SOLOPOS.COM - Suasana terminal angkutan kota atau angkuta di kawasan perkotaan Wonogiri, Rabu (22/9/2021). (Solopos.com/M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI — Paguyuban Angkutan Kota (Angkuta) Wonogiri memutuskan akan menaikkan tarif angkuta per Senin (5/9/2022). Hal itu imbas dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sejak, Sabtu (3/9/2022).

Ketua Paguyuban Angkuta Wonogiri, Suprapto, 58, mengatakan kenaikan tarif penumpang menyesuaikan dengan kenaikan harga BBM, yaitu sekitar 37 persen dari harga sebelumnya. Harga tarif angkuta untuk pelajar naikdari Rp2.000/orang menjadi Rp3.000/orang. Sementara, tarif angkuta untuk umum yang semula Rp3.000/orang menjadi Rp4.000/orang.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Kemarin malam kami para sopir Angkuta Wonogiri sudah musyawarah dan mufakat menaikkan tarif angkuta. Ini kami lakukan karena harga BBM naik 37 persen. Selain itu, sudah lebih dari 10 tahun tarif angkuta tidak pernah naik,” kata Suprapto kepada Solopos.com, Minggu (4/9/2022).

Kendati Pemkab belum mengeluarkan surat edaran (SE) tentang kenaikan tarif angkuta, paguyuban angkuta siap bertanggung jawab.

“Keputusan itu sudah dipikir dan diperhitungkan secara masak,” katanya.

Baca Juga: Jos! Para Sopir Angkot Wonogiri Berhasil Gagalkan Aksi Pencopetan

Jika tarif angkuta tidak naik, hal itu akan sangat merugikan para sopir. Pendapatan para sopir akan semakin tertekan.

Menurutnya, kenaikan BBM ini juga akan menurunkan animo masyarakat naik kendaraan umum, terutama angkuta. Sebab, daya beli dan animo masyarakat keluar rumah akan berkurang.

“Ini soal skala prioritas. Kalau BBM naik, harga-harga juga akan naik. Masyarakat jadi enggan keluar atau belanja. Tentu kami akan terdampak juga. Penumpang akan turun. Nah kalau tarif angkuta enggak naik, kami nanti bagaimana?” tanya dia.

Sopir Angkuta Wonogiri, Budi, 55, membenarkan hal tersebut. Para sopir sudah bermusyawarah dan bersepakat menaikkan tarif angkuta.

Baca Juga: Sempat Menolak, Paguyuban Sopir Wonogiri Setujui BRT Trans Jateng Beroperasi

Budi menjelaskan, setiap hari pendapatannya lebih kurang Rp140.000-Rp150.000/hari. Sebelum harga BBM naik, dia memerlukan Rp70.000/hari atau sekitar 10 liter/hari untuk mengoperasikan angkutannya. Selain itu, Budi harus mengeluarkan Rp50.000/hari untuk setoran.

“Sisa Rp20.000-Rp30.000 itu baru pendapatan bersih yang kami terima. Bayangkan, kalau tarif tidak dinaikkan, sementara BBM naiknya sampai 37 persen/liter. Pendapatan kami semakin kecil. Padahal, angkuta saat ini kebanyakan hanya mengandalkan anak sekolah,” jelas Budi saat dihubungi Solopos.com, Minggu.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Wonogiri, Waluyo, mengatakan segera membahas tarif angkutan umum di Wonogiri. Pihaknya akan mengundang semua paguyuban ataupun organisasi angkutan darat untuk berkoordinasi perihal tarif angkutan.

“Kami akan rumuskan dulu nanti bersama Organda atau paguyuban angkutan-angkutan. Tunggu saja,” kata dia kepada Solopos.com, Minggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya