SOLOPOS.COM - Ilustrasi tawuran yang berujung penganiayaan dan pengeroyokan di Sleman. (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, JOGJA — Aparat Polda DIY enggan menyebut aksi kejahatan yang menewaskan seorang pelajar SMA di Kota Jogja, Daffa Adzin Albasith (DAA), 18, Minggu (3/4/2022) dini hari sebagai klithih, melainkan tawuran. Pasalnya, motif insiden itu murni karena saling tersinggung antara kedua kelompok.

Dirreskrimum Polda DIY, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi mengatakan, dari hasil pendalaman, pihaknya menegaskan bahwa kasus yang menimpa pelajar itu bukanlah klithih atau kejahatan jalanan.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

“Jadi lebih tepat disebut tawuran, karena ada proses tersinggung dan saling ejek,” kata dia di Mapolresta Jogja pada Selasa (5/4/2022).

Sampai saat ini polisi telah memeriksa 11 saksi yang mengetahui kejadian tersebut. Aparat juga telah memeriksa sembilan CCTV yang merekam kejadian.

Baca juga: Pelajar SMA di Jogja Tewas Disabet Gir Bukan Klithih, Tapi…

Polisi juga telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan menggelar rekonstruksi. Hal ini dilakukan untuk mendudukkan secara lengkap kronologi kejadan yang awalnya disebut dengan klithih di Jogja.

“Korban kejahatan jalanan ini tidak lagi acak dan bukan sembarangan orang. Tapi ada proses yakni dua kelompok laki-laki dengan mengendarai sepeda motor kemudian terjadi ejek-ejekan, tersinggung lalu tawuran. Jadi masuknya ke penganiayaan,” kata dia.

Kronologi

Aksi kekerasan yang merenggut nyawa DAA pada Minggu dini hari itu terjadi diduga akibat aksi saling mbleyer sepeda motor. kejadian bermula saat kelompok korban yang terdiri dari delapan orang dengan lima sepeda motor melakukan aksi balapan di Jalan Ring Road Selatan sekira pukul 01.00 WIB dini hari.

“Mereka mencoba kecepatan motornya dengan kencang. Namun di jalur lambat ada kelompok lain yang diduga rombongan pelaku dengan jumlah lima orang dua sepeda motor dan merasa tersinggung dengan suara knalpot kemudian membalas mbeleyer sepeda motornya, ” kata Kombes Pol Ade, Selasa (5/4/2022).

Baca juga: Terkuak! Pelajar Jadi Korban Klithih Jogja Gegara Bleyer Motor & Misuh

Misuh

Setelah itu, kelompok korban klithih di Jogja itu kembali melaju ke arah Jalan Imogiri. Mereka sempat melihat ke belakangan namun tidak ada kelompok pelaku yang mengikuti dari belakang. Mereka lantas berhenti di Warmindo Jalan Gedongkuning.

Sesampainya di Warmindo, sejumlah kelompok korban lantas memesan dan sebagian lainnya masih memarkirkan kendaraan. Tak disangka, kelompok pelaku kemudian lewat dan kembali membleyer sepeda motornya saat melewati Warmindo itu dan berteriak “asu, bajingan.”

“Kelompok korban kemudian terpicu untuk mengejar kelompok pelaku dengan empat sepeda motor lantaran tersinggung,” ungkapnya.

Sabetan Gir

Setelah berteriak dengan kata kasar rombongan terduga pelaku klithih melaju ke arah utara Jalan Gedongkuning, Jogja. Kemudian mereka sempat berhenti di area kantor Kelurahan Banguntapan dan kemudian berbalik arah untuk menunggu rombongan korban.

“Salah satu kelompok pelaku turun dan membawa alat seperti gir yang diikat dengan kain, pelaku sempat menyabetkan ke motor pertama dan tidak kena karena terlalu kencang dan saat motor kedua melintas langsung dihantam dan kena saudara DAA di bagian muka,” jelas Ade.

Ia menyebut, sampai saat ini petugas masih melakukan rangkaian penyelidikan terhadap kasus itu. Sejumlah saksi telah diperiksa termasuk rekaman CCTV di lokasi kejadian untuk mengungkap para pelaku dari kejadian itu.

Baca juga: Klitih di Jogja Bukan Kenakalan Tapi Kejahatan Remaja

Identitas korban

Korban aksi tawuran yang sebelumnya disebut klithih di Jogja itu adalah anak seorang anggota DPRD Kabupaten Kebumen, Madkhan Anis. Hal itu dibenarkan oleh Ketua Liga Mahasiswa Nasdem (LMN) Jawa Tengah, Muhammad Solechan. Solechan mengatakan Daffa merupakan anak polisi dari Partai Nasdem Kebumen, Madkhan Anis.

“Iya benar kemarin putra beliau meninggal jadi korban [klitih] di Jogja,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Selasa (5/4/2022).

Peristiwa nahas itu terjadi saat korban dan temannya hendak membeli makanan untuk sahur. Saat itu, korban dibuntuti rombongan pengendara sepeda motor.

Baca juga: Wakil Gubernur DIY Sedih Klithih Terus Terjadi

Kepala SMA Muhammadiyah 2 Kota Jogja, Slamet Purwo, mengatakan peristiwa itu berawal saat tiga siswanya, yaitu korban Daffa bersama dua temannya mengendarai dua sepeda motor. Mereka sedianya akan membeli makanan untuk makan sahur karena kebetulan tinggal satu indekos di kawasan Jl. Kusumanegara. Mereka kemudian dibuntuti oleh sekelompok pemotor. Tiga remaja itu itu berusaha untuk menyelamatkan diri.

“Ada dua anak kami yang itu pakai satu motor namanya sama-sama Dafa. Dafa Saputra yang nyetir dan Dafa [Adzin Albasith] ini korban yang membonceng berada di belakang. Ini kena sabetan benda tajam yang kami perkirakan semacam gir,” kata dia saat ditemui di Gedung Ibnu sina Kompleks SMA Muhammadiyah 2 Jogja, Jl. Kapas, Senin (4/4/2022).

Setelah korban dihantam oleh sekelompok pemuda dengan menggunakan gir itu. Temannya yang mengendarai sepeda motor membawa korban ke RSPAU Harjolukito. Setelah mendapatkan perawatan medis di rumah sakit, pada Minggu (3/4/2022) pukul 09.30 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya