SOLOPOS.COM - Petugas menjelaskan cara kerja jam istiwa atau jam matahari kepada pengunjung di halaman Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kota Solo, Jumat (8/4/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLOMasjid Agung Keraton Solo yang dibangun pada abad ke-18 memiliki cara unik untuk menandai waktu salat yaitu menggunakan jam istiwa. Saat itu belum ada jam digital seperti yang ada sekarang ini sebagai patokan waktu.

Jam istiwa yaitu jam yang memanfaatkan bayangan pararel dari sinar matahari sebagai petunjuk waktu salat pada zaman dulu. Jam kuno yang berwarna biru muda itu berada di sisi selatan halaman kompleks masjid, tepatnya di depan kantor Tata Usaha Masjid Agung Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sekretaris Masjid Agung Solo, Abdul Basid Rochmad, mengatakan jam istiwa dibuat pada 1784. Masjid Agung dibangun sekitar 1763-1768 pada masa Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dipimpin oleh Raja Paku Buwono (PB) III.

Baca Juga: Perpustakaan Masjid Agung Solo Jadi Alternatif Ngabuburit saat Ramadan

“Saat dulu belum ada jam analog seperti sekarang, muncul lah ide nenek moyang terdahulu untuk menciptakan jam ini sebagai penunjuk waktu salat,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (12/4/2022)

Basid menerangkan jam istiwa atau sering disebut jam bencet itu terbuat dari tembaga dan dilengkapi jarum dengan posisi horizontal mengarah utara selatan.

Mengandalkan Sinar Matahari

Dengan dilengkapi pandom atau jarum yang posisinya dipasang horizontal mengarah utara-selatan, bayang-bayang dari jarum itu mempunyai arah jatuh dan memiliki arti waktu tertentu. Misalnya saat menunjukkan angka 12 siang.

Baca Juga: Salat Jumat Pertama Ramadan 2022 di Masjid Agung Solo

Karena mengandalkan sinar matahari, jam istiwa di Masjid Agung Solo itu hanya berfungsi sebagai penanda waktu Zuhur, Asar, dan Magrib. Sedangkan untuk waktu Subuh, kata Basid, dilihat dari menara Masjid Agung Solo. “Matahari sudah terbit dari ufuk masuk waktu Subuh,” imbuhnya.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, petunjuk waktu kuno itu berbentuk cekung setengah silinder. Pada cekungan terdapat garis-garis disertai angka satu hingga 12. Terdapat pula relief tulisan Jawa pada sisi bawah jam istiwa, yang artinya angka 1784.

Baca Juga: 2 Tahun Vakum, Masjid Agung Solo Kembali Gelar Buka Puasa Bersama

Banyak jemaah yang penasaran dan mengamati jam istiwa itu, sebagian dari mereka asing dengan benda yang tertutup kaca dan berwarna biru itu, salah satunya Rinda, 21.

“Baru pertama lihat jam istiwa, setelah baca keterangannya ternyata ini sebagai petunjuk waktu salat. Bagus juga ya orang zaman dulu bisa membuat benda yang informatif,” ungkapnya saat diwawancarai Solopos.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya