SOLOPOS.COM - Bupati Boyolali, M. Said Hidayat (depan), bersama sesepuh Boyolali, Seno Kumuharjo, Wakil Bupati Boyolali, Wahyu Irawan (kiri), dan Ketua DPRD Boyolali, Marsono (berbaju hitam), saat peletakan batu pertama Masjid Gedhe Boyolali di lahan eks Terminal Boyolali, Senin (2/1/2023). Masjid Gedhe Boyolali direncanakan akan menjadi masjid mayoritas kayu. (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALI –Pembangunan Masjid Gedhe Boyolali di lahan bekas Terminal Boyolali di Desa Kiringan, Kecamatan Boyolali diklaim tidak menggunakan  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Sekda Boyolali, Masruri, mengungkapkan pembangunan Masjid Gedhe Boyolali diperkirakan menghabiskan anggaran lebih dari Rp50 miliar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun, Pemkab Boyolali hanya mengeluarkan APBD sebesar Rp5 miliar untuk penataan lahan.  “Itu [Rp50 miliar] belum termasuk fasilitas pendukung yang di samping misal kantor MUI [Majelis Ulama Indonesia] Boyolali, dan sekitarnya,” kata dia di sela-sela acara peletakan batu pertama, Senin (2/1/2023).

Soal tidak adanya APBD untuk pembangunan Masjid Gedhe Boyolali juga ditegaskan Seno Kusumoharjo selaku pemrakarsa pembangunan masjid sekaligus disebut sebagai sesepuh Boyolali.

Seno menegaskan pembangunan Masjid Gedhe Boyolali tak akan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemkab Boyolali.

Anggaran untuk pembangunan Masjid Gedhe Boyolali terhitung besar. Ia menjelaskan pembangunan Masjid Gedhe Boyolali nanti dengan gotong royong atau dana sumbangan umat.

“APBD hanya untuk penataan lahan, itu insyaallah tidak menggunakan APBD. Jadi untuk [pembangunan] masjid gotong royong [umat]. Saya punya keyakinan, yang namanya masjid itu enggak ada cerita bangun rumah ibadah mangkrak walau enggak didukung APBD,” jelasnya, Senin.

Ia tak menyebut jumlah pasti, akan tetapi Seno menjelaskan anggarannya bersifat dinamis.

Seno mencontohkan kenaikan harga kayu juga bisa berbeda dari tahun ke tahun, sehingga dia belum bisa membicarakan besaran anggaran.

Namun, ia memastikan anggaran untuk pembangunan Masjid Gedhe Boyolali lebih dari Rp10 miliar.

“Kalau toh nanti partisipasinya tidak selancar yang diperhitungkan, sudah ada pihak yang bertanggung jawab untuk pendanaan menyelesaikan. Buka-bukaan saja, saya yang akan bertanggung jawab kalau memang dana sumbangan tak menyelesaikan. Saya yang menyelesaikan,” tegasnya.

Sementara, Bupati Boyolali menargetkan pembangunan Masjid Gedhe Boyolali selesai pada tahun ini.

Peletakan batu pertama dilakukan langsung oleh Bupati Boyolali, M. Said Hidayat, Senin (2/1/2023).  “[Pembangunan] Ditargetkan selesai dalam tahun ini,” ujarnya kepada wartawan.

Peletakan baru pertama di lahan Masjid Gedhe Boyolali itu juga dihadiri Seno Kusumoharjo selaku sesepuh Boyolali; jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Boyolali; Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD); Camat; Kepala Desa dan Lurah; dan lain-lain.

M.Said menjelaskan konsep dari Masjid Gedhe Boyolali yakni joglo Jawa.

Menurut Said, konsep tersebut bertujuan agar masyarakat Kabupaten Boyolali, khususnya generasi ke depan memahami jika di Boyolali yang merupakan tanah jawa memiliki konsep bangunan yang baik, indah, dan tradisional yang patut dipertahankan.

Luas Masjid

Masruri menjelaskan luas lahan eks Terminal Boyolali tersebut sebesar 1,1 hektare. Sementara, total bangunan masjid 1.984 meter persegi terdiri atas bangunan utama masjid 944 meter pesegi dan serambi 358 meter.  Untuk pelataran masjid, jelasnya, sekitar 2.650 meter persegi.

Masruri juga menjelaskan kapasitas masjid hingga serambi dapat menampung 2.600-an orang dengan bangunan mayoritas dari kayu jati.

“Nanti semua konstruksi kayu, di pinggirannya, dindingnya itu letter U dari kayu. Yang tembok hanya di mihrab masjid saja. Nanti di pinggir ada ukiran kayu dari Jepara,” jelasnya.

Hingga saat ini, jelas dia, desain kubah masih dalam pencarian. Kemudian, ia menjelaskan kayu jati yang dipakai adalah kelas I (satu) sehingga agak mahal.

Masjid nantinya juga akan memiliki delapan saka atau tiang yang terbuat dari kayu jati utuh dengan tinggi delapan meter dan diameter rata-rata 60 sentimeter.

“Tumpang sarinya kalau enggak lima ya tujuh nanti. Tingginya masjid sampai 14 meter, nanti ada menara 17 meter. Mungkin nanti perpaduan antara menara masjid di Demak dan Kudus jadi satu. Letaknya di sana [pokok barat-selatan],” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya