SOLOPOS.COM - Kusdinar Untung Yuni Sukowati (Solopos-Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN -- Bukan hanya pandemi Covid-19, Kabupaten Sragen punya persoalan lain yang butuh solusi. Persoalan itu adalah kekeringan.

Sekitar 36 desa yang tersebar di tujuh kecamatan di Sragen darurat kekeringan pada musim kemarau 2019. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen diminta tidak mengabaikan program penanggulangan kekeringan di tengah pandemi virus corona.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tokoh masyarakat di Desa Jambeyan, Sambirejo, Sugiyono, mengatakan kekeringan menjadi salah satu persoalan yang harus dicarikan solusi selain pandemi Covid-19.

Arab Saudi Longgarkan Lockdown, Tapi Haji dan Umrah Masih Dilarang

Melalui momentum Hari Jadi ke-274 Kabupaten Sragen, Sugiyono berharap Pemkab Sragen maupun warga yang terdampak kekeringan bisa menyiapkan mitigasi bencana secara lebih dini.

Pemkab Sragen diimbau tidak sekadar menyiapkan solusi jangka pendek yakni menyalurkan bantuan air bersih ke desa-desa terdampak kekeringan, tetapi juga menyiapkan solusi jangka panjang.

“Solusi jangka panjang itu meliputi menyiapkan sumur, tampungan-tampungan air, maupun menyiapkan potensi sumber air di masa depan. Misalnya, menanam pohon secara massal demi menghasilkan sumber air. Bisa juga dengan memperbanyak sumur-sumur resapan atau biopori sebagai upaya menjaga ketahanan air kita,” jelas Sugiyono kepada Solopos.com, Selasa (26/5/2020).

Apes Lur, Pria Jogja Ditusuk dan Dianiaya Gara-gara Burung Pentet

Manusia Perparah Kekeringan

Sugiyono menilai meluasnya dampak kekeringan yang melanda Sragen pada 2019 tidak lepas dari peran manusia. Dia mencontohkan dalam beberapa tahun terakhir banyak bermunculan kegiatan tambang galian C yang merusak perbukitan yang tersebar di Bumi Sukowati.

Perbukitan yang sebelumnya cukup asri karena banyak ditumbuhi pepohonan berubah menjadi lahan gundul nan gersang.

“Tidak hanya itu, banyak sumur dalam yang dibangun tanpa memperhatikan kaidah yang seharusnya dilaksanakan. Hal itu diperparah dengan banyaknya daerah resapan air yang berubah menjadi lahan beton,” ujar Sugiyono.

Wawancara dengan Siti Fadilah Dipersoalkan, Deddy Corbuzier Beri Klarifikasi

Salah satu solusi kekeringan Sragen menjadi sorotan akhir 2019. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memberi lampu hijau terkait pembangunan instalasi pengolahan air baku dari waduk seluas 6.576 hektare tersebut.

Bila tidak ada hambatan, pembangunan infrastruktur instalasi pengolahan air baku dari WKO itu mulai dibangun pada 2022. PDAM Tirtonegoro Sragen sudah mengantongi surat izin pengambilan air (SIPA) dari WKO sebanyak 150 liter/detik sejak 2018 lalu.

Gubernur Ganjar Pranowo Instruksikan Rapid Test Massal Se-Jateng

Kendati begitu, belum adanya dukungan anggaran membuat PDAM Tirtonegoro urung mengelola air waduk yang diresmikan mendiang Presiden Soeharto pada 1991 itu.

“Mudah-mudahan pada 2020 sudah bisa dimulai pembangunan infrastrukturnya. Yang membangun nanti pemerintah pusat melalui Dirjen SDA, Kementerian PUPR. PDAM Sragen tugasnya hanya mengelola,” terang Direktur Utama PDAM Tirtonegoro Sragen, Supardi, pada Desember 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya