SOLOPOS.COM - Pedagang kaki lima (PKL) terlihat menggunakan payung peneduh saat berjualan di kawasan car free day (CFD), Jl. Slamet Riyadi, Solo, Minggu (13/3/2016). Penggunaan payung peneduh tersebut disayangkan karena PKL CFD terkesan kurang tertata serta lingkungan citywalk tidak rapi dan mempersempit ruang untuk pejalan kaki. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Car free day Solo, pengunjung menilai CFD Slamet Riyadi kian semrawut.

Solopos.com, SOLO–Jumlah pedagang kaki lima (PKL) di arena Car Free Day (CFD) Solo, Jl. Slamet Riyadi semakin banyak. Hal ini membuat ketidaknyamanan pengunjung di jalur bebas kendaraan bermotor itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Anggota staf Bidang Pengelolaan PKL Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Solo, Agus, mengatakan PKL yang menggelar lapak di Jl. Slamet Riyadi mulai dari Stadion Sriwedari sampai simpang empat Ngapeman rata-rata berjumlah 130 orang setiap Minggu pada 2015. Ratusan PKL itu berjualan dengan berbagai cara, seperti menggelar lesehan maupun hanya menggunakan gerobak atau etalase.

“Tahun lalu kami menyobek karcis retribusi untuk PKL [CFD] mulai dari Stadion Sriwedari sampai perempatan Ngapeman rata-rata berjumlah 130 lembar sampai 140 lembar setiap pekan. Memasuki akhir tahun 2015, jumlah PKL terus meningkat hingga 20% setiap pekan,” kata Agus saat berbindang dengan Solopos.com di sela-sela menarik retribusi PKL, Minggu (13/3/2016).

Agus menyampaikan PKL yang berjualan di arena CFD, mulai dari Stadion Sriwedari hingga simpang empat Ngapeman rata-rata kini berjumlah 165 orang hingga 170 orang setiap pekan. Dia mengakui petugas DPP Solo kesulitan mengontrol peningkatan jumlah PKL di arena CFD. Selama masih tersedia ruang atau tempat di sekitar Jl. Slamet Riyadi, menurut Agus, PKL bebas berjualan.

“Jumlah PKL di CFD setiap pekan berubah. Rata-rata PKL yang berjualan di arena CFD, mulai Stadion Sriwedari sampai simpang empat Ngapeman rata-rata kini berjumlah 165 orang. Mereka [PKL] harus membayar retribusi apabila berjualan dengan menggelar lesehan maupun menggunakan gerobak,” jelas Agus.

Ditanya soal penyebab peningkatan jumlah PKL, Agus menilai, karena semakin banyak masyarakat yang berkunjung atau berkegiatan di arena CFD setiap Minggu. Dia mengibaratkan peribahasa ada semut ada gula. Pengunjung CFD bagaikan gula, sedangkan PKL adalah semut. Menurut Agus, jumlah PKL di arena CFD akan berkurang apabila terselenggara acara di tempat lain.

“Jumlah PKL di arena CFD berkurang kalau ada event yang dilaksanakan di tempat lain, misalnya sepeda santai di Alun-alun Kidul Keraton Solo beberapa pekan lalu. Sebagian PKL yang biasanya di arena CFD pada lari ke sana. Kalau tidak ada event, jumlah PKL di CFD bisa tetap, bahkan cenderung bertambah,” ujar Agus.

Sementara itu, seorang pengunjung CFD, Endah, 33, menilai kehadiran PKL yang semakin banyak membuat arena CFD Jl. Slamet Riyadi kian semrawut. Dia menyesalkan pada PKL nekat berjualan di luar kawasan city walk. Endah mencontohkan beberapa pedagang menggelar lapak atau meletakan meja dagangan di sisi utara Jl. Slamet Riyadi hingga mengganggu pergerakan pengunjung. Dia meminta petugas DPP Solo lebih ketat memantau pergerakan para PKL agar lebih tertata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya