SOLOPOS.COM - Petugas dari Gudang Bulog Logandeng sedang menurunkan jatah beras miskin untuk warga di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Jumat (5/8/2016). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Beras Bulog untuk serapan segera selesai.

Harianjogja.com, JOGJA-Perum Bulog Divre DIY optimistis target serapan beras tahun 2016 akan tercapai November mendatang. Sampai saat ini, realisasi serapan sudah mencapai 83%.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Realisasinya sampai saat ini 51.600 ton atau sebesar 83 persen dari target 62.500 ton,” kata Kepala Perum Bulog Divre DIY, Miftahul Adha, Jumat (14/10/2016).

(Baca Juga : BERAS BULOG : Bulog Melayani Pembelian Langsung dari Petani)

Kendala yang dihadapi Bulog selama proses penyerapan beras adalah harga yang semakin naik. Saat ini masa panen padi sudah berakhir sehingga harga beras yang ditawarkan petani cenderung lebih tinggi. Selain itu, kerap kali petani menawarkan harga beras seperti harga di pasaran yang standarnya lebih tinggi dari harga yang ditetapkan Bulog yaitu Rp7.300 per kilogram (kg).

“Tapi keunggulan Bulog bisa mencairkan uang sekaligus, kalau pihak lain pembayarannya tempo. Kalau kita langsung cash,” kata dia.

Sebelumnya, Mifta sempat mengatakan Bulog ingin menstabilkan harga beras menjadi di bawah Rp8.000 per kg. Pasalnya, harga beras yang beredar di pasaran saat ini berada di atas Rp8.000 per kg. Upaya agar harga beras stabil adalah dengan operasi pasar langsung maupun melewati jaringan usaha seperti Rumah Pangan Kita (RPK). Bulog juga ingin bekerja sama dengan pedagang pengecer sehingga mereka bisa menjual sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan Bulog.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Agro Jogotirto Mandiri Berbah, Sleman, Mariyadi mengatakan jika pemerintah ingin harga beras di bawah Rp8.000, berarti harga jual dari petani juga harus diturunkan karena rata-rata petani menjual beras sekitar Rp8.300 per kg. Menurutnya subsidi pada harga dari pemerintah bisa efektif menurunkan harga beras di pasaran.

“Kalau subsidi harga, petani tetap diuntungkan dari pada subsidi pupuk atau bibit,” katanya. Menurutnya, dalam menentukan harga beras, pemerintah juga perlu mempertimbangkan nasib petani dengan mempertimbangkan biaya produksi yang mereka keluarkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya