SOLOPOS.COM - Pabrik gula di Kudus, Jawa Tengah (Jateng), PG Rendeng. (Dok. Bisnis.com)

Solopos.com, KUDUS — Banyak pabrik gula peninggalan zaman kolonial di Jawa Tengah (Jateng) yang telah tutup. Namun, di Kabupaten Kudus, Jateng, ada satu pabrik gula peninggalan masa kolonial Belanda yang hingga kini masih beroperasi.

Pabrik gula itu tak lain adalah Pabrik Gula (PG) Rendeng di Desa Rendeng, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus. Pabrik gula ini didirikan pada tahun 1840, atau sejak 184 tahun silam.

Promosi Cerita Klaster Pisang Cavendish di Pasuruan, Ubah Lahan Tak Produktif Jadi Cuan

Mengutip Murianews.com dari buku Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kabupaten Kudus terbitan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus tahun 2008, Pabrik Gula Rendeng dibangun pada masa kolonial Belanda pada tahun 1840. Nama pabrik ini dulu adalah Rendeng Suiker Fabrik.

Sebelum PG Rendeng berdiri, sebenarnya sudah ada dua pabrik gula lain di Kudus, yakni Pabrik Gula Besito dan Pabrik Gula Tanjung Mojo. PG Besitu didirikan pada tahun 1835 di Desa Besito, Kecamatan Gebog. Sedangkan PG Tanjung Mojo di Desa Tanjungrejo.

Kedua pabrik ini pun sempat berjaya dan memproduksi gula hingga diekspor ke Eropa. Meski demikian, dari ketiga pabrik gula itu hanya PG Rendeng yang paling berjaya di Kudus.
“Di Kudus dulu ada tiga pabrik gula yang lahir di era Belanda. Ada Pabrik Gula Besito, kemudian Pabrik Tanjung Mojo di Desa Tanjungrejo. Dan yang terbesar di Kudus era saat itu ya Pabrik Gula Rendeng,” kata ahli sejarah Kudus, Agus Susanto, dikutip dari Murianews.com, Senin (13/6/20022).

Baca juga: Kisah Si Raja Gula Asia, Pengusaha Terkaya dari Semarang

Menurut Agus, sejak berdiri pada 1840, Pabrik Gula Rendeng sudah langsung beroperasi. Bahkan, saat ini masih eksis untuk beroperasi. Bahkan, pihak Belanda saat itu, menurut Agus sampai rela membuat jalur kereta api. Tujuannya, mengekspor gula pasir yang diproduksi PG Rendeng ke ke Semarang dan berlanjut menuju ke Eropa.

Dari penjelasan Agus, sebelum adanya jalur kereta api, pemerintah Belanda memanfaatkan jalur darat terkait pengiriman gula pasir dari Kudus ke Semarang. Pembangunan jalur kereta api bertujuan untuk mempersingkat waktu pendistribusian gula pasir.

”Maka dibangunlah jalur kereta api pertama di tahun 1870. Tujuannya untuk akses ekspor gula pasir. Kan lewatnya dari Kudus ke Demak, terus ke Semarang menuju Pelabuhan Tanjung Emas,” sambungnya.

Baca juga:Manis di Masa Kolonial, Apa Kabar Puluhan Pabrik Gula di Soloraya 

Sebelum adanya jalur kereta api, pengiriman gula pasir dilakukan lewat jalur darat dengan waktu tempuh tiga hari dari Kudus menuju ke Semarang. Setelah adanya jalur kereta api, waktu tempuh menjadi satu hari untuk jarak Kudus ke Semarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya