SOLOPOS.COM - Ilustrasi waralaba atau franchise. (Freepik)

iSolopos.com, JAKARTA — Pandemi Covid-19 membuat daya beli masyarakat menurun investor berpikir berulang kali untuk menanamkan modalnya di sektor riil. Namun, bukan berarti investasi di sektor penggerak roda ekonomi itu tak layak untuk dilirik pada tahun ini.

Dengan kejelian membaca situasi serta menangkap peluang bukan tidak mungkin investasi di sektor riil justru akan memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan investasi lain yang risikonya juga tak kalah besar, seperti terjun ke pasar modal atau bursa.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Managing Partner Inventure Yuswohady menjelaskan jika Anda berencana memulai investasi di sektor riil, waralaba atau franchise layak untuk dijadikan pilihan. Waralaba dinilai memiliki risiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan membangun usaha atau merek dari nol.

Baca juga: Catat, Penetapan Upah Minimum 2022 Hanya Berdampak pada 2 Juta Pekerja

Tapi dia mengingatkan ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan Anda sebelum memutuskan untuk membeli lisensi waralaba tertentu. Salah satunya karena adanya kecenderungan masyarakat mengurangi belanja kebutuhan sekunder dan tersier mereka.

“Pilihlah waralaba yang menawarkan produk-produk kebutuhan dasar atau basic needs. Karena kecenderungannya orang-orang tahun ini masih fokus pada saving. Waralaba yang terkait dengan gaya hidup bukan pilihan tepat untuk tahun ini,” katanya, ketika dihubungi oleh Bisnis/JIBI beberapa waktu lalu.

Terkait dengan Kebutuhan Dasar

Dia menambahkan waralaba toko kelontong, pasar swalayan, apotek, dan binatu layak dijadikan pilihan lantaran semuanya terkait dengan kebutuhan dasar. Tentunya, diperlukan pengkajian lebih lanjut untuk menentukan nilai investasi, lokasi, dan faktor-faktor terkait untuk mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh atau meminimalisasi risiko.

Baca juga: UU HPP Resmi Diteken Jokowi, Simak Lagi Rincian Aturan Pajak Baru

Lebih lanjut, dia menjelaskan kedai makanan atau restoran juga layak dipilih dengan beberapa catatan, salah satunya pemanfaatan teknologi, khususnya platform daring untuk mendongkrak penjualan.

“Makanan dan minuman prospektif, tetapi bukan yang sifatnya lifestyle, lebih ke kebutuhan sehari-hari. Contoh membuka warung nasi akan jauh lebih prospektif dibandingkan kafe-kafe fancy. Cloud kitchen yang sepenuhnya mengandalkan [platform daring] dan minim interaksi, low touch juga bisa dipilih,” tuturnya.

Yuswohady menguraikan waralaba kebutuhan dasar lainnya yang sifatnya tatap muka seperti lembaga kursus, institusi pendidikan, dan klinik kesehatan masih akan prospektif setelah pandemi usai. Namun, lagi-lagi pemanfaatan teknologi menjadi sebuah keharusan untuk mampu bersaing.

“Pandemi membuat masyarakat mulai terbiasa dengan pendidikan daring, layanan kesehatan atau telemedik yang sifatnya juga daring ini perlu diperhatikan oleh pelaku usaha terkait,” beber dia.

Baca juga: Daftar Investasi Bodong atau Ilegal dari OJK Terbaru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya