SOLOPOS.COM - Pegawai Bappeda Klaten menunjukkan sampel beras Rajalele Srinuk dan Srinar yang diluncurkan di Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Klaten, Selasa (22/10/2019). (Solopos-Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Benih varietas padi rajalele Srinuk dan Srinar diperkirakan siap disebar ke petani pada Juni 2020.

Untuk pengembangan benih sebar, Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten menerima 600 kg benih sumber dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Widiyanti, mengatakan meski sudah dinyatakan lolos sidang pelepasan varietas, ada tahapan yang harus dilalui hingga benih Srinuk dan Srinar diperbolehkan disebar ke petani.

“Ada benih pokok. Itu yang mengamankan dari Batan. Dari Batan kami mendapatkan benih sumber. Dari benih sumber kami kembangkan menjadi benih dasar kemudian kami kembangkan menjadi stock sheed. Setelah itu baru dikembangkan lagi menjadi benih sebar. Nah, benih sebar inilah yang nanti akan dikembangkan petani,” kata Widiyanti saat ditemui di Desa Sudimoro, Kecamatan Tulung, Klaten, Senin (11/11/2019).

Untuk mengembangkan benih menjadi benih sebar, DPKPP sudah mendapatkan benih Srinuk dan Srinar sumber dari Batan seberat 600 kg. Saat ini, tahapan produksi benih memasuki pengembangan benih sebar.

Widiyanti menuturkan untuk mendapatkan benih sebar membutuhkan proses sesuai masa tanam padi. Rata-rata usia tanaman padi selama 120 hari atau empat bulan.

Selain itu, ada masa dormansi atau masa istirahat selama sebulan yang harus dilalui hingga benih padi siap ditanam.

“Setelah dipanen, padi harus istirahat selama sebulan baru disebar untuk benih. Kalau tidak melalui masa dorman, pertumbuhan tanaman akan terganggu,” kata dia.

Alhasil, butuh waktu paling cepat lima bulan untuk mendapatkan benih rajalele Srinuk dan Srinar yang siap didistribusikan ke petani.

“Insyaallah Mei-Juni 2020 baru ada [benih sebar],” ungkapnya.

Soal pengembangan benih sebar, Widiyanti mengatakan dilakukan di Unit Balai Benih Tanaman Humo DPKPP Klaten yang berada di Desa Semangkak, Kecamatan Klaten Tengah. Di Humo, ada lahan sekitar 4 ha untuk pengembangan benih sebar varietas Srinuk dan Srinar.

Selain Humo, pengembangan benih sebar dilakukan para penangkar terutama petani yang terlibat dalam proses penelitian varietas rajalele Srinuk dan Srinar. “Kalau total butuh sekitar 10 ha untuk pengembangan benih sebar,” kata dia.

Widiyanti menargetkan pada pertengahan 2020 sudah ada 4 ton benih rajalele Srinuk dan Srinar yang siap didistribusikan ke petani.

“Sebanyak 4 ton benih itu nanti diujicobakan dulu,” jelas Widiyanti.

Soal harga benih rajalele Srinuk dan Srinar, Widiyanti mengatakan masih dalam tahap kajian.

“Kami kaji dulu berapa nilai BEP [break event point]. Kami hitung agar para petani penangkar mendapatkan keuntungan yang wajar serta harga benihnya terjangkau oleh petani di Klaten,” jelas dia.

Diberitakan sebelumnya, terciptanya varietas padi rajalele Srinuk dan Srinar merupakan hasil kerja sama Pemkab dan Batan mulai 2013. Penelitian memanfaatkan teknologi nuklir dengan metode mutasi genetik benih padi rajalele indukan.

Kedua varietas itu dinyatakan lolos uji berdasarkan hasil sidang pelepasan varietas pada Juni 2019 dan diluncurkan pada akhir Oktober 2019. Sejak diluncurkan, benih rajalele Srinuk dan Srinar diburu para petani.

Petani mempertanyakan ketersediaan benih Srinuk dan Srinar ke DKPP hingga petani peneliti varietas rajalele baru itu.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Klaten, Wening Swasono, mengatakan perlu pengujian penanaman varietas baru padi rajalele tersebut tersebar ke berbagai daerah.

Hal itu menyusul tingkat kesuburan tanah hingga ketersediaan air irigasi di setiap wilayah berbeda dan diyakini berpengaruh pada hasil produksi varietas baru tersebut.

“Sejak diluncurkan, varietas itu dipromosikan memiliki ketinggian tanaman yang pendek dan umur tanaman singkat namun produktivitasnya tinggi. Ini perlu dikaji pada kondisi lahan seperti apa hingga mendapatkan hasil seperti itu? Karena tidak semua lahan di Klaten memiliki karakteristik yang sama,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya