SOLOPOS.COM - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo, menggelar sosialisasi Penyelamatan Arsip Bernilai Sejarah sebagai upaya melindungi warisan budaya di Auditorium Lantai 10 Gedung Menara Wijaya, Sukoharjo pada Rabu (23/11/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri )

Solopos.com, SUKOHARJO — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo, menggelar sosialisasi Penyelamatan Arsip Bernilai Sejarah sebagai upaya melindungi warisan budaya.

Pemkab berharap tanggungjawab menjaga budaya dan sejarah dikerjakan bersama dengan masyarakat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kegiatan yang digelar di Auditorium Lantai 10 Gedung Menara Wijaya, Sukoharjo pada Rabu (23/11/2022) pagi tersebut dihadiri oleh sekitar 300 orang.

Peserta terdiri atas Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) se Kabupaten Sukoharjo, Kepala Desa, tokoh masyarakat yang mengetahui seluk beluk sejarah desa, penulis hingga seniman.

“Kita sebagai tokoh masyarakat di wilayah masing-masing harus bisa ikut ngopeni, merasa memiliki atau handarbeni jangan sampai ada kesalahpahaman seperti kemarin. Tembok Keraton Kartasura hancur, tembok Singopuran hancur, saling menyalahkan saling tuntut menuntut,” tegas Bupati Sukoharjo, Etik Suryani dalam pebukaan kegiatan tersebut.

Baca juga: 4 Budaya asli Jepara Diusulkan Jadi Warisan Tak Benda, Ini Ragamnya

Etik juga menyoroti hal itu terjadi karena kurang  pemahaman dari berbagai lapisan masyarakat, padahal dia menyebut Pemkab Sukoharjo telah melakukan sosialisasi.

Bupati Etik menegaskan menjaga potensi yang ada di wilayah masing-masing merupakan tanggungjawab bersama.

Sementara itu, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakan Kabupaten Sukoharjo, Sumarno berharap masyarakat turut berperan aktif menyampaikan informasi terkait naskah atau benda-benda kuno.

Hal itu perlu dilakukan agar nasakah dan benda kuna dapat terinventarisasi melalui Disarpus Sukoharjo.

“Harapan kami semua akan berperan aktif dan memberi sumbangsih apabila ada informasi. masyarakat yang memiliki naskah dan benda kuna bersejarah bisa menghubungi kami atau tim pelestarian budaya Jawa Tengah,” terang Sumarno dalam kegiatan.

Baca juga: 16 Budaya asal Jateng Jadi Warisan Budaya Tak Benda Nasional, Ini Daftarnya

Dia mengatakan arsip-arsip di lingkungan OPD juga perlu ditata agar bisa diusulkan menjadi memori kolektif bangsa. Kepada para budayawan, seniman, penulis buku juga diharapkan terus berkiprah di Kabupaten Sukoharjo.

Mengingat penggalian sejarah tidak hanya berhenti satu atau dua hari tetapi berjalan terus hingga berakhirnya waktu.

Disarpus menurutnya juga mempunyai peran penting dan strategis dalam mengambil bagian dalam menjembatani upaya penyelamatan.

Selain itu Disarpus juga berperan menyediakan informasi mengenai sejarah perjalanan bangsa dan masyarakat lewat lembaran arsip, foto dan film-film yang dapat diakses bersama.

“Indonesia memiliki ribuan naskah kuno namun baru beberapa yang masuk dalam catatan UNESCO. Maka sudah barang tentu kita semua termasuk masyarakat untuk saling terbuka. Apabila mempunyai naskah atau benda-benda kuno yang bersejarah dapat diakses pemerintah derah dalam hal ini Disarpus Sukoharjo,” ungkap Sumarno.

Baca juga: Manuskrip Kitab Primbon asal Sragen Diusulkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Lebih lanjut Sumarno mengatakan terselamatkannya arsip bernilai sejarah yang menjadi potret catatan kehidupan kebangsaan perlu diabadikan.

Rumah Sakit Orthopedi Dr. Soeharso menurutnya juga masuk dalam khasanah memori kolektif bangsa.

Selain itu, Sukoharjo juga mempunyai sejarah yang cukup panjang lainnya. Seperti pelurusan sungai sebagai salah satu bangunan peninggalan Kolonial Belanda di wilayah Baki yakni Buklondo yang terletak di pinggir Kali Baki di Desa Bentakan.

Pada zaman dahulu, Kali Baki merupakan kanal yang alirannya berkelok-kelok. Kemudian, pemerintah Kolonial Belanda meluruskan aliran sungai untuk mempermudah memasok air ke saluran irigasi yang mengalir ke perkebunan tebu dan tembakau.

“Bangunan itu lebih kuat dibanding dengan selokan mataram yang dibangun pada 1943 oleh pendudukan Jepang dan Hamengkubuwono IX. Di Nusupan, Grogol dulunya digunakan untuk kapal pedagang dari Gresik sampai Bojonegoro. Itulah sejarah besar yang perlu digali bersama untuk sejarah di Kabupaten Sukoharjo,” terang Sumarno.

Baca juga: Jamu Jampi Usodo, Warisan Nusantara Menyehatkan Dunia



Masih banyak pula peninggalan di Kabupaten Sukoharjo seperti Makam Majasto, Makam Balakan, Pesanggrahan Langenharjo, Candi Sirih yang saat ini masih menjadi obyek penelitian.

Candi Sirih diketahui menjadi satu-satunya candi yang dibangun dari batu kapur. Sementara candi lainnya terbuat dari batu andesit.

Petilasan PB IX yang berada di Kecamatan Nguter dan peninggalan lainnya juga masih tersisa. Sementara di bidang sastra Cerita Panji Sinukertapati dan Dewi Sekartaji yang diterbitkan pada abad XIII juga masuk dalam memori of knowledge.

Sehingga masyarakat Sukoharjo diharapkan ke depan terus menyumbangkan karya intelektualnya.

Baca juga: Potret Uniknya Pacu Itik, Lomba Balap Bebek Terbang di Payakumbuh Sumbar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya