SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Pandemi Covid-19 yang kian melonjak tajam kasusnya seolah menjadi titik kontemplasi. Kita semua manusia diajak semakin memahami arti hidup. Tentang mahalnya nikmat sehat, hingga yang paling sederhana adalah nikmat napas.

“Yang paling bersyukur karena Allah juga memberi nikmat ilmu dan iman. Jauh harus disyukuri karena dengannya [ilmu dan iman], akan mendapat kebahagiaan dunia maupun akhirat,” kata penceramah Muhammad Nuzul Dzikri, dalam kajian paginya yang digelar streaming sejak pandemi.

Promosi BRI Lakukan Penyesuaian Jam Operasional Selama Ramadan, Cek Info Lengkapnya

Nuzul kemudian mengatakan pentingnya terus berikhtiar dan tawakal kepada Allah SWT di masa sulit ini. Ikhtiar lahirian sekaligus batiniah. Ikhtiar lahiriah adalah menjalani protokol kesehatan (prokes) sesuai anjuran pemerintah. Memperkuat imun dengan makanan bergizi serta istirahat cukup. Sementara, batiniah dilakukan dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Salah satunya yakni memperkuat syahadat untuk semakin menegakkan ketauhidan kita. Imam Syafii memberikan nasihat bagi kita semua umat Islam tentang apa yang perlu dilakukan di tengah wabah. Dalam sebuah kitab, Imam Syafii mengatakan ia belum pernah menemukan solusi lebih manjur saat wabah dibandingkan bertasbih kepada Allah SWT. “Ikhtiar secara lahiriah, akan lebih maksimal dengan ihtiar batiniah. Beliau masyhur ilmunya, maka nasihatnya adalah sebagai oase,” terang Nuzul.

Ucapan kalimah tasbih subhanallah bukan hanya keluar di lisan, nanum harus dengan keyakinan penuh bahwa Allah SWT maha suci dari sifat buruk atau ketidaksempurnaan. Sehingga sangat mustahil takdirnya saat ini bertujuan menyusahkan manusia. Hal itu karena Allah SWT maha suci dari perilaku yang buruk.

Pelafalan subhanallah bukan hanya di lisan, tapi diiringi keyakinan tentang kesempurnaan, dan keagungan Allah SWT. Sehingga seburuk apa pun wabah ini di mata manusia, kita selalu percaya bahwa ada hikmah besar bagi manusia. “Renungkan apa yang dilakukan Nabi Yunus AS di perut besar ikan paus. Menurut kalkulasi manusia dia tidak akan selamat. Tapi Allah menolongnya,” kata Nuzul.

Atas kejadian itu, Allah berfirman dalam Quran Surat (QS) Al Anbiyat ayat 87 yang artinya; Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ”Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”

Berzikir dan ucapkan subhanallah bukan hanya secara lisan. Iringi dengan meningkatkan ibadah terutama salat. Sahabat nabi, Abdullah bin Abbas pernah menyimpulkan bahwa semua tasbih yang ada dalam Al-Qur’an bermakna salat. Maka, menurut Nuzul, perbanyak tasbih selama wabah yang dimaksud juga berarti perbanyak salat.

“Berlaku juga bagi saudara yang sedang positif Covid-19, jangan down, masih ada harapan yang sangat besar. Tanamkan keyakinan sedalam-dalamnya bahwa kondisi ini pasti penuh hikmah, Allah maha suci dari menetapkan takdir yang sia-sia,” terangnya.

Hal penting lainnya yang harus diperkuat adalah menumbuhkan empati bagi saudara sekitar kita. Habib Novel Alaydrus dalam kajian daringnya di kanal Youtube-nya, Senin (5/7/2021), meminta kita mencontoh Rasulullah SAW yang selalu menanamkan kepedulian pada sesama. Apalagi dalam kondisi pandemi seperti ini.

Habib Novel kemudian membacakan cerita Nabi tentang makna empati dalam delapan dirham. Suatu ketika Nabi berniat ke pasar untuk membeli baju dengan delapan dirham. Saat di jalan, ia melihat seorang pelayan perempuan menangis karena uangnya dua dirham hilang. Rasul kemudian memberi dua dirham, dan melanjutkan perjalanan ke pasar. Saat di pasar, Rasulullah membeli baju seharga empat dirham kemudian pulang.

Saat perjalanan pulang, Rasulullah mendengar seorang kakek berdoa agar ada yang memberinya pakaian. Melihat itu, Rasulullah memberikan baju barunya. Lalu kembali ke pasar untuk membeli pakaian lagi dengan dua dirham. Saat perjalanan pulang, kembali melihat pelayan perempuan menangis takut majikannya marah karena belanja terlalu lama.

Rasulullah dengan segala kebaikan hatinya lalu mengantar si pelayan sampai rumah majikan. Di sana, Rasulullah membantu menjelaskan alasan keterlambatan si pelayan. Sang majikan bukannya marah, tapi malah bahagia karena didatangi Nabi. Sampai-sampai bersedia memerdekakan si budak.

Nabi lalu pulang dengan senang dan berkata bahwa sebelumnya tidap pernah melihat delapan dirham dengan manfaat lebih besar seperti hari ini. Delapan dirham yang berbonus surga karena memberi baju untuk si kakek, bahkan mampu memerdekakan budak.

“Mari kita semua contoh empati beliau, peka terhadap lingkungan, menolong siapa pun di sekitarnya. Jika kita melakukannya, akan mendapat banyak berkah insya Allah. Rasulullah yang dijamin surga bahkan masih selalu berbuat baik untuk mendapatkan surga,” kata Habib Novel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya