SOLOPOS.COM - Gunung Merapi terlihat dari pos pengamatan Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jumat (27/11/2020). (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, YOGYAKARTA --- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memprediksi Gunung Merapi akan mengalami erupsi yang bersifat efusif atau lelehan, setelah statusnya dinaikkan menjadi Level III atau Siaga sejak Kamis (5/11/2020).

"Letusan efusif yang dapat terjadi sewaktu-waktu itu akan memiliki kesamaan dengan erupsi 2006," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam siaran pers BNPB seusai diskusi bertajuk Erupsi Merapi, Apa Yang Bisa Kita Lakukan melalui media daring, Minggu (29/11/2020).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hanik menerangkan pada kondisi tersebut tidak lantas menutup kemungkinan akan terjadi erupsi eksplosif. Namun pihaknya memperkirakan apabila memang terjadi letusan eksplosif, maka tidak akan sebesar erupsi pada 2010.

"Kalau terjadi letusan eksplosif itu tidak sebesar tahun 2010," kata Hanik.

Tewaskan 10 Orang, Ini Kronologi Kecelakaan 3 Kendaraan di Tol Cipali

Lebih lanjut, Hanik mengatakan prediksi letusan bersifat efusif itu didapatkan berdasarkan sejumlah fakta temuan secara periodik, yang mana hingga sejauh ini tidak terpantau adanya indeks kegempaan vulkanik dalam.

Selain itu, berdasarkan data yang dihimpun dari pengamatan, gas yang dapat memengaruhi pola erupsi telah terlepas secara berangsur-angsur dan pola kegempaan memiliki kesaman dengan pra erupsi pada 2006.

"Karena terjadinya kegempaan vulkanik dalam itu tidak ada [tidak terpantau alat]. Tidak ada tekanan berlebih dari dapur magma. Pola kegempaan juga mirip 2006. Gas-gas terilis lebih dulu," kata Hanik Humaida.

Tidak Menganggap Remeh

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang juga menjadi Keynote Speaker pada diskusi tersebut menilai meskipun perkiraan sementara bahwa erupsi Gunung Merapi akan bersifat efusif, namun dia tetap meminta seluruh komponen agar tetap siaga dan waspada, serta tidak kemudian menganggap remeh.

Ketum PBNU Said Aqil Siradj Positif Covid-19, Begini Kondisinya

Sebab, erupsi Gunung Merapi pada periode sebelumnya telah memberikan pelajaran dan gambaran yang nyata tentang potensi dan ancaman bahayanya.

"Dulu ada bunker bawah tanah, tapi nyatanya nggak kuat," kata Ganjar.

Sejauh ini, Ganjar yakin bahwa masyarakat di lereng Gunung Merapi sudah lebih mengerti dan memahami apa yang harus dilakukan ketika terjadi erupsi.

"Saya melihat ternyata kearifan lokalnya luar biasa, kentongannya hidup lagi. 'Early Warning System' yang baik sekali. Masyarakat sudah sangat mengerti tentang kondisi Gunung Merapi dan apa yang harus segera mereka dilakukan," katanya.

Penambahan Destana di Karanganyar Terganjal Anggaran

Ganjar juga meminta kepada segenap komponen dan pemerintah di daerah agar dapat menggunakan hasil monitoring BPPTKG terkait perkembangan aktivitas Gunung Merapi tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan berbasis pengurangan risiko bencana.

Sejalan dengan Ganjar, Hanik juga mengajak kepada seluruh masyarakat di wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB) III agar selalu waspada dan dapat memahami tentang fenomena alam yang kemudian akan memberikan pelajaran dan manfaat untuk ke depannya.

"Biarkanlah Merapi berekspresi. Kita sudah mengambil manfaat dari Merapi. Insha Allah nanti manfaatnya kita dapatkan kembali," kata Ganjar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya