Sebanyak 417 orang terbunuh akibat ledakan bom curah atau klaster pada 2015.
Solopos.com, LONDON – Sebanyak 417 orang terbunuh akibat ledakan bom curah atau klaster pada 2015. Menurut Cluster Munition Coalition (CMS), Kamis (1/9/2016) sebagian besar kematian berasal dari Suriah, Yaman dan Ukraina.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Dikutip Solopos.com dari Reuters, Kamis (1/9/2016), gerakan masyarakat sipil internasional yang menentang penggunaan, produksi dan pengiriman munisi curah itu dalam laporannya mengatakan lebih dari sepertiga dari ratusan korban tersebut merupakan anak-anak.
Menurut CMS mayoritas korban bom curah terdapat di Suriah dengan 248 orang, diikuti Yaman dengan 104 orang dan Ukraina 19 orang. Korban akibat bom curah tersebut juga tercatat diantaranya di Laos, Lebanon, Afghanistan, Chad dan Kamboja.
Ia menuturkan Suriah, Yaman dan Ukraina tidak menandatangi Konvensi Bom Curah yang melarang penggunaan, penyimpanan, produksi dan pengiriman bom curah. “Pembiaran masih berlanjut dan warga sipil terus menjadi korban utama dari bom-bom curah,” kata Manajer Program Pengawas Bom Curah dan Ranjau Darat dari CMS , Jeff Abramson.
Pada satu sisi Kolombia, Islandia, Palau, Rwanda dan Somalia pada Agustus 2015 meratifikasi perjanjian sementara Kuba dan Mauritius menyutujuinya. Hal itu menambah jumlah negara yang telah menandatangi atau menerima perjanjian itu menjadi 119 negara.
Bom curah yang dijatuhkan dari udara atau melalui tembakan artileri menyebar di area luas. Bom-bom tersebut kadang gagal meledak meski demikian tidak gampang untuk menyisir dan membersihkannya. Banyak warga tewas dan terluka akibat ledakan bom berukuran kecil tersebut meski konflik telah lama berakhir. Bom-bom itu juga meninggalkan resiko bagi anak-anak yang mungkin saja tertarik karena penampakannya seperti mainan.
“Sangat disayangkan kita saat ini masih melihat serentetan orang-orang yang terluka dalam serangan itu. Hal tersebut adalah sesesuatu yang harus dikecam keras,” kata Jeff.