SOLOPOS.COM - Kegiatan produksi batik CV Dewi Arimbi di Telukan, Grogol, Sukoharjo.(Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN–Sejak 2018 lalu, produk kerajinan batik Dewi Arimbi yang beralamat di Telukan, Grogol, Sukoharjo, sukses menembus pasar New Jersey, negara bagian dari Amerika Serikat.

Siapa sangka, keberhasilan ekspor kain batik ke luar negeri itu diawali dari sebuah keisengan belaka.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Awalnya iseng saja. Saya coba kirimkan banyak sampel kain batik ke buyer. Dari situ ternyata ada buyer yang suka. Akhirnya mereka order ke kita. Alhamdulillah, sekarang ada tiga buyer yang jalin kerja sama dengan kita,” papar Dewi Arimbi, 40, owner CV Dewi Arimbi, kepada Solopos.com, Selasa (31/8/2021).

Baca Juga: Catat Ya! PPKM Diperpanjang Lagi, STRP Masih Jadi Syarat Penumpang KRL

Arimbi memang menomorsatukan kualitas untuk membidik pasar luar negeri. Ia sengaja memilih jenis kain kualitas grade A. Ia tidak ragu me-reject produk kain batik apabila hasil produksi tidak sesuai ekspektasinya. Biasanya, kain yang di-reject itu karena ketidaksesuaian warna akibat pengaruh pengeringan yang kurang maksimal.

“Sebagian produk tidak saya approve karena saya benar-benar menjual kualitas. Mengapa kualitas saya kedepankan? Karena kita komunikasi dengan buyer itu hanya melalui email dan WA. Kita tidak bertatap muka secara langsung. Jadi, mereka hanya melihat kualitas produk batik kita. Jadi kualitas itu yang harus saya jaga,” papar Dewi.

Dalam setahun, Dewi bisa tiga kali mengekspor produk kain batik ke New Jersey. Sekali ekspor, minimal ia mengirimkan 6.000 yard (1 yard=91,4 cm). Paling tinggi, Dewi bisa mengirimkan 25.000 yard kain batik.

Baca Juga: Orchita Batik Solo Dobrak Pakem Agar Terlihat Kekinian

Ditinggal Suami Tersayang

Dewi Arimbi bersama dua putranya. (Istimewa)
Dewi Arimbi bersama dua putranya. (Istimewa)

Datangnya Pandemi Covid-19 sempat menjadi pukulan telak bagi usaha yang digeluti Dewi. Pamdemi membuat hampir semua negara termasuk Indonesia dan New Jersey sebagai sasaran ekspor batik memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat.

Hal itu berdampak pada keterlambatan pemesanan dan pengiriman. Bahkan, suami tersayang Dewi juga meninggal dunia karena positif Covid-19. Selama pandemi, Dewi tetap melayani order dari buyer dalam dalam keterbatasan. Bahkan, Dewi juga sudah mendapat kontrak order kain batik untuk tahun depan.

Guna menunjang tumbuh kembang usahanya, Paramita iseng mengikuti UMKM Virtual Expo 2021 yang digelar Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Solo bekerja sama dengan Solopos Media Group. Pelatihan yang diikuti puluhan peserta itu digelar secara bertahap, April 2021-Juni 2021.

Baca Juga: PPKM Diperpanjang Tak Dibarengi Solusi Jelas, PHRI DIY Minta Wisata Dibuka

Dari kegiatan itu, Dewi baru sadar ada peluang besar untuk mengoptimalkan penjualan di pasar domestik. Bila sebagian besar pengusaha baru berpikir go internasional setelah sukses menakhlukkan pasar domestik, Dewi justru sebaliknya. Ia malah belum punya pengalaman memasarkan produk batiknya ke pasar lokal meski terbilang sukses menjual batiknya ke luar negeri.

“Dalam UMKM Virtual Expo, ada pelatihan packing dan branding untuk membidik pasar lokal. Sekarang saya baru proses ke sana. Rencana saya akan memasarkan produk fashion, bukan kain. Dalam pelatihan itu ada banyak teman. Itu jadi pelecut semangat saya untuk membidik pasar lokal. Tentunya dengan memanfaatkan marketplace seperti Shopee atau Tokopedia,” papar Dewi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya