SOLOPOS.COM - Ilustrasi orang Islam. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Laporan selalu penting dalam siklus kehidupan manusia. Jika laporan baik, maka orang akan bertahan dalam jabatan terhormat. Jika buruk, akan menjadi masalah.

Bisa-bisa jerih payah dianggap sia-sia. Jika berulang kali terjadi, bisa jadi dipindah ke tempat yang jauh, diturunkan jabatannya, bahkan sampai kehilangan kesempatan bekerja.

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

“Amal-amal kita juga dilaporkan. Ada laporan harian, ada mingguan,” kata pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan, Sukoharjo, K.H.M. Dian Nafi’, kepada Solopos.com, Kamis (31/3/2022).

Tentang laporan harian, kata Dian Nafi’, Nabi SAW bersabda, “Para malaikat malam dan malaikat siang silih berganti mendatangi kalian. Dan mereka berkumpul saat Salat Subuh dan Asar. Kemudian malaikat yang menjaga kalian naik ke atas hingga Allah Subhanahu wa-Ta’ala bertanya kepada mereka — dan Allah lebih mengetahui keadaan mereka [para hamba-Nya] –, ‘Dalam keadaan bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?’ Para malaikat menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang mendirikan salat. Begitu juga saat kami mendatangi mereka, mereka sedang mendirikan salat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Ekspedisi Mudik 2024

Dijelaskan Dian Nafi’, laporan mingguan itu terjadi pada hari Senin dan Kamis.

“Amal-amal dilaporkan setiap hari Senin dan Kamis. Maka Allah SWT mengampuni dosa setiap hamba-Nya yang tidak musyrik, kecuali orang yang bermusuhan dengan saudaranya [sesama muslim]. Maka dikatakan kepada mereka; tunggulah dahulu kedua orang ini hingga berdamai; biarkanlah kedua orang ini hingga mereka berdamai.” (HR Muslim dari Abu Hurairah RA)

Dalam riwayat Imam Muslim yang lain, juga dari Abi Hurairah RA, disebutkan “Pintu surga dibuka setiap hari Senin dan Kamis. Maka Allah mengampuni dosa setiap hamba-Nya yang tidak musyrik, kecuali orang yang bermusuhan dengan saudaranya [sesama muslim]. Maka dikatakan kepada mereka; tunggulah dahulu kedua orang ini hingga berdamai; biarkanlah kedua orang ini hingga mereka berdamai.” (HR Muslim)

Laporan amal terjadi pada saat dibukanya pintu-pintu surga. Pintu surga bukan pintu biasa. Kita bisa melihat dalam kehidupan kita sehari-hari. Gedung-gedung terhormat dan paling penting, juga istana kerajaan, istana negara, selalu tertutup rapat. Pintu-pintu itu hanya dibuka di saat yang istimewa, lain dari yang biasanya.

“Ini istimewa. Ihwalnya tentang terbukanya pintu surga. Untuk apa itu? Ternyata untuk laporan amal manusia,” tambah Dian Nafi’.

Nabi Muhammad SAW mementingkan hari Senin dan Kamis itu ketika beliau bersabda “Amal-amal manusia dilaporkan pada hari Senin dan Kamis, maka aku senang saat amal-amalku dilaporkan aku dalam keadaan berpuasa.” (HR Tirmidzi dari Abi Hurairah RA)

Imam Nawawi (wafat 676 H) menyebutkan di dalam kitab Al-Majmu’ bahwa hadis itu menjadi dasar anjuran berpuasa sunnah pada hari Senin dan Kamis (Juz 6: 386).

Abdul Hamid Al-Jasim menjelaskan momentum itu dengan tajam. Mengingat adanya saat laporan amal itu, bayangkan saja saat hisab di Hari Akhir. Itulah laporan terakhir amal-amal kita.

Subuh dan Asar, hari Senin dan Kamis, juga bulan Sya’ban di dunia ini adalah latihan untuk menghadapi hisab di Hari Akhir itu.

Maka pengarang kitab Al-Bayan fi Madakhil asy-Syaithan (1986 M/1406 H) ini menyarankan agar saat-saat laporan amal itu kita lebih menahan diri. Tetap beribadah. Jangan sampai berbuat keburukan, apalagi berburuk sangka kepada Allah SWT.

Menurut Dian Nafi’, kadang orang tidak menyadari dirinya berburuk sangka kepada Allah SWT. Kekecewaan kita saat merasa seolah-olah doa kita tidak dikabulkan, padahal kita sangat membutuhkannya, sudah merupakan bentuk buruk sangka itu.

Juga perilaku meremehkan aneka pemberian-Nya yang berupa barang, kesempatan, kesehatan, kehormatan, bahkan satu napas pun sejatinya merupakan anugerah yang berharga.

“Ada saja orang-orang di sekitar kita yang hidup berbahagia, meskipun tampak kekurangan, terpinggir, tidak begitu sehat dan diabaikan. Apa rahasianya? Mereka bersyukur. Bersyukur itu merupakan tanda berbaik sangka kepada Sang Khalik,” imbuh Dian Nafi’.

Di saat laporan amal terjadi, Dian Nafi’ berpesan agar kita dianjurkan menjaga baik sangka kita kepada-Nya dengan berbuat kebajikan. Beribadah, belajar, bergaul rukun, memakmurkan tapak-tapak amal jariyah para pendahulu, berbagi dan memperbanyak zikir adalah cara yang bisa kita pilih. Bagai kehidupan duniawi kita saat dinilai, diakreditasi, kita mewujudkan kebaikan saat itu.

Kelak, di Hari Akhir, saat laporan terakhir, situasinya luar biasa.

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS Yasin [36]: 65)

Laporan tahunan amal kita berlangsung pada bulan Sya’ban.

Suatu kali Usamah bin Zaid RA bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, saya tidak menjumpai engkau berpuasa di bulan-bulan yang lain sebagaimana tuan berpuasa di bulan Sya’ban.”

Rasulullah SAW menjawab, “Sya’ban adalah bulan yang dilupakan oleh orang-orang, itu antara bulan Rajab dan Ramadan. Bulan Sya’ban adalah bulan laporan amal kepada Allah SWT, maka saya senang amal saya dilaporkan sementara saya dalam kondisi berpuasa.” (HR Nasai, Ahmad, dan Ibnu Khuzaimah)

Dan bulan Ramadan menjadi kesempatan paling indah dalam setahun. Di dalamnya semua pahala dilipatgandakan, setan-setan dibelenggu, dan kita dibahagiakan dengan kesempatan luas untuk beribadah.



“Jangan lupa, ada malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Itu lailatul kadar, malam kemuliaan. Semoga kita mendapatkannya. Amin,” pungkas Dian Nafi’.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya