SOLOPOS.COM - Pengelola budidaya maggot BSF Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Solo, Wiyono, menunjukkan hasil maggot segar, Senin (24/1/2022) (Solopos/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO — Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Solo mengembangkan budidaya maggot untuk mengurangi sampah organik. Kepala Bidang Veteriner DKPP Kota Solo, Agus Sasmito, mengatakan maggot merupakan organisme yang dihasilkan dari larva lalat tantara hitam atau Black Soldier Fly (BSF).

Maggot dihasilkan dari metamorphosis fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa. Selama fase tersebut, akan menghasilkan BST dewasa. Agus mengatakan budidaya maggot dapat menjadi media pengurai sampah yang efektif.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pembudidayaan maggot tidak membutuhkan bahan tambahan yang bermacam-macam. Hanya membutuhkan sampah segar. Ada pun tempat yang dipakai di antaranya kotak pembesaran maggot dan kotak penetasan telur.

Baca Juga: Wah, Bank Sampah RW 008 Purwosari Solo Kurangi 2 Ton Sampah per Bulan

Agus menambahkan dalam budidaya maggot yang sangat bermanfaat untuk mengurangi sampah organik, tak membutuhkan keahlian dan teknologi khusus. Siapa saja bisa melakukannya. “Dalam budidaya tidak membutuhkan keahlian dan teknologi khusus,” terang Agus kepada Solopos.com, Senin (24/1/2022).

Maggot juga tidak membutuhkan tempat pembudidayaan yang luas. Budidaya maggot hanya membutuhkan kotak pembesaran atau kandang yang berfungsi sebagai tempat BSF. Tempat tersebut digunakan untuk memproduksi telur-telur sebagai bibit maggot BSF.

Dengan ukuran kotak pembesaran sebesar 70 cm x 1,5 meter, sudah cukup untuk membudidayakan maggot BSF untuk skala kecil menengah. Maggot akan mencerna sampah organik atua sampak basah sebelum menimbulkan bau.

Baca Juga: Papi Sarimah Solo, Warga Bingung Mau Salurkan Sampah Nonorganik ke Mana

Tak Kenal Musim

Selanjutnya, maggot dapat diaplikasikan ke sampah organik yang sudah mengering mau pun kotoran hewan. Dari hasil pembudidayaan maggot oleh DKPP Kota Solo, dari 10 kg-15 kg sampah dapur yang diberikan akan menghasilkan 16 kg maggot segar.

“Setiap hari, 5 kg-10 kg sampah pada kotak pembesaran 70 cm x 1,5 cm. Dari situ akan dihasilkan 10 kg-16 kg maggot tiap satu kotak,” imbuh Agus.

Keunggulan lain yang dimiliki maggot sebagai media pengurai sampah organik ialah tidak mengenal musim dalam masa pemeliharaannya. “Budidaya maggot bisa dilakukan kapan saja, sepanjang tahun. Entah musim hujan, musim kemarau,” imbuh Agus.

Baca Juga: Waduh! Gunungan Sampah TPA Putri Cempo Solo Terancam Ambruk ke Sungai

Pengelola budidaya maggot milik Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Solo, Wiyono, mengatakan proses budidaya tak menghasilkan kotoran dengan jumlah banyak. Menurut Wiyono, dalam sekali panen kotak pembesaran maggot hanya menghasilkan 1 kg kotoran maggot.

“Dari 10 kg pakan yang diberikan tiap pekan, cuma menghasilkan sekitar satu kilogram kotoran sisa budidaya,” terangnya saat dijumpai di kandang maggot BSF milik DKPP Kota Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya