SOLOPOS.COM - Warga mengritik baliho politikus yang bertebaran di banyak tempat di Tanah Air meski negara sedang mengalami krisis akibat pandemi Covid-19. (Twitter MediaRkyat_)

Solopos.com, JAKARTA— Pandemi Covid-19 belum berakhir. Rakyat juga sedang susah menghadapi kebijakan pemerintah yang sering berubah-ubah.

Namun kondisi itu tak menghalangi syahwat politik demi Pemilu 2024 dan Pemilihan Presiden 2024.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sejumlah politikus sudah sibuk berpromosi. Seolah tanpa malu, mereka secara terbuka tampil di ruang publik dengan berbagai pose dan tampilan esentrik demi mengais simpati masyarakat yang sedang sekarat.

Publik sebenarnya sudah mafhum, perilaku elit politik tersebut menegaskan bahwa kualitas demokrasi pasca reformasi memang payah.

Keberadaan baliho kampanye Pilpres 2024 di sudut-sudut jalan raya seolah mengesankan bahwa di dalam kepala mereka hanya ada kekuasaan dan bagaimana meningkatkan tingkat elektoral. Kemanusiaan? Itu soal lain.

Jadi Bulan-bulanan

Alhasil, fenomena baliho dan ketidakpekaan para elite itu menjadi bulan-bulanan publik.

Publik menilai para tokoh politik yang wajahnya terpampang di sana tidak memiliki empati karena saat ini negara tengah krisis akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan pantauan Bisnis, beberapa tokoh politik yang wajahnya banyak terpampang di baliho adalah Ketua DPR Puan Maharani, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Ketum PKB Muhaimim Iskandar, dan Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.

Baca Juga: Ini Saran WHO buat Indonesia saat Covid-19 Menggila 

Seorang warganet melalui akun Twitter @AT_AbdillahToha menilai biaya baliho lebih baik dialihkan untuk membantu rakyat terdampak pandemi.

“Halo Puan, Erlangga, Muhaimin, AHY, apa tidak risih dan malu memajang gambar diri besar-besar di seluruh Indonesia bersaing untuk pilpres yang masih tiga tahun lagi. Ketika rakyat sedang bergulat atasi pandemi dan kehidupan sehari-hari? Kenapa tak gunakan uang baliho itu utk bantu rakyat saja?” cuitnya, pada Kamis (5/8/2021).

Sementara itu, akun @jek__ menilai saat krisis seperti saat ini harusnya menjadi momentum para tokoh politik bekerja untuk rakyat dan bukan berkampanye lewat baliho.

“Baliho pejabat udah di mana-mana kerja untuk Indonesia 2024. Duh, gimana ya ngomong-nya. Kan sekarang lagi banyak masalah ya, pandemi belum kelar, orang-orang kelaparan, kok ya nunggu abis pemilihan baru mau kerja, sekarang lah kerjanya buset ngapain aja dah selama ini haha hihi aja lu,” cuitnya.

Mestinya Paham

Pakar Komunikasi Politik Univesitas Paramadina Hendri Satrio juga ikut menyindir para petinggi partai polik yang dinilainya minim rasa empati dan jiwa sosial.

“Ya ngapain juga para petinggi politik yang pasang baliho kampanye. Kita ajarin empati dan berjiwa sosial di masa pandemi, buang waktu aja. Mereka kan mestinya udah paham dong. Lagipula kan gak mungkin kita maksa orang untuk beramal #Hensat,” katanya melalui Twitter, Rabu (4/8/2021).

Politikus Partai Gerindra, Fadli Zon juga mengkritisi keberadaan baliho tersebut tetapi secara spesifik mengarah kepada baliho Puan Maharani.

Dia mengoreksi diksi yang menurutnya salah dalam baliho tersebut.

“Mari gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, apalagi dalam bentuk baliho besar yang terpampang ke seantero negeri,” katanya cuitan Twitter beberapa waktu lalu.

Dongkrak Popularitas Hendri Satrio menilai, pemasangan baliho oleh para petinggi partai politik bisa dimaknai sebagai upaya untuk mendongkrak popularitas.

Baca Juga: Baliho Puan Bertebaran untuk Mengganjal Ganjar ke Pilpres, Benarkah? 

“Dari hasil survey Kedai Kopi yang paling efektif untuk memperkenalkan calon adalah lewat baliho. Ini bukan masalah tingkat keterpilihan tapi tentang popularitas,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (5/8/2021).

Selain menilai para petinggi partai politik yang kurang memiliki empati pada kondisi krisis akibat pandemi, Hendri juga menyayangkan baliho yang isinya kampanye Pemilu 2024.

Menurutnya, Pemilu 2024 masih lama sehingga kampanye pada masa sekarang ini tidaklah tepat.

“Sangat disayangkan masih jauh 2024, walaupun adalah momen yang sekarang ini bisa pasang [baliho] karena memang masyarakat sedang berpikir bersiap-siap dan mencari tahu kira-kira siapa yang akan menggantikan Pak Jokowi tapi tetap saja menurut saya timing-nya tidak pas,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya