SOLOPOS.COM - Ilustrasi air bersih/Funwithkids

Solopos.com, SOLO — Indonesia dikaruniai sumber daya air yang melimpah, namun sayangnya hanya sebagian kecil yang sudah dimanfaatkan. Hujan yang menghujam bumi Indonesia lepas begitu saja, tanpa dimanfaatkan lebih lanjut. Bahkan sebagian air sempat mampir ke rumah-rumah warga dan menyebabkan bencana banjir. Berkaca pada kondisi itu, sudah saatnya Indonesia memaksimalkan pemanfaatan air bersih.

Semangat memaksimalkan pemanfaatan air ini menjadi salah satu fokus pembahasan pada webinar Hari Air Sedunia yang digelar Solopos Media Group, Kamis (31/3/2022) malam. Webinar yang mengusung tema Air untuk Ekonomi Berkelanjutan itu menghadirkan narasumber Direktur Bendungan dan Danau Kementerian PUPR, Airlangga Mardjono.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Airlangga membuka webinar dengan memaparkan potret sumber daya air di Indonesia. Berdasarkan catatannya, potensi sumber daya air begitu besar, yakni mencapai 2,78 triliun m3/tahun.

Baca Juga: 2 Ilmuwan Ini Kisahkan Perjuangan Cari Air Bersih di Sragen & Wonogiri

Dari jumlah itu, hanya 691,3 miliar m3/tahun yang secara teori bisa dimanfaatkan dengan berbagai infrastruktur dan hingga detik ini baru 222,59 miliar m3/tahun yang telah dimanfaatkan. Artinya ada 468,72 miliar m3/tahun potensi air yang hilang begitu saja.

“Begitu besar cadangan air kita [468,72 miliar m3/tahun] yang belum dimanfaatkan. Mungkin nanti generasi penerus yang akan memanfaatkannya entah dengan infrastruktur atau fasilitas dan inovasi teknologi lainnya yang memungkinkan,” kata Airlangga.

Saat ini salah satu infrastuktur yang disiapkan pemerintah guna mengoptimalkan pemanfaatan air adalah bendungan. Bendungan hanya satu dari sejumlah solusi pemanfaatan air lainnya, seperti pembangunan embung dan normalisasi danau.

Pemerintah berencana membangun 61 bendungan sepanjang 2014-2025 dan dari jumlah itu masih ada 32 bendungan yang dalam proses pembangunan.
Menurut dia, bendungan memang dinilai tepat menjadi solusi pemanfaatan air karena kondisi geografis Indonesia yang banyak cekungan serta berbukit-bukit.

Selain mencegah banjir, air di bendungan selanjutnya bisa dimanfaatkan untuk irigasi sehingga mendukung sektor pertanian dan mencapai ketahanan pangan. Tak hanya itu, air di bendungan juga bisa dikelola menjadi sumber air baku dan sumber energi listrik tenaga air.

hari air 2022
Tangkapan layar webinar Hari Air Sedunia 2022 yang digelar Solopos Media Group. (Istimewa)

Baca Juga: Digarap Hutama Karya, Ini Penampakan Bendungan Bintang Bano yang Terindah di Indonesia

Airlangga berharap peringatan Hari Air Sedunia setiap 22 Maret menjadi momentum bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk melestarikan sumber daya air secara berkesinambungan, komprehensif, dan terintegrasi. Tentu saja ini bukan hanya tugas pemerintah, namun seluruh stakeholders terkait perlu berkolaborasi.

Selain Airlangga, webinar juga menghadirkan empat narasumber lainnya, yaitu Tri Mumpuni (Ilmuwan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro), Raymond Valiant Ruritan  (Direktur Utama Perum Jasa Tirta 1), Sulaiman Tampubolon (Dosen ITNY yang juga Ketua Tim Eksplorasi Air di Goa Gendayakan, Wonogiri), dan Ratih Anggraeni (Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia).

Acara yang disiarkan live di Youtube Espos Live dan Facebook Solopos.com tersebut dipandu Pemimpin Redaksi Solopos Media Group, Rini Yustiningsih, dan didukung Djarum Foundation, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), PT TIV Aqua, serta Perum Jasa Tirta 1.

Kisah Banjir 1966 di Solo

Senada dengan Airlangga, Raymond Valiant mengatakan pemanfaatan air dengan cerdas adalah kunci untuk tak hanya menyelesaikan masalah banjir, namun juga menjadi modal kemajuan bangsa.

Raymond yang mengawali paparan dengan menunjukkan foto-foto lama banjir di Solo tahun 1861 dan 1966 membawa kembali kenangan kelam puluhan tahun lalu.

Baca Juga: Tembok Bolong Keraton Solo di Baluwarti, Saksi Bisu Banjir Bandang 1966

Banjir sejatinya bisa dicegah dengan memahami tren cuaca/curah hujan dan menyediakan infrastruktur pengelolaan air. Dia memberi penekanan pada pentingnya mengelola kawasan daerah aliran sungai (DAS) untuk mencegah banjir sekaligus mendapat manfaat dari pengelolaan air.

“Kemakmuran itu sebenarnya erat kaitannya dengan pengelolaan air untuk berbagai kepentingan. Kemakmuran terkait dengan air, yang pertama adalah menghindari potensi bencana,” kata Raymond.

Dia menggambarkan betapa besar manfaat pembangunan infrastruktur di sepanjang Bengawan Solo pada periode 1980 hingga 2020. Pada 1980, luas genangan akibat banjir di sekitar DAS Bengawan Solo mencapai 90.000 hektare, sedangkan pada 2020 luas genangan berkurang menjadi sekitar 500-1.000 hektare.

Tak hanya itu, pembangunan infrastruktur seperti bendungan, bendung, saluran irigasi, dan infrastruktur pendukung lainnya juga membawa dampak besar bagi kemakmuran masyarakat. Air bisa dimanfaatkan untuk mendukung kebutuhan air irigasi, penyediaan air minum, energi listrik, dan air untuk industri.

Baca Juga: PLTA Kali Samin, Cikal Bakal Listrik Solo & Wisata Tawangmangu

“Dengan pembangunan bendungan dan infrastruktur lainnya, intensitas panen bisa meningkat. Tahun 1980-an orang hanya bisa menanam padi satu kali setahun, maka tahun 2020 sudah mendekati dua kali setahun. Energi listrik yang dibangkitkan dari tenaga air juga meningkat dari 23 juta Kwh, tahun 2020-an bisa 74 juta Kwh,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya