SOLOPOS.COM - Kedekatan ibu dan anak bisa cegah anak terhasut paham terorisme (ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, JAKARTA–Cegah remaja terhasut paham terorisme sangat penting dilakukan. Mengapa? Simak ulasan selengkapnya di tips kesehatan kali ini.

Sebagaimana diketahui Zakiah Aini, pelaku penembakan di Mabes Polri, Jakarta pada Rabu (31/3/2021) adalah kelahiran 1995, berusia sekitar 26 tahun. Demikian pula pelaku bom bunuh diri di gedung Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan pada Senin (29/3/2021) yang ternyata juga berusia 26 tahun. Psikolog menyebut, usia remaja hingga dewasa merupakan masa yang rentan terhasut paham terorisme. Dan pola asuh orang tua bisa membentengi remaja terhasut paham terorisme. Simak ulasannya di tips parenting kali ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Psikolog pro Help Center Nuzulia Rahma Tristinarum menjelaskan seseorang mudah terhasut ajaran terkait terorisme karena kebutuhan perkembangan psikis tidak terpenuhi seiring pertambahan usia.

Baca Juga: Viral! Abang Ojek Online Naik Motor Harley Davidson

Usia remaja dan dewasa muda adalah masa peralihan sehingga lebih rentan terhadap pengaruh dari luar diri. Umumnya pada masa remaja, pelaku lebih mudah diyakinkan untuk melakukan aksi terorisme.

“Penelitian menyebutkan bahwa pembinaan terhadap pelaku lebih sering dilakukan saat usia mereka remaja. Usia remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa sehingga lebih rentan terhadap pengaruh dari luar diri. Pada masa remaja ini pelaku lebih mudah diyakinkan untuk melakukan aksi terorisme,” terangnya seperti melansir detikcom, Kamis (1/4/2021).

Menurutnya, seorang anak bisa dilindungi dari terhasut paham terorisme sejak masa anak-anak. Kedekatan psikologis dengan keluarga bisa membantu terpenuhinya kebutuhan proses perkembangan psikis seseorang. Selain mengandalkan komunikasi yang terbuka dengan keluarga, cara lain untuk cegah remaja terhasut paham terorisme adalah melalui pendidikan dan pergaulan.

Menurut Rahma, pergaulan tidak terkungkung di satu  lingkungan bisa menciptakan sikap kritis dan berani menolak ajaran buruk, termasuk yang membenarkan terorisme. Sehingga remaja tidak mudah terhasut paham terorisme.

“Asuh dengan cinta dan logika. Penuhi jiwa anak-anak kita dengan kasih sayang, perhatian, kedekatan secara psikologis. Jangan lupa mengasuh mereka untuk berpikir kritis dan mandiri secara emosional. Sering ajak diskusi dua arah anak-anak dan remaja kita,” bebernya.

Baca Juga: Ini Syarat Perjalanan Dan Masa Berlaku Swab PCR-Antigen-GeNose

Pendapat senada juga disampaikan psikolog klinis forensik Kasandra Putranto. Menurutnya, aksi terorisme terkait erat dengan konflik keluarga berupa penanaman nilai radikalisme sejak dini atau kurangnya pendidikan dari keluarga.

Menurutnya, terorisme disebabkan masalah pendidikan sejak dini dengan penanaman radikalisme dan ekstremisme. Hal ini tidak terlepas dari kondisi psikis terduga pelaku.

“Sebagian besar justru disebabkan karena profil psikologis yang khas, antara lain karena memiliki pikiran yang kaku dan terpaku pada ide tertentu, masalah dalam pemahaman dan pengambilan keputusan, menutup diri, meyakini pemikirannya sebagai kebenaran yang absolut,” terangnya pada detikcom.

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya