SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembangunan sektor perumahan (freepik)

Solopos.com, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Akan mengoptimalkan penyaluran kredit pemilikan rumah atau KPR bagi masyarakat. Upaya ini sekaligus memulihkan perekonomian nasional di tengah masa pandemi Covid-19.

Direktur Finance, Planning & Treasury Bank BTN Nofry Rony Poetra menuturkan perseroan bersama para pengembang siap memberikan pembiayaan rumah subsidi sekitar 200.000 unit setiap tahunnya. Hal ini menjadikan BTN menguasai 80 persen penyaluran KPR.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Pencapaian ini menjadi salah satu pondasi Bank BTN untuk semakin memaksimalkan layanan KPR,” ujar Nofry dalam keterangan tertulis kepada Bisnis, Minggu (15/11/2021).

Baca Juga: Indonesia Butuh 9 Juta Talenta Digital untuk 15 Tahun ke Depan

Di sisi lain, lanjut Nofry, optimalisasi penyaluran KPR bagi masyarakat perlu dilakukan karena sektor perumahan dan properti, secara umum mempunyai multiplier effect yang besar.

Dia menjelaskan bahwa jika dilihat dari sisi output, setiap Rp1 yang dikeluarkan untuk sektor perumahan akan menciptakan nilai tambah pada ekonomi sebesar Rp2,15.

“Sementara pada sisi income multiplier, setiap Rp1 dapat menciptakan tambahan penghasilan pada pekerja sektor perumahan sebesar Rp0,76,” ujarnya.

Wakil Sekretaris Jenderal Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Dandung Sri Harninto mengatakan bank penyalur ataupun pengembang perlu memerhatikan kelayakan dalam menyalurkan hunian bagi masyarakat Indonesia, terutama masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Baca Juga: Mobilitas Penduduk Naik, Ekonomi RI Diharapkan Segera Pulih

Dia juga menjabarkan sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengadaan rumah bagi MBR, antara lain risiko urban sprawling, memastikan kualitas rumah murah, akses rumah yang memadai, dan strata title rumah rakyat.

Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengingatkan agar kalangan pelaku industri properti dan perumahan beradaptasi dengan kondisi ekonomi pasca-pandemi. Perlu strategi konkret dan tepat saat fase pemulihan ekonomi karena sumber daya terbatas.

“Harus ada terobosan, kalau tidak, akan ada di fase VL shape recovery. VL shape recovery ini agak berat di Indonesia karena kita akan kesulitan dalam menciptakan lapangan kerja terutama bagi generasi milenial,” kata Wijayanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya