SOLOPOS.COM - Ilustrasi industri kelapa sawit. (Antara/Syifa Yulinnas)

Solopos.com, JAKARTA -- Potensi Usaha Kecil Menengah Koperasi (UKMK) berbasis kelapa sawit menjadi salah satu penyokong perekonomian nasional. Berbagai gagasan pun muncul untuk mengembangkan budi daya perkebunan sawit secara terpadu.

Demikian kesimpulan webinar Strategi Membangun UMKM Berbasis Kelapa Sawit di Era Pandemi yang digelar Sariagri.id dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Selasa (27/4).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengatakan salah satu model pengembangan sawit rakyat yang dibidik yaitu konsolidasi lahan rakyat.

Teten mengatakan model konsolidasi lahan rakyat menjadi pilihan untuk membangun korporat farming. “Luas lahan sawit tidak lagi satu-satunya kunci sawit dunia, kalau kita ambil pelajaran dari Malaysia,” ucap Teten saat membuka webinar ‘Strategi Membangun UMKM Berbasis Kelapa Sawit di Era Pandemi’.

Teten menyebut manajemen SDM, pasar, dan, inovasi, serta teknologi jauh menguntungkan dari pada luas lahan.

Baca juga: Menko Airlangga: Kelapa Sawit Berperan Strategis dalam Pembangunan Ekonomi

Sementara itu, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrahman menjelaskan pertumbuhan di sektor pertanian, kehutanan dan perkebunan. Di mana di triwulan IV tahun 2020 didorong oleh peningkatan permintaan dari luar negeri terutama komoditas sawit.

“Tanaman perkebunan tumbuh sebesar 1,13 persen yang didorong oleh peningkatan produksi kelapa sawit. Industri sawit menjadi variabel yang sangat penting terhadap roda perekonomian. Karena melibatkan lebih dari 16 juta tenaga kerja yang termasuk di dalamnya sekitar 7 juta pekerja di kebun sawit rakyat,” jelas Eddy dalam webinar tersebut.

Sementara sektor industri sawit, lanjut Eddy, telah menyumbang angka yang besar bagi perekonomian Indonesia dan devisa negara. Ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya rata-rata menyumbang terhadap devisa negara sebesar 21,4 miliar dolar AS atau 14,19 persen dari total ekspor non migas Indonesia.

Baca juga: Kepercayaan Dunia ke Indonesia Mulai Normal, Ini Penjelasan Kepala BKPM

Peranan Industri Sawit

Eddy mengatakan, dari sisi penerimaan negara, Industri sawit juga menyumbang pemasukan negara dalam bentuk pajak. Apabila diestimasikan nilainya mencapai Rp14-20 triliun per tahun.

“Dengan demikian, dapat disimpulkan betapa signifikan peranan industri sawit terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan,” ucap dia.

Sedangkan anggota Komisi IV DPR, Luluk Nur Hamidah mengatakan berdasarkan data 2017, total produksi CPO dari perkebunan kelapa sawit rakyat kurang lebih sebesar 13,11 juta ton. Atau 37,75 persen dari total produksi CPO Indonesia. Sedangkan produksi dari perusahaan swasta mencapai 56,92 persen. Atau 19,98 juta ton ditambah dengan 2,10 juta ton dari perusahaan besar milik negara.

Melihat data tersebut, Luluk berpendapat belum kompetitifnya perkebunan kelapa sawit rakyat karena produksinya yang rendah dibandingkan korporasi swasta.

Baca juga: KSPI Klaim 50.000 Orang akan Turun ke Jalan Pada Hari Buruh

“Dari temuan sementara, penyebab rendahnya produksi kebun sawit rakyat yaitu benih yang digunakan petani berkualitas rendah,” jelasnya.

Dia mengungkapkan, bahkan sebagian benih yang digunakan petani kelapa sawit rakyat tak jarang merupakan benih palsu.

“Benih unggul itu sangat mahal, barangkali ini juga bisa jadi bahan rekomendasi kepada pemerintah. Untuk meningkatkan produktivitas sawit rakyat dan membuat posisi mereka punya daya saing,” ucap dia dalam webinar yang digelar Sariagri dan BPDPKS.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya