SOLOPOS.COM - Reog Ponorogo, kesenian tradisional asal Indonesia yang pernah diklaim Malaysia (Ponorogo.go.id)

Solopos.com, PONOROGO–Tentu sebagian masyarakat Indonesia sudah tak asing lagi dengan kesenian Reog asal Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Kesenian ini bahkan sempat viral karena diklaim oleh negara tetangga, Malaysia.

Kesenian berbentuk tarian singa barong raksasa ini memang memiliki daya tarik tersendiri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pertunjukan reog biasanya dibarengi dengan penampilan debus dan juga bela diri. Namun, pernahkah Anda mengetahui? Bagaimana asal-usul dan mitos dari warisan budaya Indonesia yang satu ini?

Dikutip dari unesa.ac.id Jurnal Ilmiah Paramasastra Vol.4, oleh Siwi Tri Purnani, Selasa (7/12/2022), diceritakan bahwa terdapat berbagai versi cerita tentang asal-usul tarian Reog Ponorogo.

Namun, diantara berbagai versi yang ada, satu yang paling banyak dikenal adalah kisah pemberontakan seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa di abad ke-15 yakni Ki Ageng Kutu.

Ki Ageng Kutu marah besar karena merasa bahwa raja mendapat pengaruh kuat dari istrinya yang berasal dari China. Disamping itu, Ia juga menyayangkan korupsi yang marak terjadi di pemerintahan saat itu.

Kemudian Ki Ageng Kutu pergi meninggalkan kerajaan dan mendirikan sebuah perguruan. Di sana, Ia melatih bela diri, ilmu kekebalan, dan kanuragan kepada para pemuda yang diharapkan kelak mampu menjadi jalan kebangkitan Majapahit.

Ki Ageng Kutu yang menyadari bahwa kekuatannya masih belum cukup kemudian menyampaikan pesan politisnya kepada Raja melalui sebuah pertunjukan seni Reog. Reog ditampilkan dengan topeng yang berbentuk seperti kepala singa, atau disebut sebagai singa barong.

Singa yang dikenal sebagai raja hutan digunakan sebagai simbol Kertabhumi. Di atas kepala singa tersebut terdapat bulu-bulu merak yang merupai sebuah kipas raksasa. Bulu merak tersebut menjadi simbol kuatnya pengaruh dari China yang mengatur Majapahit di masa itu.

Selain itu terdapat penampilan jatilan atau tarian kuda-kudaan yang menjadi simbol kekuatan pasukan Majapahit. Kekuatan tersebut memiliki perbandingan yang kontras dengan kekuatan warok yang digambarkan dengan peragaan tarian dengan topeng berwarna merah.

Warok menjadi simbol kekuatan dari pihak Ki Ageng Kutu.Yang paling menakjubkan dari kesenian reog, topeng Singa barong seberat 50 kg tadi diangkut oleh satu orang hanya menggunakan gigi.

Pertunjukan reog yang dilakukan oleh Ki Ageng Kutu di tengah masyarakat kemudian mengundang emosi Kertabhumi. Kemudian Kertabhumi menyerang perguruan Ki Ageng Kutu. Namun upaya Kertabhumi memberantas Warok tersebut tak serta-merta berhasil.

Murid-murid yang dulu dilatih oleh Ki Ageng Kutu tetap meneruskan perguruan tersebut secara sembunyi-sembunyi.

Meskipun demikian, pertunjukan reog tetap diizinkan untuk tampil karena sudah terlanjur menjadi kesenian yang digemari dan populer di masyarakat dari dulu, bahkan sampai dengan saat ini.

Melansir dari laman ponorogo.go.id, pemerintah hingga kini berupaya untuk memperkenalkan kesenian Reog ke seluruh penjuru dunia. Sebanyak 14 seniman Reog Ponorogo bahkan diberangkatkan ke Benua Eropa untuk melakukan pertunjukan di empat negara yakni Belanda, Belgia, Jerman, dan Perancis pada September lalu.

Kabar terbaru, sebuah Monumen Reog Ponorogo (MRP) akan didirikan di atas perbukitan kapur di Kawasan Sampung, Kabupaten Ponorogo. Ikon ini digadang-gadang menjadi yang terbesar, dengan tinggi 126 meter, lebih tinggi daripada patung Garuda Wisnu Kencana yang ada di Bali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya