SOLOPOS.COM - Takmir Masjid Jami Kayuapak, Polokarto, Sukoharjo, Winarno (memakai baju warna abu-abu), dan Bayan Desa setempat, Sutardi, berkeliling menunjukkan konstruksi masjid, Selasa (19/4/2022). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Masjid Jami’ Kayuapak di Desa Kayuapak, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah masih berdiri tegak dan mempertahankan struktur bangunan khas sejak tahun 1800-an.

Hal itu disampaikan Takmir Masjid Jami’ Kayuapak, Winarno, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (19/4/2022). “Ini sepengetahuan saya. Informasi yang saya terima kurang lebih [masjid berdiri] sekitar tahun 1800-an,” tuturnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Selama lebih dari dua abad atau tepatnya 222 tahun, Masjid Jami’ Kayuapak penah mengalami rehab skala kecil sebanyak lima kali. “Tetapi, struktur bangunan masih sama. Hanya bedanya ada penambahan keramik dinding,” jelasnya saat ditemui usai salat asar.

Ada 16 tiang penyangga di Masjid Jami’ Kayuapak. Tiang tersebut tanpa paku. Dari jumlah itu, ada lima tiang baru. Namun, dia menyebut kayu tiang penyangga lama tetap disimpan.

Berbeda dengan tiang penyangga, Winarno menjelaskan semua usuk dan struktur bangunan masih asli atau belum mengalami perubahan. Ada 95 usuk kayu tanpa sambungan, 7 jendela, dan 3 pintu.

Baca Juga : Bekas Gereja di Gantiwarno Klaten Ini Bakal Difungsikan Jadi Masjid

“Konstruksi asli masih bisa digunakan. Terbilang masih layak dan tidak membahayakan jemaah,” ujarnya.

Saat renovasi, katanya, tidak bisa dilakukan oleh sembarang pekerja. Renovasi akan dilakukan pekerja yang sudah berpengalaman menangani rumah Joglo. Hal itu berkaitan dengan penanganan Masjid Jami’ Kayuapak membutuhkan teknik khusus.

Tidak Bersertifikat

Masjid Jami’ Kayuapak ini bisa menampung 700 jemaah. Jika ditambah dengan serambi maka bisa menampung hingga 1.000 jemaah. Masjid berukuran 17 meter × 20 meter ini tinggi karena dibangun dua meter dari permukaan tanah.

Di dalam masjid terdapat mimbar yang disebut-sebut berusia ratusan tahun. Mimbar tersebut masih sering dipakai saat khotbah setiap Jumat.

Baca Juga : Berusia Lebih dari Seabad, Ini Wajah Masjid Baitussalam Gemolong Sragen

Beberapa jendela dekat pintu masuk, terdapat ukiran. Ada pula tulisan Arab dan Jawa pada bagian atas dekat mimbar. Tulisan itu diperkirakan sudah ada sejak pembangunan masjid.

masjid jami kayuapak sukoharjo
Takmir Masjid Jami Kayuapak, Polokarto, Sukoharjo, Winarno (memakai baju warna abu-abu), dan Bayan desa setempat, Sutardi, menunjukkan mimbar Masjid yang berusia ratusan tahun, Selasa (19/4/2022). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

Namun, Masjid Jami’ Kayuapak tersebut tidak memiliki sertifikat. Alasannya, pembangunan masjid dilakukan sejak zaman Belanda.

“Jemaah rata-rata dari daerah sekitar sini. Biasanya kalau puasa ada dari daerah lain, seperti Karanganyar, Sukoharjo, Palur, juga ke sini. Kadang datang saat malam Jumat,” jelasnya.

Dia menceritakan jemaah Masjid Jami’ Kayuapak tidak berkurang meskipun saat pandemi Covid-19. Pengajian rutin diselenggarakan setiap malam Selasa atau Senin sore saat hari biasa atau di luar bulan Ramadan.

Baca Juga : Masjid Tertua di Sukoharjo Ini Dibombardir Belanda, Tapi Tak Hancur

Cerita yang beredar di kalangan masyarakat, pembangunan Masjid Jami’ Kayuapak ini bekaitan erat dengan Kyai Ali Syuhada. Bahkan, ada yang menyebut bahwa masjid tersebut pindahan dari Kedunggudel, Sukoharjo.

“Katanya dulu di Kedunggudel mau diserang Belanda trus masjid ini dipindah ke sini. Dari Budayawan Sragen juga datang ke sini mengatakan strukturnya sama dengan Demak,” jelasnya.

Perhatian Pemerintah

Sayangnya, Masjid Jami’ Kayuapak belum mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Pembangunan, renovasi, dan segala sesuatu berkaitan dengan masjid tersebut berasal dari jemaah.

Dia berharap pemerintah bisa memberikan perhatian dalam hal bimbingan maupun pendanaan.

Baca Juga : Sejarah Masjid Tertua di Indonesia, yang Lebih Tua dari Majapahit

Dikonfirmasi secara terpisah, Bayan Kayuapak, Sutardi, membenarkan bahwa masjid yang berusia ratusan tahun tersebut sempat dipindahkan dari Kedunggudel, Sukoharjo ke Kayuapak, Polokarto.

“Dulu ada ahli sejarah di desa ini, tetapi sudah meninggal. Setiap Ruwahan dia selalu mengisi kajian dan menyelipkan cerita sejarah masjid ini. Dulu pas Ruwahan [Syakban] beberapa keluarga [asal] Kedunggudel banyak yang hadir ke sini,” katanya.

Dia berharap masyarakat di sekitar masjid dan pemerintah turut menjaga kelestarian masjid yang berusia ratusan tahun itu.



“Ke depan mudah-mudahan ada perhatian dari pemerintah. Soalnya dana desa belum ada yang arahnya ke fisik masjid. Apakah memang aturannya begitu atau seperti apa saya belum tahu,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya