SOLOPOS.COM - Perajin membatik menggunakan media payung di rumah produksi Bima Sena, Dukuh Pendem, Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Rabu (28/9/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Payung batik bikinan perajin di Dukuh Pendem, Desa Jarum, Kecamatan Bayat sukses menembus pasar Asia hingga Amerika. Payung batik itu lahir ketika kondisi perajin terjepit saat awal pandemi Covid-19.

Perajin yang mengembangkan payung batik itu, yakni Sularto, 42, atau yang akrab disapa Jeprik. Guna membikin payung batik, Jeprik kini dibantu 40 orang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebanyak enam orang mengerjakan payung batik di tempat produksi bernama Bima Sena sekaligus rumah Jeprik. Sementara perajin lainnya membikin payung batik dari rumah masing-masing. Dalam sebulan terakhir, Sularto kebanjiran pesanan hingga 1.000 payung batik.

Sama halnya dengan produk batik tulis pada umumnya, proses membatik pada payung dilakukan menggunakan canting. Hanya, pewarna yang digunakan yakni pewarna cat.

Beragam motif batik digoreskan pada media payung, mulai dari pola batik klasik hingga kontemporer. Motif-motif itu seperti motif tiga negeri serta motif klasik seperti kawung, sekar jagad, truntum, dan lain-lain.

Baca Juga: Payung Khas Juwiring Klaten Tarik Perhatian Wisawatan Lokal dan Mancanegara

“Terkait motif sesuai dengan permintaan pemesan. Saat ini untuk lokal yang baru tren motif warna cerah seperti motif tiga negeri. Kalau pasar luar negeri lebih ke motif klasik,” kata Jeprik, Rabu (28/9/2022).

Jeprik menjelaskan ide payung batik itu buah dari kondisi terjepit saat awal pandemi Covid-19. Jeprik sejak 1998 menjadi perajin batik kayu dengan pasar hingga mancanegara. Gara-gara pandemi Covid-19, pemasaran tiba-tiba macet.

“Dulu itu kami main di kayu. Lantaran ada Covid-19, akhirnya mandek. Waktu itu hujan deras, kami bingung mau menggarap apa. Kok dipojokan ada payung,” kenang Jeprik.

Jeprik lantas bereksperimen. Awalnya, dia mencoba membatik pada payung.

Baca Juga: Pria Lulusan SD di Bener Klaten Ini Ahli Bikin Gitar tapi Tak Jago Memainkannya

Semula, pewarna tak bisa menempel pada bagian atas payung. Hingga enam kali mencoba, Jeprik menemukan oplosan berbagai merek cat yang tepat hingga bisa menempel pada payung.

“Setelah enam kali mencoba akhirnya bisa masuk. Kemudian istri saya suruh nyanting tidak pakai pola. Setelah jadi, kemudian diunggah melalui IG [Instagram],” kata Jeprik.

Tak disangka, unggahan foto payung batik itu membuat orang India kepincut. Jeprik pun mendapatkan order payung batik perdana dari India.

Setelah itu, order berdatangan. Tak hanya India, order dari luar negeri berdatangan dari berbagai negara seperti Hong Kong, Amerika, serta Australia.

Baca Juga: Produksi Rumahan! Blangkon Bayat Klaten Dipasarkan hingga Makasar

“Jumlah order tergantung pemesanan. Tetapi alhamdulillah, bulan ini sudah menyelesaikan 1.000 payung batik. Harga minimal Rp150.000 per biji dan maksimal Rp450.000 per biji. Untuk motif, kami mengikuti pasar mereka. Kalau tidak ada permintaan, motif yang kami goreskan menjunjung dari motif Jawa,” jelas dia.

Order payung batik tak hanya mendukung kepentingan aksesori. Ada pula order payung batik untuk kepentingan sehari-hari sebagai penahan panas dan hujan.

Soal daya tahan pewarna pada payung batik, Jeprik mengatakan dari sampel payung yang dia buat saat ini, warnanya masih terjaga hingga kini meski kondisi payung sudah rusak.

Jeprik kini terus mengembangkan inovasi payung batik termasuk batik kayu serta kain. Belum lama ini, dia membuat sampel untuk buyer asal Jepang.

Baca Juga: Ternyata Klaten Dikenal sebagai Kota Dalang, Ini Alasannya

Salah satu pembatik yang ikut membikin payung batik, Wiji Lestari, 46, mengatakan guna membatik dengan media satu payung membutuhkan waktu dua hingga tiga hari. Membatik dengan media payung dinilai lebih sulit dibandingkan membatik pada kain.

“Perbedaannya itu kalau di payung jangan sampai salah. Sekali salah akan susah menghapus,” kata wanita yang sejak kecil sudah mahir membatik tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya