SOLOPOS.COM - Penjual nasi liwet asal Desa Duwet, Baki, Sukoharjo, Tomblok, 68, saat ditemui di rumahnya, Kamis (23/6/2022). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Desa Duwet, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah dikenal sebagai sentra nasi liwet.

Hampir seluruh warga Duwet Sukoharjo memiliki usaha nasi liwet. Mereka berjualan di berbagai daerah, seperti Solo, Kartasura Sukoharjo, Klaten, bahkan hingga ke Jogja.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bahkan, salah seorang warganya pernah diboyong ke berbagai daerah untuk menjadi guru. Bukan sembarang guru, dia mengajarkan kepada orang-orang untuk membuat nasi liwet khas Duwet Sukoharjo.

Perempuan asal Duwet itu Tomblok, 65. Dia telah melakoni usaha nasi liwet sejak 40 tahun. Dia menceritakan sejumlah tawaran yang datang padanya sebelum pandemi Covid-19. Dia sering mendapat tawaran ke Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya untuk membagikan teknik hingga resep memasak nasi liwet.

“Riyen nggih pernah diajak ten Pelembang, Bali tapi mboten purun [Dulu pernah diajak ke Palembang dan Bali tapi tidak mau]. Lha tebih o, kula mboten purun. [Lah jauh, jadi saya tidak mau],” jelasnya saat dijumpai Solopos.com di rumahnya, Kamis (24/6/2022).

Baca Juga : Nasi Liwet Jadi Ikon Solo, Intip Sentra Pembuatannya di Duwet Sukoharjo

Tak hanya menularkan resep masakan nasi liwet khas Duwet Sukoharjo, Tomblok mengaku sering mendapatkan tawaran kerja sama dari sejumlah pihak. Dia menyebut pihak bandara hingga perusahaan Batik Keris. Namun, kesempatan kerja sama itu sempat terputus kala pandemi.

“Riyen saben dinten saking bandara niku mendet sedinten ping kalih [Dulu dari pihak bandara itu mengambil dua kali sehari setiap hari]. Jam 04.00 WIB kalih jam 11.00 WIB [Pada jam 04.00 WIB dan 11.00 WIB]. Sak niki naming ten Omah Lowo, pesenan Batik Keris niku kadang-kadang [Sekarang hanya di Omah Lowo, pesanan dari Batik Keris kadang-kadang],” ceritanya.

Berjualan di Solo

Tomblok mengaku masih memasak nasi liwet untuk berjualan di Nonongan, Solo. Dia memasak dan berjualan dibantu adik dan keponakannya. Dia juga sudah absen mengajar membuat nasi liwet keliling kota-kota besar di Indonesia.

Dia menyebut bahwa usaha nasi liwet saat ini sudah tidak sebagus dahulu. Dalam sehari, dia mampu memasak hingga 15 kilogram nasi liwet dahulu. Saat itu masih banyak pesanan dan kerja sama.

Baca Juga : Jadi Ikon Kota Solo, Ini Keistimewaan dari Nasi Liwet

Namun, pembuatan nasi liwet merosot saat ini. Dia hanya bisa membuat lima kilogram nasi liwet setiap hari saat ini. Harga nasi liwet ayam suwir dengan setengah potong telur rebus Rp10.000-Rp15.000. Nasi liwet dengan lauk lainnya dijual Rp20.000 per porsi.

Ditanya soal kenaikan harga bahan pokok, dia menyebut hal itu lumrah dalam usaha kuliner. Namun, pihaknya tak mau ambil pusing sehingga jarang menaikkan harga nasi liwet per porsi. “Mboten, biasa mawon. [Tidak menaikkan harga karena harga kebutuhan mahal],” ujarnya.

Guru masak nasi liwet asal Duwet Sukoharjo itu berharap nasi liwet akan tetap lestari. Selain itu perajin nasi liwet di desanya juga dapat terus berkembang.

Sentra Nasi Liwet

Diberitakan sebelumnya, Desa Duwet, Kecamatan Baki, Sukoharjo terkenal sebagai sentra pembuatan nasi liwet yang menjadi potensi perekonomian wilayah setempat. Ratusan warganya menggeluti usaha nasi liwet secara turun-temurun dan hingga kini masih lestari.

Baca Juga : Resep Nasi Liwet Solo, Makanan Khas yang Jadi Ikon Kuliner Solo

Sekretaris Desa (Sekdes) Duwet, Tri Mulato, mengatakan ada ratusan orang yang membuat nasi liwet di desanya. “Kalau 100 orang [pembuat nasi liwet di Desa Duwet] lebih. Biasanya paling banyak dijual di daerah Solo, Kartasura, Klaten, Jogja juga ada,” jelasnya saat ditemui Solopos.com di kantornya, Kamis (23/6/2022).

Dia menjelaskan salah satu warung nasi liwet legendaris di Kota Solo, Bu Wongso Lemu, juga berasal dari Desa Duwet. Bahkan, menurutnya almarhum ibunda Bu Wongso Lemu merupakan pembuat nasi liwet pertama di desa itu.

Carik desa yang juga cucu Bu Wongso itu mengatakan belum ada paguyuban yang menaungi ratusan pembuat nasi liwet di desanya. “Kalau di tingkat desa belum ada paguyuban. Di tingkat RW ada yang sudah membuat,” kata Tri Mulato.

Saat ditanya soal pengukuhan Kota Solo menjadi Kota Nasi Liwet pihaknya tak mempermasalahkannya. Meskipun, ungkap dia, banyak penjual nasi liwet di Kota Solo berasal dari desanya. “Tidak papa, karena ini [nasi liwet] kan juga belum dipatenkan Dinas Perdagangan Sukoharjo. Kalau belum dipatenkan jadi tidak ada masalah.”

Baca Juga : Dikukuhkan Jadi Ikon Kuliner Solo, Ini Respons Bakul Nasi Liwet Legend

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya