SOLOPOS.COM - Petani dan ibu rumah tangga (IRT) di Wonoboyo, Jogonalan belajar membuat pupuk kompos di desa setempat, Selasa (2/3/2021). (Solopos-Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN -- Penggunaan pupuk kompos dengan memanfaatkan sampah organik secara terus-menerus dinilai bakal memberikan keuntungan ganda bagi para petani.

Pembuatan pupuk kompos dari sampah di tingkat rumahan sangat mudah dilakukan dan hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu diungkapkan Co-Founder Wasteless Project sekaligus Managing Direktur Adi Putra Klaten yang bergerak di bidang pengolahan limbah dan sampah, Alexander Enrico alias Kiko, saat ditemui wartawan di Wonoboyo, Jogonalan, Klaten, Selasa (2/3/2021).

Baca juga: Petani dan Ibu-Ibu di Wonoboyo Klaten Cuma Butuh 1 Jam Olah Sampah Jadi Kompos

Dia menyebut penggunaan pupuk kompos lebih efisien dan efektif dibandingkan penggunaan pupuk kimiawi. Selain dapat difungsikan menyuburkan tanah, penggunaan pupuk kompos dinilai lebih hemat. Di samping itu, hasil olahan sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

"Produksi pertanian saat ini sangat minim. Sawah seluas 2.000 meter persegi itu paling-paling hanya menghasilkan satu ton. Saatnya, pola pikir petani diubah. Jadi, tanah diolah dengan sampah dari mereka sendiri. Pembuatan pupuk kompos ini sangat cepat, hanya satu jam. Saatnya tinggalkan pupuk kimiawi," katanya.

Mencintai Bidang Pertanian

Hal senada dijelaskan mentor pembuatan pupuk kompos di Wonoboyo, Dimas Drissen. Pembuatan pupuk kompos dengan memanfaatkan sampah organik, terutama sisa sayur-mayur di skala rumahan menjadi upaya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mencintai bidang pertanian. Hal itu termasuk ke kawula muda.

Baca juga: Adu Banteng Motor Bronjong Vs Truk di Gedangan Sukoharjo, 1 Orang Meninggal

Dalam membuat pupuk kompos dinilai sangat mudah. Urut-urutan pembuatan kompos yang memanfaatkan sampah organik skala rumahan, yakni sampah organik di tingkat keluarga cukup ditambah garam, kapur dolomit, dan dicampur cairan fermentasi sebelum diblender di skala rumahan.

"Setelah itu, air ditiriskan. Airnya bisa digunakan pupuk. Ampasnya bisa difungsikan sebagai pakan ternak. Dengan cara seperti itu, tidak ada sampah organik yang terbuang percuma," kata Dimas Drissen.

Dalam skala lebih besar, lanjut Dimas Drissen, pembuatan pupuk kompos bisa mengoptimalkan dengan mesin penghancur. Sampah organik dalam jumlah banyak bisa dihancurkan dengan mesin penghancur. Setelah itu dicampuri dengan kapur dolomit, garam grosok, pecahan batu bata, abu sekam, limbah sebelum disebar ke media tanaman.

"Kalau melihat kotoran sapi itu njijiki. Di sini, diubah agar menjadi bermanfaat," katanya.

Dijual ke Pengepul Sampah

Kepala Desa (Kades) Wonoboyo, Supardiyono, mengatakan persoalan sampah di desanya menyisakan sampah organik. Terkait sampah anorganik sudah ditangani dengan baik, yakni dijual ke pengepul sampah. Di desanya terdapat 3.500 jiwa.

"Di Wonoboyo nanti, sampah sudah dipilah di tingkat rumah tangga. Ada sampah organik dan anorganik. Khusus sampah organik akan dibuat pupuk kompos dan pakan ternak. Kami pun sudah menyiapkan lahan 7.000 meter persegi sebagai demplot pertanian hortikultura dengan memanfaatkan pupuk kompos hasil sampah dari warga. Di luar itu, dilakukan pemanfaatan lahan pekarangan 2.000 meter persegi. Dalam 2-3 bulan lagi, semoga sudah ada hasilnya. Kami akan optimalkan wisata edukasi di bidang pertanian. Potensi sampah organik di sini sangat tinggi. Setidaknya dalam satu keluarga ada setengah kilogram sampah sayuran per hari," katanya.

Baca juga: Produksi Beras di Jateng Susut 95.250 Ton Disebut Masih Surplus

Salah seorang warga di Wonoboyo, Sunarto, 61, mengaku cara membuat pupuk kompos ternyata sangat mudah. Dari segi waktu, juga tak terlalu membutuhkan waktu lama.

"Saya akan mempraktikkan ilmu membuat pupuk kompos untuk meningkatkan kesejahteraan di rumah. Sisa sayuran bisa diolah sebagai pupuk kompos. Saya ini lagi senang-senangnya menanam tanaman di rumah. Nanti, pupuknya akan memanfaatkan sampah organik sehingga tak ada efek kimiawinya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya