtube.

Dr Maha, panggilan akrabnya, lalu bersusah payah berjuang agar selamat dari Covid-19. Hanya satu keyakinannya, ia harus sembuh karena masih banyak orang yang membutuhkan pertolongannya sebagai dokter. Ia pun berhasil melewati sakitnya dan kembali bertugas seperti biasanya.

Di level pejabat, menteri hingga wali kota tercatat menjadi penyintas Covid-19. Okezone.com memberitakan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjadi menteri pertama yang terkonfirmasi positif Covid-19 pada 14 Maret 2020. Budi Karya dinyatakan sembuh total pada 24 April 2020.

Dengan demikian, pernyataan Yahya soal tak adanya testimoni penyintas Covid-19 merupakan hal keliru. Kemampuan Yahya Waloni untuk menggali dan mendapatkan informasi terkait testimoni penyintas Covid-19 ini bergantung pada kemampuan literasi yang dimilikinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya