SOLOPOS.COM - Ilustrasi divaksin Covid-19. (Freepik)

Solopos.com, SOLO–Tak sedikit penyintas Corona merasa heran lantaran sudah divaksin tapi tetap bisa positif Covid-19. Bahkan tak sedikit yang bergejala ringan hingga berat.

Nah, meski sudah divaksin bisa tetap positif Covid-19 itu bukanlah alasan untuk menolak program dari pemerintah ini. Hal ini seperti diungkapkan Dr. RA. Adaninggar, SpPD, melalui laman Instagramnya @drningz, Rabu (25/8/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia menjelaskan, infeksi Covid-19 yang terjadi setelah vaksin Covid-19 adalah terdeteksinya RNA SARS-CoV-2 atau antigen virus SARS-CoV-2 pada spesimen yang diambil  14 hari atau lebih setelah menerima vaksin dosis kedua yang ditentukan. Infeksi yang terjadi setelah vaksin memang sudah diperkirakan terjadi, apalagi selama belum terbentuk kekebalan kelompok yang cukup untuk menurunkan penularan.

“Tidak ada vaksin yang dapat menjamin Anda akan kebal 100 persen terhadap Covid, pasti ada sebagian kecil orang yang sudah divaksinasi namun masih bisa terinfeksi hingga sakit berat,” jelas dr. Ning seperti dikutip dari laman Bisnis.com, Kamis (26/8/2021).

Baca Juga:  Mengenal Hipotermia seperti Dialami Bayi yang Ditemukan di Wonogiri

Hal ini lantas bukan berarti vaksin tidak efektif karena vaksin terbukti dapat menurunkan risiko gejala berat dan kematian. Di Brazil, vaksin Sinovac 80 persen efektif menurunkan Covid bergejala, 86 persen mencegah rawat inap Covid, dan 95 persen mencegah kematian Covid. Vaksin AstraZeneca di Chile 68,68 persen efektif menurunkan Covid bergejala, 100 persen penurunan rawat inap Covid, mencegah perawatan ICU dan mencegah kematian akibat Covid. Masih di Chile, vaksin Pfizer 87,69 persen efektif menurunkan Covid bergejala; 97,15 persen penurunan rawat inap akibat Covid-19, 98,29 persen mencegah perawatan ICU dan 100 persen mencegah kematian akibat Covid. Kemudian vaksin Moderna 94,1 persen efektif menurunkan Covid bergejala pada 14 hari setelah dosis kedua.

Perlu diketahui, vaksin bukanlah obat. Tujuan vaksin adalah untuk memperkenalkan sosok virus ke sel imun manusia, agar nantinya tubuh manusia dapat membuat antibodinya sendiri terhadap SARS-CoV-2. Namun sekali lagi, tidak semua orang bisa membentuk antibodi yang optimal karena unik dan kompleksnya sistem imun masing-masing orang.

Lalu, seberapa berat infeksi setelah vaksinasi terjadi? Infeksi setelah vaksinasi dapat menimbulkan gejala atau tidak. Asimtomatik dan simtomatik dengan gejala bisa mulai sangat ringat hingga sangat berat, menurut dr. Ning. Berat atau ringannya gejala yang terjadi tergantung pada keseimbangan kedua faktor yaitu, paparan virus dan pembentukan kekebalan yang protektif setelah vaksin.

Baca Juga: Perlukah Mencetak Kartu Vaksin? Simak Penjelasannya

Oleh karena itu, agar gejala semakin ringan, penting untuk meminimalkan paparan virus dengan menerapkan protokol kesehatan dan menjaga kesehatan imun Anda dengan pola hidup sehat agar tubuh Anda dapat membentuk kekebalan optimal setelah vaksin.

“Ini merupakan usaha maksimal yang bisa kita lakukan di luar faktor genetik yang tidak diketahui,” katanya.

Dia menambahkan, pada sebagian orang yang tidak bisa membentuk kekebalan yang optimal dan protektif setelah divaksin, maka orang tersebut akan tetap bisa terinfeksi hingga bergejala berat dan meninggal. Data dari CDC menunjukkan, presentase kejadian infeksi setelah vaksin Covid-19 sangat kecil (<0.00005 persen) dengan angka rawat inap dan kematian lebih sedikit, namun kemungkinan juga tidak semua terdeteksi yang artinya prevalensi real belum diketahui pasti. “Oleh karena itu, optimalkan efektivitas vaksin apapun yang Anda terima dengan disiplin protokol kesehatan dan jaga kesehatan imun,” bebernya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya