SOLOPOS.COM - PENYELIDIKAN -- Jembatan Kutai Kertanegara yang sudah tidak lagi memiliki bentang jalan. Penyelidikan menunjukkan adanya kesalahan teknis pada jembatan ini yang menyebabkan keruntuhannya. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

PENYELIDIKAN -- Jembatan Kutai Kertanegara yang sudah tidak lagi memiliki bentang jalan. Penyelidikan menunjukkan adanya kesalahan teknis pada jembatan ini yang menyebabkan keruntuhannya. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

JAKARTA – Hasil kajian Tim Investigasi Lapangan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terhadap Jembatan Kutai Kertanegara menyebutkan terdapat kesalahan pada geometri sistem sambungan jembatan tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Ada kesalahan pada geometri sistem sambungan yang menimbulkan stress konsentrasi ketika kelebihan beban,” kata Ketua Tim Investigasi Lapangan BPPT Sudarmadi seusai Refleksi Akhir Tahun BPPT di Jakarta, Selasa (27/12/2011). Kesalahan berikutnya adalah material sambungan yang getas atau tidak ulet, dimana material untuk sistem sambungan antara hanger (penggantung) dan kabel utama terbuat dari besi cor dari yang seharusnya berbahan baja.

Selain itu terdapat juga kesalahan metode perbaikan ketika jembatan tersebut melengkung, diperbaiki dengan cara dinaikkan padahal belum diketahui penyebab turunnya. “Posisi baut stopper pada bagian bawah penggantung dinaikkan untuk re-cambering jembatan. Akibatnya terjadi pemusatan beban pada penggantung tersebut dan pin klem penggantung ke kabel utama patah,” katanya.

Setelah penggantung yang mengalami pemusatan beban gagal, penggantung ini menerima limpahan beban dari penggantung lainnya ditambah beban kejut. Akibatnya pin klem penggantung ke kabel utama patah juga dan demikian seterusnya sehingga rangka jembatan baja runtuh seluruhnya, ujarnya.

Menurut Sudarmadi, seharusnya ketika terjadi penurunan, keenam penggantung secara bersama diangkat kemudian dipasang sensor-sensor agar diketahui tegangan yang terjadi di penggantung. Dari sampel bekas patahan dari pin yang ditemukan, urainya, bisa diketahui kekuatan dari jembatan dalam menanggung beban yang terus-menerus, ataukah adanya cacat bawaan dari disain ataukah terdapat korosi pada sistem sambungannya.

Sementara itu Deputi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Ridwan Djamaluddin, mengatakan BPPT juga telah meminjamkan peralatan sonar dan multibeam echosounder dalam melakukan survei bawah air di runtuhan jembatan Kukar. “Tanpa alat ini disebutkan mereka, tim penyelamat korban tak bisa berbuat banyak dan seperti tak memiliki mata di tengah air keruh di kedalaman 40 meter,” katanya.

Jembatan di atas Sungai Mahakam itu dibangun 10 tahun lalu oleh PT Hutama Karya dan diawasi oleh PT Bukaka, namun runtuh pada 26 November lalu.

JIBI/SOLOPOS/Ant

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya