SOLOPOS.COM - Assistant Vice President (AVP) External Communication PT Telkom, Sabri Rasyid (kanan) dalam diskusi Di Balik Dapur Buku Tara Cape, yang disiarkan langsung di Youtube Espos Live, Selasa (13/12/2022). (Tangkapan Layar Youtube)

Solopos.com, SOLO —Berbagi pengalaman tentang seluk beluk bisnis usaha mikro kecil menengah (UMKM) menjadi satu tujuan Assistant Vice President (AVP) External Communication PT Telkom, Sabri Rasyid.

Sabri, sapaannya baru-baru ini merilis buku Tara Cape yang tidak hanya berkisah tentang kegagalan, namun juga keberhasilan para pelaku bisnis UMKM.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat ini, UMKM menjadi salah satu sektor fundamental di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Koperasi UKM,  UMKM mampu berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 60,51% atau senilai Rp 9.580 triliun pada 2021. UMKM juga berhasil mengatasi pengangguran di Indonesia dengan kemampuan penyerapan tenaga kerjanya yang tinggi yakni 96,92%.

Dalam diskusi Di Balik Dapur Buku Tara Cape, yang disiarkan langsung melalui Espos Live, Selasa (13/12/2022), Sabri mengatakan Tara Cape menuliskan berbagai upaya dan usaha yang tak pernah lelah (capek) dari puluhan pelaku UMKM untuk maju dan bangkit. Dengan menarik dan inspirati, Sabri merangkumnya menjadi 20 strategi jitu mengembangkan bisnis.

Sebagai pemerhati UMKM, Sabri lebih dari lima tahun berkecimpung dalam pembinaan dan inkubasi UMKM. Ia merupakan Koordinator Rumah Badan USaha Milik Negara (BUMN) yang menjadi ruang kolaborasi BUMN dalam pembinaan UMKM untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas.

“Saya lima tahun pegang pembinaan UMKM. Bahkan sebagai koodinator Rumah BUMN dari awal Rumah BUMN itu ada,” kata Sabri.

Baca Juga: Telkomsel Siaga Berbagi Kasih Tanpa Batas di Momen Natal 2022

Selama kurun waktu 2015-2017, Sabri menemukan berbagai cerita dari para pelaku UMKM di seluruh penjuru Indonesia. Meski Rumah BUMN salah satunya bertujuan untuk membentuk digital economy ecosystem, nyatanya masih ada berbagai hal yang harus disiapkan oleh UMKM.

Di antaranya bagaimana membangun model bisnis, produk, merek, kemasan, dan cerita atau value di balik produknya. Meski hanya 30-an UMKM yang ditampilkan di bukunya, Sabri telah membina setidaknya 3.500 UMKM selama 2012-2017.

“Saya menemukan cerita teman UMKM bahwa UMKM kita tidak harus langsung digitalisasi. Ada hal-hal yang harus disiapkan, dibangun, produknya, mereknya, kemasannya, cerita terhadap produk itu,” lanjut dia.

Dari bergaul dan banyak mendapat pengalaman dengan para pelaku UMKM, Sabri jugad diminta untuk membuat kurikulum pembinaan UMKM. Berangkat dari itu perhatian Sabri terhadap bisnis UMKM makin menguat. Sabri kemudian mendapat usul dan ide dari seorang rekannya mengapa ia tidak tulis saja semua pengalaman dan kurikulum itu menjadi sebuah buku.

Baca Juga: Bos Fintech Optimis Penyaluran Pinjol Tembus Rp250 Triliun hingga Akhir 2022

Tantangan Menulis

Di sisi lain, Sabri berpikir pengetahuan yang tidak dituangkan dalam tulisan tidak akan bisa abadi. Itu yang memotivasi dirinya agar menulis.

Jalan tak selalu mulus. Ada juga kritik yang Sabri tuai. Namun itu tak menjadi penghalang Sabri untuk membagi pengalaman dan pengetahuannya tentang seluk beluk bisnis UMKM.

“Sederhananya jiwa raga Anda bisa mati, tapi buku kita akan hidup selamanya. Orang akan dapat ilmu, buku kita akan disebut. Akhirnya saya termotivasi,” kata dia.

Menurut Sabri, musuh penulis adalah rasa tidak percaya diri yang muncul sebelum mempublikasi tulisan. Ketakutan itu menurutnya lahir dari diri sendiri. Ini juga yang dirasakan Sabri. Namun kini, buku Tara Cape sudah menuju cetakan ketiga.

“Saya sendiri awalnya enggak pede. Apa ada yang mau baca, mau beli,” kata dia sembari tertawa. Namun semangat dan komitmen berbagi pengalaman membuatnya yakin untuk menulis buku.

Baca Juga: Keluar Penjara, Eks Napiter Asal Ceper Klaten Ini Sukses Berbisnis Ikan Cupang

Selama perjalanannya menjadi Pembina dan Pemerhati UMKM Sabri mengaku lebih suka bertemu UMKM yang sempat terpuruk, babak belur. Dari situ, Sabri dan UMKM bisa belajar bersama bagaimana harus bangkit. Mulai dari tips, strategi produksi, pemasaran, dan manajemen. Disiplin administratif juga menjadi satu hal yang bisa dilakukan oleh pelaku UMKM. Misalnya memisahkan antara modal, laba, dan kebutuhan rumah tangga.

“Saya lebih suka ketemu UMKM yang dari awal babak belur, kita sama-sama belajar. Akhirnya setahun dua tahun Alhamdulilah bisnisnya naik. Jadi tipsnya apa, strateginya apa,” kata dia.

Beberapa strategi jitu yang Sabri bagikan dalam bukunya di antaranya asah kembali anak panah. Maksudnya, pebisnis perlu menanjamkan fokus dalam keberlangsungan bisnis.

Kedua, jangan ragu balik arah. Maksudnya saat ada produk yang tidak laku, pelaku UMKM bisa mengevaluasi strategi dan produknya. Hilangkan keraguan untuk melihat riwayat ke belakang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya