SOLOPOS.COM - Nadira, 1,5, putri dari Yunita Surya Rahmawati, 26, warga Gunung RT 001/ RW 012, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, di rumah kontrakannya Kamis (7/10/2021). (Solopos/Candra Putra Mantovani)

Solopos.com, SUKOHARJO — Kisah tragis keluarga Nadira, 1,5, yang tinggal di Gunung RT 001/ RW 012, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, tak berhenti pada masalah jantung bocor yang diderita bocah balita itu sejak lahir.

Sang ibu, Yunita Surya Rahmawati, juga divonis mengalami gagal ginjal sejak 2017 lalu. Akibatnya, kini Yunita harus rutin cuci darah dua kali dalam sepekan. “Saya juga rutin cuci darah dan ada obat yang tidak ditanggung BPJS,” jelas Yunita saat ditemui Solopos.com di rumah kontrakannya, Kamis (7/10/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di tengah kemalangan tersebut, suami Yunita, Andrean Yudi Kurniawan, yang bekerja sebagai petugas satpam juga terkena PHK pada 2020 lalu akibat pandemi Covid-19. Andrean kini mengandalkan penghasilan dengan menjadi buruh bangunan.

Untuk membantu ekonomi keluarga, Yunita kadang nyambi jadi buruh seterika pakaian jika ada yang membutuhkan. “Suami juga hanya buruh serabutan setelah kemarin kena PHK karena pandemi,” ungkapnya.

Baca Juga: Kisah Pilu Nadira, Bocah Sukoharjo yang Alami Jantung Bocor Sejak Lahir

Kondisi tersebut praktis membuat keluarga tersebut tak mampu membayar biaya pengobatan asal Sukoharjo yang mengalami kelainan jantung bocor tersebut. Sudah enam bulan ini Nadira tidak mendapatkan penanganan medis karena ketiadaan biaya.

Bukan hanya penanganan medis Nadira yang tidak mampu dibiayai Andrean dan Yunita, pemenuhan gizi bocah balita itu juga terkendala. Padahal, pemenuhan nutrisi itu penting agar Nadira bisa segera naik berat badannya.

Pemenuhan Nutrisi

Menurut Yunita, kondisi anaknya tersebut masih bisa disembuhkan dengan pemenuhan nutrisi untuk mencapai bobot ideal atau melalui jalur operasi. Namun, lantaran permasalahan ekonomi, untuk memenuhi kondisi tersebut belum memungkinkan.

“Kata dokter, ada kemungkinan bisa menutup sendiri katupnya kalau nutrisinya terpenuhi dan mencapai bobot ideal sekitar 10 kg. Supaya bisa memenuhi nutrisi harusnya susunya khusus, tapi karena tidak ada uang kami beri susu formula biasa,” imbuhnya.

Baca Juga: Potensi Parkir 1 Pasar di Sukoharjo Bisa Sampai Rp200 Juta, Tapi…

Saat ini, bobot bocah Sukoharjo yang mengalami jantung bocor itu baru 7 kg, sebulan hanya naik 6 ons. Untuk opsi operasi pun, Yunita dan Andrean tidak mampu membayar secara mandiri.

Kades Pucangan, Budiyono, mengaku langsung melakukan intervensi begitu mendengar informasi keluarga Nadira mengalami masalah. Beberapa intervensi yang dilakukan antara lain memberikan sejumlah bantuan bahan pokok dan pengurusan administrasi agar BPJS Kesehatan.

Sayangnya, kepesertaan BPJS Nadira belum jelas. Berdasarkan hasil koordinasi, Pemdes Pucangan akan mendapatkan kepastian terkait status BPJS Kesehatan Nadira pada Kamis malam.

“Karena ada salah NIK dan nama. Karena saat didaftarkan itu belum punya nama bayinya jadi tidak bisa dipakai BPJS-nya. Sudah kami bantu urus dan kemungkinan nanti malam bisa dipakai. Kalau sudah bisa akan kami antar langsung ke RSUD agar bisa segera mendapatkan penanganan medis,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya