Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak 65 desa yang menyebar di 11 kecamatan di Kabupaten Sragen masuk daerah rawan banjir karena berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo dan anak sungainya.
Para sukarelawan kemanusiaan di bawah koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen memantau pergerakan air di sejumlah sungai tersebut.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Seperti yang dilakukan para sukarelawan Ganefo, Tangen, memantau elevasi Bengawan Solo lewat Jembatan Ganefo yang menghubungkan Tangen dan Ngrampal. Seorang sukarelawan Ganefo, Tangen, Rudi, saat dihubungi Solopos.com, Minggu (7/11/2021), mengatakan intensitas hujan mulai tinggi di daerah hulu sehingga mulai ada peningkatan elevasi Bengawan Solo.
“Ada peningkatan sedikit setelah hujan mengguyur di daerah hulu Sabtu (6/11/2021) malam. Kami memantau terus pergerakan debit air Bengawan Solo,” jelas Rudi.
Baca Juga: DPC Organda Sragen Ungkap Surat Palsu Untuk Mutasi Kendaraan Angkutan
Kepala Pelaksana BPBD Sragen, Agus Cahyono, juga sudah berkoordinasi dengan para sukarelawan kemanusian atau search and rescue (SAR) untuk sama-sama memantau potensi banjir di daerah rawan banjir.
Agus menyebut potensi banjir itu berada di wilayahy sekitar DAS Bengawan Solo dan anak sungainya, seperti Sungai Mungkung, Sungai Garuda, Sungai Kenatan, dan anak sungai lainnya. Dia mengatakan daerah rawan banjir itu sudah dipetakan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda0 No. 1/2020 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sragen.
“Jadi 11 kecamatan itu cukup meratas, mulai dari Masaran, Plupuh, Tanon, Sidoharjo, Sragen Kota, Ngrampal, Gesi, Sukodono, Jenar, Tangen, dan Sambungmacan. Wilayah Masaran dan Sidoharjo yang paling banyak desa rawan banjirnya. Di Masaran ada 12 desa, yakni Desa Sidodadi, Karangmalang, Krebet, Jirapawan, Gebang, Dawungan, Masaran, Jati, Kliwonan, Pilang, Pringanom, dan Krikilan,” katanya.
Agus menerangkan di wilayah Kecamatan Sidoharjo ada 10 desa rawan bencana banjir yang terdiri atas Bentak, Patihan, Jetak, Sidoharjo, Singopadu, Jambanan, Taraman, Tenggak, Sribit, dan Pandak. Dia menyebut banjir merupakan salah satu bencana hidrometeorologi.
Baca Juga: 100 Keluarga Prasejahtera Sragen Tebus Paket Sembako dengan Harga Murah
“Kami sudah memberikan surat edaran ke desa-desa yang masuk daerah rawan benjir untuk ikut serta dalam pencegahan dan antisipasi banjir. Selain itu, Agus juga sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, seperti Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) dan Bidang Pengairan DPUPR [Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Sragen,” jelasnya.
Agus juga sudah berkoordinasi dengan seluruh potensi sukarelawan kemanusiaan. Dia mengatakan para sukarelawan itu sudah terkoordinasikan dengan baik oleh pihak-pihak terkait. Agus pernah mengumpulkan perwailan sukarelawan untuk koordinasi dalam pencegahan banjir.
“Komunikasi kami lakukan lewat jaringan teman-teman SAR. Bahkan para sukarelawan ini juga berkoordinasi dengan penajag pintu Jurug, Solo,” jelasnya.
Agus menyebut jumlah sukarelawan kemanusia itu mencapai 1.053 orang. Mereka sudah bekerja memantau potensi banjir di daerah masing-masing atau daerah terdekat dengan basecamp mereka,” jelasnya.