SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Bursa lowongan kerja digelar di Solo Paragon (Sopar) Lifestyle Mall Kamis-Jumat (4-6/6/2015).

Solopos.com, SOLO—Lebih dari 3.000 pencari kerja memadati area Industrial Job Fair 2015 yang diadakan di Atrium Solo Paragon (Sopar) Lifestyle Mall. Hal tersebut karena minimnya akses dan informasi mengenai lowongan pekerjaan kepada jobseeker atau pencari kerja.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua Dewan Industri Solo, M. Farid Sunarto, menyampaikan pendataan mengenai lowongan pekerjaan dan pencari kerja sangat dibutuhkan untuk memudahkan jobseeker maupun pengusaha. Oleh karena itu, untuk mengawali hal tersebut, pihaknya mengadakan job fair dengan mengundang sekitar 40 perusahaan. Menurut dia, momentum kali ini tepat karena bersamaan dengan kelulusan siswa SMA maupun SMK.

“Pencari kerja saat ini sangat tinggi, antusiasme sudah terlihat dari prajob fair yang diadakan di Balai Kota Solo dan kantor PMS [Perkumpulan Masyarakat Solo]. Kami membuka pendaftaran untuk 900 orang tapi realisasi lebih dari 1.000 orang,” ungkap Farid saat ditemui wartawan disela pembukaan job fair, Kamis (4/6/2015).

Namun diakuinya sertifikasi tenaga kerja menjadi tantangan bagi lulusan di Indonesia untuk bersaing dalam menghadapi persaingan saat pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Oleh karena itu, sekolah maupun perguruan tinggi di Indonesia harus mampu menyesuaikan dengan kebutuhan dari perusahaan.

Kepala Bidang Pendidikan Nonformal Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Solo, Tri Budi Santoso, mengatakan banyaknya peminat yang mengikuti job fair karena menggandengan Bursa Kerja Khusus (MKK) di masing-masing SMK di Soloraya.

Menurut dia, lulusan lembaga kursus yang terserap di dunia industri sekitar 73%. Banyaknya serapan ini karena lembaga kursus menggandeng tempat uji kompetensi (TUK). Ketua Panitia Industrial Job Fair 2015, Joko Sutrisno, menyebutkan sebanyak 9.500 lowongan pekerjaan ditawarkan selama job fair yang diadakan pada Kamis-Jumat (4-6/6).

Sementara itu, Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Solo mencatat jumlah pemohon kartu kuning (AK1) menurun dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, Kasi Penempatan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Negeri Dinsosnakertrans Solo, Purwoto, mengaku kesulitan memantau data pencari kerja di Kota Bengawan.

Dia mengatakan rata-rata pencari kartu kuning kurang dari 100 orang per bulan. Dari jumlah tersebut, 50% di antaranya merupakan pencari kerja dengan kualifikasi jenjang SMA/SMK. Dia menilai penurunan itu terjadi akibat pergeseran mekanisme penggunaan kartu kuning.

Pencari kerja saat ini juga sulit terpantau oleh Dinsosnakertrans. Sebab, saat ini cukup banyak sekolah yang memiliki Bursa Kerja Khusus (BKK) untuk menyalurkan langsung siswa untuk bekerja di perusahaan. Staf Pengantar Kerja Dinsosnakertrans, Sri Setyo, mengatakan saat ini sudah banyak lembaga pendidikan yang aktif mencarikan pekerjaan untuk siswa. Hal itu mengurangi jumlah siswa yang hendak mencari kartu kuning ke Dinsosnakertrans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya