SOLOPOS.COM - Atlet wushu berhijab tampil di Misa Imlek Gereja Katolik Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan Solo, Rabu (29/1/2020) malam. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO -- Yulia Widya Novita tampak kokoh dengan sikap kuda-kudanya. Bersama atlet lain, dara 17 tahun itu tampak mencolok saat tampil di Misa Imlek Gereja Katolik Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan Solo, Rabu (29/1/2020) malam.

Hijab hitam yang dikenakannya kontras dengan busana merah khas cheongsam. Gadis itu adalah atlet wushu dari Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tanpa canggung, Yulia tampil apik melagakan seni bela diri asal Tiongkok tersebut. Lima elemen wushu, yakni air yang melambangkan kelembutan, kayu sebagai tulang dan otot, api yakni kekuatan dan ketangkasan, bumi yang melambangkan pertahanan, serta logam yang menggambarkan penggunaan senjata berhasil dikuasainya.

Detik-Detik Pria Boyolali Terlindas KA di Bawah Flyover Manahan Solo

Ia piawai memainkan pedang dan tongkat sambil diiringi musik perang khas Tiongkok. Yulia menjadi satu-satunya atlet berhijab yang bermain di dalam gereja malam. Meski berbeda keyakinan, Yulia tak canggung tampil di hadapan jemaat misa di gereja tersebut.

Seni bela diri yang dilombakan di Asian Games itu telah digelutinya sejak satu dekade silam, tepatnya saat ia baru berumur tujuh tahun. Siswi SMA Negeri 6 Solo itu jatuh cinta pada wushu yang telah membuatnya menyandang beberapa gelar juara.

“Belajar wushu sejak belum berjilbab, kemudian saya berjilbab tapi enggak pengin meninggalkan wushu. Saat diundang ke gereja, saya sempat bingung, nanti bagaimana? [Kebingungan itu] Lantas saya pupus. Percaya diri saja dan ternyata sukses,” kata dia saat ditemui seusai tampil, Rabu malam.

Curi Kartu ATM, Pemuda Sragen Kuras Tabungan Tetangga

Yulia mengaku kerap pentas di hadapan banyak orang. Beberapa perlombaan yang pernah dia ikuti di antaranya Kejurnas Wushu 2019 dan PON 2016.

“Di luar sana belum banyak atlet wushu berhijab, tapi saya yakin keberadaan saya bisa memotivasi yang lain. Tampil di gereja juga salah satu cara saya menunjukkan adanya keberagaman dan kebinekaan. Apalagi olahraga ini juga bukan asli dari Indonesia. Tapi saya sampaikan, semua agama, semua etnis bisa memainkan seni bela diri ini,” ucap Yulia.

Wakil Dewan Paroki Gereja Katolik Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan, Ambrosius Marjono, mengatakan penampilan wushu dari PMS baru kali pertama digelar saat Misa Imlek. Tahun sebelumnya, panitia menampilkan kesenian barongsai.

Pemkot Solo Bangun Taman Air Apung Senilai Rp50 Miliar, Di Sini Lokasinya

“Misa Imlek kali ini memasuki tahun ketujuh sebagai bentuk inkulturasi seni dan budaya di daerah. Gereja kami umatnya juga banyak yang berasal dari etnis Tionghoa, jadi kami rayakan bersama-sama,” kata dia.

Marjono mengatakan gereja sangat menghargai tradisi dan budaya setempat. Selain Misa Tahun Baru Imlek, gereja juga rutin menggelar misa saat tahun baru Muharam.

“Tidak ada perbedaan karena gereja Katolik juga hadir untuk keharmonisan. Pada malam 1 Sura [Muharam] merupakan perpaduan budaya Jawa, sedangkan saat tahun baru Imlek, merupakan wujud harmoni dengan budaya Tionghoa,” ucap Marjono.
nana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya