SOLOPOS.COM - Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati. (Istimewa/Diskominfo Sragen)

Solopos.com, SRAGEN – Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, melihat ada upaya membawa persoalan kasus bunuh di Sragen ke ranah politik mengingat tahun 2024 sudah dekat. Meski begitu, Bupati yang akrab disapa Yuni ini melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar.

“Jadi tidak apa-apa. Ada framing mendekati 2024 itu ya wajar. Ada yang bilang inikah bupati pilihan Anda? Inilah parpol pilihan Anda sehingga ada bunuh diri?” ujar Yuni, sapaan akrab Bupati, saat ditemui Espos dan petugas dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Sragen, Senin (9/5/2022).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ia mengatakan pihaknya sudah berupaya mencegah terjadinya kasus bunuh diri. “Saya minta camat ke lokasi kejadian. Faktornya bukan hanya ekonomi, karena ada faktor lain,” sambungnya.

Ia menolak bila pemerintah dianggap lepas tangan terhadap upaya mengatasi masalah kemiskinan, terutama di masa pandemi Covid-19. Pasalnya, beragam bantuan sosial sudah digelontor pemerintah untuk mengurangi dampak ekonomi akibat pandemi yang berkepanjangan.

Baca Juga: 3 Kasus Bunuh Diri Dalam Sehari di Sragen Tampar Muka Pemerintah

“Upaya itu yang dilakukan kalau berkaitan dengan masalah ekonomi. Kalau anak sekolah bisa disampaikan ke UPTPK [Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan] karena SD dan SMP itu tidak perlu biaya. Ada pula GNOTA [gerakan nasional orang tua asuh] juga bisa memberi beasiswa,“ jelas Yuni.

Hal yang perlu dilakukan saat ini, kata Bupati, adalah upaya antisipasi supaya kasus bunuh diri tidak terulang. Dia berharap ada kepedulian antarwarga di wilayah masing-masing. “Saya juga meminta Kantor Kemenag [Kementerian Agama] Sragen ikut membantu memberi penyuluhan keagamaan lewat para penyuluh. Dari Pemkab sendiri juga menerjunkan kepala desa dan perangkatnya untuk memahamkan masyarakatnya,” ujar dia,

“Kemiskinan bisa jadi salah satu dari banyak faktor yang dihadapi seseorang [yang nekat bunuh diri]. Kami tidak tahu kondisi psikisnya, gangguan kejiwaannya, dan faktor lainnya yang mempengaruhi,“ katanya.

Baca Juga: Bunuh Diri Lagi di Sragen, Kini Penjual Bakso Bakar Gantung Diri

Ambang batas stres yang lebih rendah bisa juga menjadi faktor pemicu seseorang melakukan bunuh diri dan sebagainya. “Apakah mungkin ada gangguan kejiwaan? Kalau bicara masalah ekonomi, saya rasa semua orang merasakan ekonomi yang sulit. Kenapa ada warga yang ekonominya lebih di bawah tapi justru lebih tahan? Mbah-mbah yang tinggal di rumah sendirian pun juga lebih tahan untuk tidak bunuh diri?” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya