SOLOPOS.COM - Ilustrasi terlambat (Freepik)

Solopos.com, SOLO -- Kadang janjian dengan orang yang suka ngaret alias tidak tepat waktu bikin jengkel. Namun, ada penelitian yang menyebut orang yang suka ngaret merupakan orang yang optimistis yang berpeluang punya umur panjang.

Ngaret tidak bisa dilepaskan dari karakter orang. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Jeff Conte, profesor di San Diego State University. Pada 2001, Conte melakukan riset terkait pengaruh karakter terhadap kebiasaan telat. Partisipan riset dibagi jadi dua tipe.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tipe A adalah kumpulan orang ambisius dan kompetitif. Sedangkan, tipe B adalah kumpulan orang kreatif, reflektif, serta eksploratif. Conte meneliti tentang persepsi waktu dari dua tipe partisipan ini. Hasilnya perbedaan karakter memengaruhi persepsi waktu.

Tipe A mempersepsikan waktu satu menit setara dengan 58 detik. Sedangkan, tipe B mempersepsikan waktu satu menit setara dengan 77 detik.

Baca Juga: Viral Pengendara Moge Ditendang Paspampres, Siapa yang Salah?

Hal ini menunjukkan jika perbedaan karakter turut memengaruhi persepsi waktu tiap individu. Orang yang anti-ngaret atau tepat waktu, lebih rutin melihat jam.

Maka tidak mengherankan jika kaum anti-ngaret bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai tenggat waktu. Tidak hanya itu, mereka juga punya perkiraan waktu yang tepat.

Contohnya perkiraan waktu untuk pergi ke suatu tempat. Perkiraan waktu ini menentukan kapan mereka harus memulai dan mengakhiri pekerjaan. Walau begitu, karakter bukan satu-satunya pengaruh orang mudah terlambat. Ternyata, lingkungan sekitar turut memengaruhi.

Josh Klapow seorang psikolog menjelaskan jika lingkungan terdekat bisa memengaruhi kebiasaan telat. Salah satunya lingkungan keluarga. Orang tua yang mengerjakan segala sesuatu tepat waktu, berpengaruh pada orang di sekitarnya.

Baca Juga: Mas Wali Gibran Rampung Divaksin Covid-19, Wawali Teguh Malah Ngantuk

Selama ini banyak orang menganggap jika ngaret selalu bersifat negatif. Namun ternyata, anggapan ini tidaklah 100 persen benar. Dikutip dari Southern Living, beberapa waktu lalu, orang yang sering terlambat cenderung jarang stres dan lebih rileks.

Bisa Kurangi Depresi

Tidak hanya itu, tekanan darah pada orang yang sering terlambat, cenderung lebih rendah. Hal ini turut menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, dan depresi.

Maka tidak mengherankan banyak peneliti mengatakan jika orang suka ngaret memiliki usia lebih panjang. Tidak hanya memengaruhi kesehatan tubuh. Ternyata orang telat lebih optimistis dan realistis. Hal ini dikatakan oleh Diana DeLonzor, selaku penulis Never Late Again.

Orang terlambat dianggap lebih optimistis lantaran bisa mengerjakan banyak hal. Namun, tugas utama tetap terlaksana, walau tidak sesuai jadwal.

Baca Juga: Profil Bupati Termuda di Jateng: Lulusan AS, Suami Artis Chacha Frederica, Harta Rp7 Miliar

Walau terkesan ngaret, mereka cenderung percaya semua tugas bisa diselesaikan. Hal ini menandakan mereka berpikir lebih optimis. Walau kenyataannya berbeda dengan ekspetasi.

Lantaran memiliki pemikiran lebih optimistis orang suka ngaret cenderung punya kesehatan lebih baik. Hal ini diungkapkan oleh peneliti di Harvard Medical School. Selalu optimistis bisa memperpanjang usia harapan hidup sehingga menurunkan risiko kematian dini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya