SOLOPOS.COM - Es buah dan kolak menjadi dagangan favorit oleh para pedagang dadakan saat Ramadan. (FOTO: Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS)

Es buah dan kolak menjadi dagangan favorit oleh para pedagang dadakan saat Ramadan. (FOTO: Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS)

Ramadan tahun ini datang bertepatan dengan musim liburan semester. Kampus-kampus pun jadi sepi karena banyak mahasiswa yang pulang kampung. Namun, ada sebagian yang masih bertahan memanfaatkan puasa sebagai bulan usaha.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Ini kan banyak yang libur. Tapi teman-teman yang tidak pulang memilih untuk melakukan sesuatu yang menghasilkan di sini,” ujar Ella Aristantya Dewi, mahasiswi semester II PGSD FKIP UMS, Sabtu (21/7) sore.

Sore itu, Ella berada di tengah ratusan anak muda lainnya yang memadati jalanan di sekitar kompleks Gelora Manahan untuk ngabuburit. Bedanya, gadis asal Kudus ini bukan datang untuk nongkrong di tepi jalan. Bersama 12 rekannya sesama mahasiswa PGSD UMS, dia menjajakan puluhan gelas minuman untuk buka puasa. Tanpa ragu mereka berderet di pinggir jalan seperti halnya puluhan pedagang dadakan lainnya di kawasan itu.

Awal Ramadan ini memang mereka jadikan sebagai momen belajar berwirausaha. Rencana ini sebenarnya baru tercetus menjelang datang Ramadan. Saat masih disibukkan dengan musim ujian beberapa pekan lalu, mereka mulai memikirkan apa yang akan dilakukan selama masa liburan panjang. Akhirnya mereka memilih berjualan menu buka puasa selama Ramadan daripada pulang kampung.

“Semula rencana ini hanya melibatkan empat orang tapi ternyata banyak yang tertarik dan akhirnya ada 13 orang di kelas D yang bergabung. Kebetulan banyak teman yang rumahnya asli Solo,” terang Ella.

Dengan modal awal berupa iuran bantingan masing-masing Rp15.000, mereka melakukan uji coba. Semua dilakukan bersama-sama, mulai dari belanja sampai mengolah minuman. Begitu ujian selesai dan Ramadan tiba, usaha itu pun dimulai. Sadar bahwa di kampus UMS Pabelan sudah sepi, mereka memilih lokasi berjualan di kawasan Manahan, Solo.

Sayangnya pada hari pertama Ramadan, tak seperti yang mereka bayangkan. Sempat menghabiskan waktu untuk menyiapkan menu jualan di rumah salah seorang rekan mereka di Cengklik, Ngemplak, Boyolali, mereka baru bisa berjualan mulai pukul 17.00 WIB. Selain itu, mereka juga sempat salah perhitungan karena banyak pedagang yang menjual es buah dan kolak yang jauh lebih murah daripada dagangan mereka.

“Semula mau kami jual seharga Rp2.500 per gelas tapi ternyata banyak yang jual Rp2.000. Malah ada yang jual sampai Rp1.500. Akhirnya kami turunkan harganya jadi Rp2.000 per gelas,” ujar Ella.

Namun start yang terlambat dan penurunan harga dadakan ini tidak membuat mereka gagal. Justru kedatangan mereka bertepatan dengan saat ramai-ramainya pengunjung di kawasan tersebut. Dagangan mereka pun nyaris habis diborong pembeli. Dari 43 gelas yang dijual, hanya tersisa beberapa gelas. Mereka memang belum berpikir untung-rugi namun ingin belajar wirausaha.

“Sebenarnya ini untuk pengakraban saja daripada kumpul-kumpul menghabiskan duit, ini bikin sesuatu yang menghasilkan,” ujar Iksan Wahyudi, mahasiswa PGSD yang juga ikut berjualan sore itu.

 

Sambil Bikin Skripsi

Di Manahan, para mahasiswa PGSD UMS ini bukan satu-satunya yang ikut memanfaatkan momen Ramadan. Di depan sebuah rumah di Jl Menteri Soepeno No 24, tak jauh dari Mapolresta Solo, sekelompok mahasiswi Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (POK) UNS melakukan hal yang sama.

Kebetulan para mahasiswi ini memang indekos di rumah tersebut. Mereka sudah bertahun-tahun indekos namun baru kali ini terpikir untuk memanfaatkannya sebagai tempat usaha. “Kebetulan kami ini kan sudah skripsi semua, jadi kami tidak pulang kampung dan coba-coba memanfaatkan peluang,” kata Kurniasih, mahasiswi semester VIII asal Kebumen yang berjualan, Minggu (22/7) sore.

Ada empat orang yang terlibat dalam usaha dadakan ini. Bermodal uang Rp200.000 hasil iuran, mereka berjualan sejak hari pertama Ramadan, Sabtu lalu. Karena sudah terbiasa memasak, mereka mengolah sendiri semua dagangan mereka mulai dari es buah sampai gorengan. Mereka pun bisa langsung memasak gorengan langsung di depan pembeli.

Hasil pada hari pertama cukup memuaskan. Pada Sabtu sore, dagangan mereka habis diserbu pengunjung yang ngabuburit di Manahan. “Nyaris habis, kira-kira 99% terjual.”

Hari itu pengunjung memang membeludak dan mendongkrak penjualan menu berbuka mereka. Sedangkan pada hari kedua, mereka harus berjuang keras menghabiskan dagangan.

Mereka sadar bahwa tempat tersebut memang kurang bagus untuk berjualan menu berbuka puasa. Meskipun terletak di pertigaan jalan, lokasi tersebut bukan tempat favorit bagi anak-anak muda untuk ngabuburit. Kurniasih dan rekan-rekannya pun menyiasatinya dengan menitipkan dagangan mereka ke beberapa penjual di dekat pintu gerbang belakang kompleks Gelora Manahan.

“Hari ini memang masih banyak tapi belum tahu yang dititipkan. Yang jelas kami tetap akan berjualan sampai setidaknya H-3 Lebaran,” ujar Astria, mahasiswi semester VIII POK UNS yang indekos di tempat tersebut.

Mahasiswa kelas PGSD UMS mengisi liburan semester mereka dengan menjajakan menu berbuka puasa di Jl Menteri Soepeno, Manahan, Sabtu (21/7/2012) lalu. (FOTO: Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya