SOLOPOS.COM - Rini Yustiningsih (Istimewa/Dokumen pribadi)

Solopos.com, SOLO — Kata orang kepercayaan itu ibarat kertas. Sekali kertas itu teremas jadi kusut. Kertas tidak akan kembali mulus seperti seketika. Pernahkah Anda mengalaminya?

Ketika kepercayaan Anda kepada seseorang terkoyak, apakah Anda masih mempunyai perasaan seperti saat orang tersebut belum mencederai Anda. Nah bagaimana cara menguji orang tersebut layak diberi kepercayaan? Cara mudahnya sih coba saja beri pekerjaan, jika dia meninggalkan tanggung jawab pekerjaannya alias tidak menyelesaikan pekerjaannya tanpa alasan logis, ya dia masuk tanda-tanda orang yang tak layak diberi kepercayaan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ada cara lain, ada yang bilang cara ngetes kepercayaan seseorang adalah ketika Anda meminjamkan uang. Jika dia tidak kunjung membayar utangnya bahkan nomor WhatsApp Anda diblokir, bisa jadi itu pertanda tak layak juga dia mendapatkan kepercayaan Anda yang besar itu.

Kepercayaan buah sebuah proses panjang. Dia tidak dibangun dalam waktu semalam. Dia dibangun tidak dalam hitungan hari, butuh waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kepercayaan dibangun oleh tiga pilar; komitmen-tanggung jawab-kejujuran.

Dalam kepercayaan ada komitmen, sebuah sikap dedikasi atau kewajiban yang bersifat mengikat terhadap sesuatu atau tindakan tertentu. Komitmen juga bisa diartikan sebagai keterlibatan, terikat dan loyalitas.

Dalam kepercayaan juga ada tanggung jawab, sebuah kesadaran untuk melakukan tindakan dan siap dengan segala risikonya. Dalam kepercayaan ada kejujuran. Jujur artinya kesesuaian sikap yang dilakukan dengan perkataan yang diucapkan. Seseorang dikatakan jujur apabila dia mengatakan sesuatu sesuai dengan apa yang dia lakukan.

Karena proses untuk mendapatkan kepercayaan butuh konsistensi dan waktu panjang, maka kepercayaan itu mahal harganya. Namun kepercaayaan itu juga bisa runtuh seketika. Contohnya, kasus Sambo.

Sambo adalah potret bagaimana upaya institusi kepolisian membangun kepercayaan publik selama bertahun-tahun, runtuh dalam waktu tak berapa lama, 40 hari sejak kasus ini mencuat Juli lalu.

Video viral di beberapa daerah, ketika rombongan polisi lewat saat berkonvoi, warga meneriakinya “pasukan sambo”, “sambo”. Salah satunya di Kabupaten Toba, Sumatra Utara. Saat pawai pembangunan peringatan 17 Agustus, warga meneriaki dengan sebutan “Sambo”. Gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga, begitu peribahasa mengatakan. Gara-gara tindakan satu orang, mencoreng satu institusi yang akhirnya membuat hilang kepercayaan publik.

Citra

Masih ingat di benak kita, dalam beberapa tahun terakhir kepolisian sukses membangun citra positif. Baik itu polisi sahabat anak, polisi sahabat rakyat, polisi ramah dan jargon-jargon lainnya. Semua upaya membangun citra itu diarahkan ke citra positif, pengayom masyarakat, membantu masyarakat, menegakkkan hukum, mengatasi tindakan kriminal, transparansi rekrutmen polisi.

Anggaran kepolisian untuk membangun citra ini mencapai miliaran rupiah. Data pada 2009, Polri mengalokasikan Rp2,6 miliar untuk promosi akun Divisi Humas Polri melalui media sosial, baik itu Instagram, Facebook, dan Twitter. Pada 2020 dialokasikan Rp2,7 miliar. Itu baru untuk kegiatan promosi medsos.

Projek Multatuli melakukan riset berdasarkan data-data di Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Polri dan opentender.net. Data yang dicari seputar media sosial, publikasi, billboard dan lainnya yang berbau-bau media promosi, media publikasi. Data sepanjang 2017-2021 menemukan 57 tender dengan total anggaran Rp3,8 triliun.

Pada April 2021, Indonesian Corruption Watch menyebut dana untuk media sosial 2014-2018 mencapai Rp937 miliar. Pendekatan membangun citra dilakukan dengan pemanfaatan teknologi terbaru. Maka tak heran di kurun waktu itu muncullah peristiwa-peristiwa/ tokoh-tokoh yang menjadi viral.

Yang pada akhirnya memunculkan opini publik, polisi baik, polisi ramah, polisi peduli dan polisi sayang anak, polisi suka menolong dan lain sebagainya. Anak kecil tak takut lagi bertemu polisi. Makin jarang terdengar, polisi dijadikan “tumbal” oleh para orang tua saat anaknya tak mau makan. “Ayo makan, kalau enggak nanti didatangi polisi lo,” itu yang cukup sering dilontarkan orang tua kita dulu, saat mendapati anaknya tak mau makan.

Membangun opini publik terlebih membangun citra positif bukanlah pekerjaan mudah butuh kepercayaan, sikap, persepsi. Kepercayaan tidak muncul tiba-tiba, pemberitaan media massa juga berpengaruh besar untuk pembentukan kepercayaan publik. Tony Cram dalam bukunya Consumers That Count, menyebut biasanya ada tiga faktor yang menyebabkan lunturnya kepercayaan publik. menyangkut data/rahasia, kejujuran dan terkait uang.

Apakah kasus Sambo relevan dengan tiga hal ini? Tentunya sih begitu. Soal kejujuran, sejak rekayasa skenario pembunuhan Brigadir J terungkap, ini menandakan tidak adanya kejujuran dari Sambo dan teman-temannya yang menyebut kasus ini adalah “tembak-menembak”. Akhirnya muncul lagi pertanyaan publik. Lalu apa lagi yang disembunyikan, yang tak jujur?

Soal data dan rahasia. Beredar isu soal konsorsium 303 (perjudian) di jaringan media sosial, pada akhirnya juga menimbulkan pertanyaan publik. Benarkah ada imperium Sambo? Yang terakhir soal uang. Pembunuhan Brigadir J, akhirnya memunculkan berbagai spekulasi, salah satunya soal bungker duit ratusan miliar.

Ini adalah deretan pertanyaan publik yang memang harus dibuka seterang-benderangnya. Termasuk juga soal motif yang membuat Sambo emosi marah hingga membunuh Brigadir J. Publik penasaran, publik bertanya.

Transparansi menjadi hal  yang kini dinanti publik, untuk mengembalikan kepercayaan terhadap institusi kepolisian. Sambo juga menjadi momentum untuk melakukan bersih-bersih di tubuh polri. Akhirnya kembali lagi, bahwa pendekatan terbaik untuk membangun citra positif dan kepercayaan publik yakni tanggung jawab, kinerja baik dan profesional. Dana hanya penunjang. Komitmen adalah harapan, menepati janji adalah sebuah kepercayaan. Mari menanti babak baru Sambo!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya