SOLOPOS.COM - Dalang Ruwatan Massal, Ki Dalang Sahir Muda Buwono, saat memotong ujung rambut peserta ruwatan massal di Sendang Siwani, Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Sabtu (27/8/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com, WONOGIRI — Paguyuban Sendang Siwani di Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, mengadakan Ruwatan Massal. Kegiatan yang diikuti sebanyak 21 orang dengan mayoritas dari luar kota itu digelar di Pertapaan Sendang Siwani, Sabtu (27/8/2022) sore.

Prosesi tersebut melibatkan seorang dalang ruwat dari Kecamatan Giriwoyo, Ki Dalang Sahir Mudo Buwono. Ia memimpin jalannya Ruwatan Massal melalui media wayang kulit.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sebanyak 21 orang yang menjalani ruwatan duduk di balik kelir. Sebagian dari peserta ruwatan massal menggunakan kain mori yang digunakan menutup bagian tubuh mereka saat diruwat.

Setelah pembacaan doa oleh dalang yang memakan waktu sekitar satu jam, prosesi ruwatan dilanjutkan pemotongan rambut.

Setiap peserta maju ke hadapan dalang ruwat. Ujung rambut mereka dipotong dengan gunting. Seusai pemotongan, peserta Ruwatan Massal diminta membasahi muka dengan air bercampur bunga.

Baca Juga: Tradisi Encek di Jenar Wonogiri, Simbol Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

Juru kunci sekaligus Ketua Paguyuban Sendang Siwani, Slamet Riyadi, mengatakan, Ruwatan Massal yang dilaksanakan di area Sendang Siwani sore itu merupakan agenda tahunan. Acara rutin itu digelar sejak 2001 dan bertahan hingga sekarang. Namun, sempat terhenti selama dua tahun karena terjadi pandemi Covid-19.

Sebelum Ruwatan Massal digelar setahun sekali, mulanya agenda ruwatan hanya ditujukan membersihkan Sendang Siwani. Juru kunci sebelum Slamet, yakni Demang Supardi atau dikenal dengan Mbah Pardi, dikisahkan mendapat firasat mengadakan ruwatan.

“Firasat itu datang setelah peristiwa nasional pada 1998, di mana kondisi ekonomi memburuk. Pada suatu hari, Mbah Pardi seolah diberi petunjuk agar mengadakan ruwatan, membersihkan Sendang Siwani untuk membuang sial. Setelah ruwatan itu berjalan, tak berselang lama banyak orang yang minta diruwat juga. Dari situlah Ruwatan Massal dimulai,” kata Slamet.

Slamet menambahkan, Ruwatan Massal biasa digelar pada pertengahan-akhir Sura. Seperti halnya tahun ini, acara itu diadakan pada akhir Sura.

Baca Juga: Kisah Batik Wonogiren Mulai Dikenal setelah Dipromosikan Ibu Tien Soeharto

Slamet tak menjelaskan apa maksudnya. Namun ia menuturkan tujuan diadakannya ruwatan guna membuang sial.

Dalam budaya Jawa, lanjutnya, ada sejumlah kategori warga yang harus diruwat. Di antaranya uger-uger lawang, kedono-kedini, ontang-anting, kembang sepasang, dan Selasa kliwon.

Adapun sumber dana yang dipakai menggelar acara tahunan itu, Slamet mengaku menggunakan dana hasil kunjungan warga. Di samping itu, peserta Ruwatan Massal juga dikenakan tarif.

“Misalnya, setiap kedono-kedini itu kan dua orang. Tapi keduanya hanya dikenakan satu tarif, senilai Rp500.000. Itu pun kalau mereka mampu. Kalau dirasa tidak mampu, kami tidak mematok tarif. Semampu mereka saja,” imbuhnya.

Baca Juga: Susuk Wangan, Daya Tarik Wisata di Air Terjun Girimanik Wonogiri

Salah satu peserta Ruwatan Massal di Sendang Siwani sore itu ialah Agus, warga yang berdomisili di Kota Solo. Ia membawa tiga anggota keluarganya untuk diruwat. Masing-masing istri dan dua anak perempuannya.

Istri Agus termasuk dalam kategori ontang-anting. Sedangkan dua anak perempuannya kembar sepasang.

Disinggung mengenai alasan keikutsertaannya dalam Ruwatan Massal di Sendang Siwani, ia mengaku baru mengetahui adanya acara ruwatan tahun ini. Selain itu, Agus juga masuk dalam keanggotaan pengurus Paguyuban Sendang Siwani sekitar tiga tahun lalu.

“Sudah sejak dua tahun pandemi Covid-19 tidak ada ruwatan. Setelah ikut paguyuban, saya baru kali ini ikut diruwat,” ujarnya.

Baca Juga: Kisah Penambang Emas Tradisional Wonogiri di Bukit Randu Kuning Jendi

Sekretaris Paguyuban Sendang Siwani, Supriyanto, mengatakan kegiatan lain di luar Ruwatan Massal, yakni pertunjukan reog, tari tradisional, dan wayang kulit. Seluruh rangkaian kegiatan itu digelar mulai pagi hingga malam.

“Selain dalam rangka tutupan Sura, kegiatan ini kami adakan sekaligus menyambut HUT ke-77 RI. Panitianya dari Paguyuban dibantu warga yang bertempat tinggal di Sendang Siwani,” ucap Supri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya