SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Puluhan butir kelengkeng tersaji di meja di tengah deretan kursi pendapa Balai Desa Sigit, Tangen, Sragen, Minggu (21/4/2019). Buah berbentuk bulat dan berwarna cokelat muda itu dipetik dari kebun kelengkeng seluas 4 hektare tanah kas desa.

Kebun kelengkeng itu hanya berjarak 1 km dari balai desa. Kepala Desa Sigit Wardono menyiapkan hidangan kelengkeng bercampur dengan pisang dan kacang tanah rebus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mobil Toyota Fortuner warna hitam berpelat nomor AD 1 BU masuk halaman balai desa. Sosok perempuan berhijab dan berpakaian hitam keluar dari mobil. Ia tidak lain Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati yang dinanti-nanti Wardoyo bersama sejumlah warga Sigit.

Setelah orang nomor satu di Sragen itu datang, barulah kelengkeng itu dinikmati. Yuni, sapaan akrab Bupati, tak mengetahui kelengkeng itu berasal dari kebun Desa Sigit.

Ekspedisi Mudik 2024

“Ayo, kita panen kelengkeng!” serunya setelah sarapan nasi jagung dan gudangan.

Kendati hanya berjarak 1 km, rombongan Bupati tetap menaiki mobil. Mobil melewati jalan desa yang masih berupa batu bercampur tanah. Sesampainya di pinggiran kebun, Yuni disambut puluhan ketua rukun tetangga (RT) yang telah berkumpul.

Mereka menyiapkan kajang dan panggung mini untuk menyambut kedatangan Yuni. Kelengkeng menjadi hidangan utama untuk para tamu.

“Hlo ini kelengkeng yang dipetik dari kebun? Bukan yang beli di pasar? Wah kalau begitu harus dicoba. Ayo ambil satu-satu ya!” ujar Yuni sembari mengambil ranting penuh kelengkeng dan dibagikan kepada seluruh warga yang hadir.

Setelah mendapat bagian, Yuni meminta bersama-sama mengupas kulitnya dan memakan bersama-sama. “Mantul, Bu!” teriak salah satu ketua RT setelah mencicipi buah kelengkeng.

“Iya, mantul… Akan lebih mantul bila dikirim ke Pendapa Rumdin Bupati,” kelakarnya yang bikin gelak tawa warga.

Yuni ingin melihat dan memetik kelengkeng langsung di kebun. Setelah memotong pita merah di gapura masuk kebun, Yuni menyusuri jalan setapak di pinggiran kebun yang dipagari jaring dari bahan plastik.

Ia pun menuruni jalan terjal dan curam. Dua orang warga harus membantu memegangi kedua tangan Yuni saat berjalan di jalan itu. Begitu sampai di kebun, Yuni langsung memetik dan mencicipi klengkeng itu. “Ada kelengkeng rasa durian juga,” kata Wardoyo.

Kata-kata Wardoyo membikin Yuni penasaran. Ia berjalan ke dalam lagi untuk mencari kelengkeng durian. Ternyata rasanya manis dan beraroma durian. Ada empat jenis kelengkeng di kebun itu, yakni kelengkeng diamon, silver, itoh, dan aroma durian.

Ada 385 batang pohon kelengkeng bantuan pemerintah yang ditanam di kebun itu sejak pada 2015. Hama codot menjadi musuh 14 petani yang memelihara tanaman kelengkeng itu karena banyak buahnya yang habis dimakan hama buah itu.

Tri, 30, warga Slendro, Gesi, Sragen, datang bersama sembilan orang temannya satu kampung. Ia membayar Rp20.000/orang untuk bisa masuk ke kebun itu dan makan kelengkeng sepuasnya.

Tri merasa harga tiket masuknya terlalu mahal karena yang di Purwodadi hanya Rp15.000/orang. “Buah kelengkengnya juga berair dan dagingnya tipis. Ini baru dibuka kali pertama. Ya, lumayan, tapi ke depan masih banyak yang perlu diperbaiki, seperti jalannya, fasilitas toilet, gazebo, dan seterusnya,” katanya.

Suparno, 41, warga Dukuh Kedawung RT 018A, Slendro, Gesi, menggelar tikar di bawah rindangnya pohon kelengkeng. Ia tiduran bersama keluarganya sambil menikmati kelengkeng.

Ia juga membawa bekal makan siang berupa nasi dan ayam goreng. Suparno mengetahui adanya kebun kelengkeng itu dari Facebook. “Iya, tadi masuknya bayar Rp20.000/orang. Kalau anak kecil hanya Rp10.000/orang,” katanya.

Yuni tertarik melihat Suparno yang menikmati teduhnya siang itu. Ia mengampirinya dan ikut nebeng beristirahat di bawah teduhnya pohon kelengkeng. Yuni bercerita bersama warga lainnya tentang konsep pengembangan kebun kelengkeng itu.

“Harapannya muncul kebun-kebun seperti ini dengan varian buah yang berbeda. Orang cari kelengkeng ingatnya Sigit. Nah, orang cari durian sudah ada kawasan Betisrejo. Orang mencari nangka ingatnya di Plupuh, Tanon, dan Sumberlawang. Ada 1.200 bibit nangka yang disebar di tiga kecamatan itu. Ini peluang untuk promosi daerah. Pemkab akan membantu promosi wisata itu,” tuturnya saat ditemui wartawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya