SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

TAS KAIN PERCA--Yuningsih menunjukkan beragam tas yang diproduksi dari sambungan kain perca, di lokasi usahanya di Bangsalan RT 5/RW I, BAngsalan, Teras, Boyolali, Senin (5/12/2011). (JIBI/SOLOPOS/Hijriyah Al Wakhidah)

Solopos.com–Memiliki usaha sendiri mungkin tidak terbayang sebelumnya oleh Yuningsih, warga Bangsalan RT 05/RW I, Bangsalan, Teras, Boyolali.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tiga tahun lalu, Ning, sapaan akrabnya, masih bekerja pada orang lain sebagai tukang jahit. Lantaran sepi permintaan, oleh majikannya Ning pun disuruh berhenti. Tetapi, ia diberi bekal untuk membuat lembaran kain yang terbuat dari sambungan kain perca, terutama perca batik.

Berawal dari modal Rp 35.000, Ning mulai merintis membuat lembaran kain dari perca. Perca yang tak ada nilainya itu pun, disambung-sambung menjadi selembar kain ukuran dua meter persegi.

“Kain itu saya jual kepada majikan saya. Tapi saya tidak mau berhenti sampai disitu. Dengan ragu saya mencoba menawarkan sambungan kain perca itu kepada pedagang-pedagang di Pasar Beringharjo Jogja. Waktu itu sangat sangat tidak pede (percaya diri-red) karena hanya jual sambungan kain,” kata Ning, saat ditemui Espos, di lokasi usahanya, Senin (5/12/2011).

Namun jalan berkata lain. “Saya tidak menyangka, banyak pedagang yang minta dan pesan kain sambungan itu kepada saya. Mereka pesan tidak sedikit, tapi satu pedagang bisa pesan satu kodi hingga dua kodi.”

Setelah satu tahun, ia pun mulai berfikir mengembangkan usahanya. Dengan keahliannya menjahit, ia berkreasi menambah nilai jual kain yang ia buat. “Akhirnya saya mencoba untuk membuat bed cover dan tas. Alhamdulillah, tas produksinya saat ini laku tidak hanya di Beringharjo saja, tetapi di beberapa pusat perbelanjaan batik di Solo, seperti Pusat Grosir Solo dan Pasar Klewer. Selain itu, saya juga memenuhi banyak permintaan dari Tegal, Rembang, Semarang, Banjarmasin, Batam dan Bali. Meski masih menjalankan model pemasaran dari mulut ke mulut, permintaan dari berbagai daerah mulai mengalir.”

Usahanya terus berkembang, setelah produk yang diberi label Kanza Uniqka ini mendapat perhatian dari banyak kalangan. Seperti GTZ, Pemerintah Provinsi Jateng dan perbankan. Saat ini ia memiliki 17 karyawan dengan  omzet  Rp 3 juta – Rp 4 juta per bulan.

Di sisi lain produknya pun  lebih bervariasi, seperti tempat handphone, tempat laptop, tempat tisu dan kover dispenser. “Dari kain perca itu pula, anak saya bisa kuliah. Yang satu sudah lulus Teknik Kimia dan yang satu lagi masih semester 7 UMS.”

Ning mengaku, sekarang ia mulai kewalahan melayani permintaan. “Saya sebenarnya punya cita-cita untuk mempromosikan produk saya melalui media internet. Tapi saya belum berani karena saya belum bisa stok barang.”

(Hijriyah Al Wakhidah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya