SOLOPOS.COM - Siswa kelas X SLB-B YAAT Klaten mengikuti simulasi PTM di sekolah setempat di Desa Sumberejo, Klaten Selatan, Senin (20/9/2021). (Solopos-Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Siswa Sekolah Luar Biasa Bagian Tunarungu Yayasan Asuhan Anak-anak Tuna (SLB-B YAAT) Klaten, Desa Sumberejo, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten, mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.

SLB B YAAT Klaten menjadi satu-satunya SLB yang menggelar simulasi PTM mulai Senin (20/9/2021), dari total 14 SLB di Klaten.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala SLB-B YAAT Klaten, Zainudin, mengatakan simulasi dilakukan setelah SLB-B YAAT Klaten mendapatkan izin menggelar simulasi PTM dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah. Izin menggelar simulasi PTM itu diterima Zainudin pada Jumat (17/9/2021).

Baca juga: Kampung Terdampak Tol Solo-Jogja di Klaten Bak Desa Mati, Segelintir Warga Bertahan karena Alasan Ini

Jumlah total siswa SLB-B YAAT Klaten ada 92 orang di 12 kelas dari tingkat SD LB hingga SMA LB. Pengelola sekolah memastikan simulasi PTM digelar dengan protokol kesehatan ketat.

Dia menjelaskan siswa diantar dan dijemput orang tua mereka. Ada pengecekan suhu tubuh, mencuci tangan menggunakan sabun, hingga mewajibkan siswa mengenakan masker sebelum masuk kelas. Untuk menghindari kerumunan, sistem masuk kelas dibagi per sif.

“Misalkan sif pertama kelas I hingga IV kemudian sif kedua kelas V hingga kelas XII,” kata Zainudin saat ditemui di SLB-B YAAT Klaten, Senin.

Baca juga: Warung Makan di Wisata Air Klaten Sudah Buka Lur.. Tapi Umbulnya Masih Tutup

Siswa mengikuti simulasi PTM hanya selama satu jam atau dua mata pelajaran. Zainudin memastikan penerapan jarak tak jadi soal lantaran jumlah siswa per kelas rata-rata lima orang.

“Per kelas itu rata-rata jumlah siswa lima orang dan paling banyak 10 orang,” kata Zainudin.

Kendala Pembelajaran Jarak Jauh

Zainudin mengatakan PTM sangat dinantikan orang tua, guru, serta siswa. Sejak ada pandemi Covid-19, banyak kendala untuk menggelar pembelajaran jarak jauh (PJJ) kepada siswa berkebutuhan khusus tersebut.

Kendala yang dialami seperti siswa atau orang tua kehabisan kuota internet, orang tua kesulitan menjelaskan materi pembelajaran, hingga guru kesulitan memberikan materi pembelajaran secara daring lantaran perlu komunikasi khusus kepada para siswa yang merupakan penyandang tunarungu.

Pengelola SLB-B YAAT Klaten pernah menerapkan sistem guru mengunjung rumah siswa. Namun, kegiatan tersebut dihentikan lantaran risiko tinggi terhadap penularan Covid-19.

Baca juga: Si Jago Merah Lalap Rumah Warga di Trucuk Klaten

Zainudin pun mengaku pernah menggulirkan PTM terbatas pada Februari-Juni 2021. PTM terbatas tak berlanjut menyusul ada penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Apalagi pada Juni 2021, kasus Covid-19 di Klaten meninggi.

Alhasil, sistem pembelajaran dilakukan dengan orang tua secara rutin mengambil materi pembelajaran atau soal ke sekolah untuk dikerjakan siswa dari rumah masing-masing.

Terkait vaksinasi Covid-19, Zainudin memastikan seluruh guru sebanyak 20 orang sudah menerima dua kali suntikan dosis vaksin Covid-19. Sementara, ada 20 siswa yang sudah menerima vaksinasi.

“Ada siswa kami usia SMP yang sudah berusia 18 tahun dan sudah menerima vaksinasi,” jelas dia.

Baca juga: Tersisa 81.257 Pelajar Klaten Belum Divaksin, Pekan Depan Jadi Prioritas Vaksinasi

Salah satu guru SLB-B YAAT Klaten, Danilia Istikomah, mengatakan selama PJJ siswa mengerjakan tugas dari rumah masing-masing. Secara rutin guru mengecek hasil pekerjaan mereka yang dikumpulkan oleh orang tua.

Sementara itu, para siswa SLB-B YAAT Klaten antusias dengan dimulainya simulasi PTM. Mereka secara seksama mengikuti simulasi PTM meskipun berlangsung sejam.

Melalui Danilia, enam siswa kelas X SMA LB mengungkapkan rasa senang mereka mengikuti PTM meskipun hanya sejam dan dilakukan dengan pembatasan.

Mengepalkan Kedua Tangan

Mereka sudah kangen untuk kembali mengikuti pembelajaran secara tatap muka di sekolah terlebih bertemu teman-teman mereka sekelas. Dengan serempak, mereka mengepalkan kedua tangan dan diangkat setinggi bahu sebagai tanda mereka semangat mengikuti simulasi PTM.

“Pembelajaran secara daring sulit dan sudah bosan di rumah terus,” kata salah satu siswa kelas X SMA LB SLB-B YAAT Klaten, Winda, 18.



Salah satu orang tua siswa SLB-B YAAT Klaten, Yasmin, mengaku kesulitan untuk mengomunikasikan materi pembelajaran ke anaknya lantaran harus menggunakan cara khusus yakni bahasa isyarat.

Baca juga: Disebut Candi Asu, Ini Wujud Yoni di Tengah Sawah Klaten Terdampak Tol Solo-Jogja

Sementara, tak semua orang tua bisa menguasai bahasa isyarat secara lancar. Terlalu lamanya siswa mengikuti PJJ membuat mereka bosan dan cenderung menghabiskan waktu bermain ponsel.

“Kalau kami dari orang tua harapannya ini bisa berlanjut terus,” kata Yasmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya