SOLOPOS.COM - Petugas BPCB Jateng mengoperasikan alat GPR untuk menganalisis potensi struktur situs candi di bawah lahan perkebunan Dukuh Jaden, Desa Mranggen, Jatinom, Klaten, Jumat (9/10/2020). (Solopos-Taufiq Sidik Prakosa)

Solopos.com, KLATEN – Tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah (Jateng) mengecek kemungkinan ada atau tidaknya struktur candi di kawasan perkebunan Dukuh Jaden, Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom, Klaten.

Pengecekan dilakukan menggunakan alat ground penetrating radar (GPR). Pengecekan dilakukan menyusul banyaknya temuan batuan candi kawasan perkebunan wilayah Jaden yang selama ini dipenuhi tanaman keras serta tanaman hortikultura seperti pepaya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ada batuan candi yang dibiarkan tertumpuk dan tertimbun gundukan tanah. Ada pula yang ditata menjadi talut kebun. Penelusuran potensi struktur candi yang dimungkinkan masih tertimbun tanah dilakukan pada salah satu lahan tanah kas desa yang belum ditanami pada Jumat (9/10/2020).

Ngeyel Tak Taati Protokol Kesehatan, Warung Angkringan di Sragen Didenda Rp100.000

Ekspedisi Mudik 2024

Pohon sengon yang sebelumnya memenuhi perkebunan tersebut ditebangi belum lama ini. Rencananya, lahan itu segera ditanami pepaya oleh penyewa lahan.

Ada salah satu pohon sengon yang urung ditebang dengan akar mengikat bebatuan candi yang terpendam tanah.

Pamong Budaya BPCB Jateng, Deny Wahju Hidajat, mengatakan penelusuran diawali dari kawasan lahan yang ditemui banyak bebatuan candi.

“Jadi GPR ini nanti mengetes kandungan yang ada di wilayah Jaden. Mumpung belum ditanami pepaya, kami melakukan pengetesan. Ini menjadi salah satu cara untuk menekan biaya. Makanya kami langsung datangkan alat ke sini,” ungkap Deny saat ditemui wartawan di sela pengecekan, Jumat.

Didiskusikan dengan Ahli Cagar Budaya

Deny mengatakan pengoperasian GPR cukup dilakukan selama sehari. Setelah pengoperasian GPR dan mendapatkan data, hasil pengecekan lantas dianalisis dan didiskusikan dengan ahli cagar budaya.

Oknum LSM Resahkan Kades, Bupati Karanganyar Minta Tim Saber Pungli Turun Tangan

Soal kemungkinan ada situs candi di wilayah Jaden, Deni mengatakan sangat memungkinkan. Hal itu menyusul banyaknya temuan bantuan candi yang tersebar ke berbagai wilayah di lahan perkebunan wilayah Jaden.

Diperkirakan, situs candi di wilayah Jaden dibangun pada masa Mataram Kuno abad ke-9 hingga ke-10.

“Kalau memang situs sudah ditemukan, kami akan melakukan penggalian. Tentu kami akan menyewa lahan ketika benar-benar dilakukan penggalian tersebut. Setelah ditemukan situs, batuan-batuan lepas dikumpulkan di situs,” urai dia.

Hari Pertama, Begini Jalannya Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka SMPN di Klaten

Temuan batuan candi di wilayah Jaden menyebar setidaknya di empat lokasi kawasan perkebunan. Ada batu struktur candi, yoni, hingga arca Nandi. Selama ini, batu-batuan itu dibiarkan oleh warga.

“Saya tidak tahu sejarahnya seperti apa. Batu-batu ini sudah ada di kebun selama bertahun-tahun,” kata salah satu warga Jaden, Pungkurdi.

Data dari Gelombang Diolah Terlebih Dahulu

Pengolah data di BPCB Jateng, Sulis, mengatakan GPR beroperasi dengan mengeluarkan gelombang. “Tetapi jangan dibayangkan dari alat ini bisa langsung terlihat benda apa di dalam tanah. Data dari gelombang yang tercatat harus diolah terlebih dahulu,” ungkap dia.

Ini Lho Aksi Manusia Silver yang Bikin Resah Pengguna Jalan di Klaten

Sulis mengatakan GPR dioperasikan dengan digerakkan pada satu arah secara perlahan. Gelombang yang terpantul tercatat pada tablet yang sudah terkoneksikan dengan GPR.

“Alat bisa diatur panjang gelombangnya seberapa dan pancaran gelombangnya. Kedalaman yang bisa terdeteksi maksimal 10 meter,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya