SOLOPOS.COM - Salah satu warga sedang mencari rumput di dekat sumur submersible di Desa Jaten, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Senin (17/10/2022). Sumur submersible dibangun Pemdes Jaten guna mengatasi sulit air di lahan pertanian. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Pemerintah Desa (Pemdes) Jaten, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, membangun empat sumur dalam atau submersible guna mengatasi kekeringan di lahan pertanian setempat. Berkat sumur dalam tersebut, kini para petani bisa melakukan musim tanam (MT) hingga tiga kali dari sebelumnya dua kali per tahun.

Kepala Desa (Kades) Jaten, Joko Santoso, mengatakan Pemdes membangun sumur submersible tahun 2021 dengan anggaran senilai lebih dari Rp390 juta untuk empat sumur. Anggaran pembangunan sumur dalam itu bersumber dari Dana Desa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pembangunan sumur itu guna mengatasi sulitnya air untuk mengairi sawah-sawah di Dusun Karangtengah dan Brangkalan. Hal itu khususnya terjadi saat musim kemarau.

“Sementara ini, memang baru mengairi lahan pertanian kas desa. Di lahan itu, memang jauh dari irigasi sehingga lahan pertanian itu sulit tergarap karena sulitnya air. Solusinya, ya sumur dalam itu. Kami mencoba mengatasi kelangkaan air itu di kas desa dulu, ini masih dalam percobaan,” kata Joko saat ditemui Solopos.com di Kantornya, Senin (17/10/2022).

Setiap sumur submersible memiliki kedalaman 80 meter. Satu sumur bisa mengairi lahan pertanian seluas lima bahu atau sekitar 3,5 ha.

Baca Juga: Seram Lur! Deretan Makam Tua Ini Bermunculan di WGM Wonogiri saat Kemarau

Total sawah yang teraliri air dari empat sumur submersible yaitu 20 bau atau sekitar 24 ha. Satu sumur terletak di Dusun Brangkalan dan tiga sumur berada di Dusun Karangtengah.

Sejak sumur submersible dibangun, luas produksi padi biasanya dapat mencapai tujuh ton gabah basah/bau. Sejak saat itu pula, banyak warga yang berminat menggarap sawah kas desa lantaran sawah itu kini tidak lagi kesulitan air. Padahal, sebelum sumur submersible dibangun, banyak lahan pertanian kas desa mangkrak tidak tergarap.

Menurut Joko lahan pertanian kas desa yang tergarap saat ini mencapai 48 bau dari total lahan seluas 53 bau. Dengan kata lain, hanya tersisa 5 bau lahan pertanian kas desa yang belum tergarap.

“Memang salah satu tujuannya itu. Selain mengatasi kekeringan di lahan pertanian, kami ingin meningkatkan PADes [pendapatan asli desa] dari sektor pertanian. Nanti kami arahnya, sumur itu akan dikelola BUMDes [Badan Usaha Milik Desa] Jaten. Kalau lahannya produktif, kami harap bisa meningkatkan minat warga desa menggarap sawah kas desa,” ujar dia.

Baca Juga: Petani Wonogiri Tanam Jagung Pulut, Ternyata Hasilnya Menggiurkan Lo

Dia melanjutkan, kelak petani yang akan memanfaatkan air dari sumur submersible itu akan dikenai biaya senilai Rp20.000-Rp25.000 per jam. Hanya, ketentuan itu masih dalam rencana.

Jika kemudian petani merasa keberatan, ketentuan itu akan dievaluasi kembali. Biaya sewa itu akan digunakan guna mendukung biaya perawatan dan pengisian pulsa listrik mengingat pengambilan air dari sumur tersebut digerakkan dengan listrik.

Setelah masa percobaan sumur submersible tersebut berhasil, Pemdes Jaten akan menambah sumur di lahan-lahan pertanian lain yang sulit air ketika kemarau. Dengan begitu, masalah kekeringan di sektor pertanian di Desa Jaten dapat teratasi dengan sumur dalam tersebut.

Selain sumur sumbersible, guna meningkatkan ketahanan pangan di Desa Jaten, Pemdes juga membangun jalan usaha tani (JUT). Pemdes Jaten menargetkan membangun JUT sepanjang dua km.

Baca Juga: Harga Telur Ayam Hari Ini Stabil Tinggi, Ini Kata Menteri Pertanian

Sejauh ini, realisasi JUT yang terbangun sudah mencapai hampir 50 persen, yaitu sepanjang 960 meter.

Pada 2021, terbangun sepanjang 480 meter dan 2022 terbangun 480 meter dengan anggaran masing-masing senilai Rp120 juta. JUT yang terbangun berbentuk rel dengan lebar beton kanan-kiri masing-masing 70 cm dan lebar tengah jalan 60 cm.

“Ini memang komitmen kami menciptakan ketahanan pangan di tingkat desa,” ucap Joko.

Salah satu petani penggarap lahan pertanian kas desa yang juga Ketua Badan Permusyawaratan Desa Jaten, Edi Broto Mulyono, mengatakan sumur submersible cukup mengatasi lahan pertanian kas desa yang mengalami kekeringan saat kemarau. Hanya, pemanfaatannya belum optimal.

Baca Juga: Cerita Petani Wonogiri Tetap Bertahan di Tengah Curah Hujan Tinggi

Belum semua lahan pertanian yang sulit air di Desa Jaten bisa memanfaatkan hal itu. Termasuk sawah garapannya.

“Baru sebagian yang sudah bisa memanfaatkan sumur itu. Tapi tidak apa-apa, itu masih tahap awal, baru percobaan. Ke depan, harapannya sawah-sawah lain bisa juga memanfaatkan sumur dalam itu,” kata Edi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya