SOLOPOS.COM - Talut darurat di belakang rumah Warsini, 43, di Dukuh Gabusan RT 002/RW 011, Tangkil, Sragen Kota, Sragen, Kamis (22/3/2018). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

BPBD Sragen dan warga Tangkil bekerja bakti membangun talut sungai untuk mencegah rumah warga ambruk ke sungai.

Solopos.com, SRAGEN — Selama dua hari ini dapur Warsini, 43, tak pernah sepi. Sejumlah tetangga dan sanak saudara berkumpul untuk memasak porsi besar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Warga di Dukuh Gabusan RT 002/RW 011, Desa Tangkil, Kecamatan Sragen Kota, Sragen, tersebut tidak sedang hajatan. Memasak besar dilakukan Warsini dan keluarga itu untuk melayani konsumsi sedikitnya 35 orang warga dan gabungan tim search and rescue dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Senkom, dan MDMC.

Puluhan orang itu bergotong-royong membuat talut temporer dari tumpukan sand bag berisi tanah di belakang rumah Warsini, Kamis (22/3/2018). Parapet sepanjang 30 meter dan setinggi 10 meter di bibir Sungai Mungkung itu ambrol saat banjir, Selasa (13/3/2018) lalu.

Semula jarak dinding rumah Warsini dengan bibir sungai masih 3 meter. Setelah parapet ambrol, jarak dinding dan bibir sungai tinggal 1 meter.

Baca juga:

“Owalah, pas bena niku sewengi boten saget tilem. Lemah teng jero ngomah niki sampun nela. Abrak sedanten sampun didalke. Kula sak keluwarga namung waswas, nek omahe melu ambruk piye. [Owalah, ketika banjir itu semalam tak bisa tidur. Tanah di dalam rumah sudah retak. Semua peralatan rumah dikeluarkan semua. Saya sekeluarga hanya waswas kalau rumahnya ikut ambruk bagaimana],” ujar Warsini sambil membawa peralatan memasak saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis siang.

Ia menunjukkan kondisi lantai rumah yang tanahnya retak, mulai dari dapur dan sebagian ruang utama rumah. Ia tidak tahu harus bagaimana. Ia hanya bisa sambat dengan Kepala Desa Tangkil.

Keluh kesah itu kemudian direspons tim BPBD Sragen dan tim SAR lainnya untuk membuatkan talut sementara. “Kalau nanti dibangun lagi, kami ingin fondasinya dibuat dari bronjongan batu agar lebih kuat,” ujarnya.

Ngatinah, 45, yang tinggal bersebelahan dengan Warsini juga waswas saat banjir karena jarak dinding rumahnya dengan bibir sungai juga hanya 1 meter. Ia hanya bisa berharap agar ambrolnya parapet di belakang rumah Warsini tidak merembet ke bagian rumahnya.

Warga dan tim gabungan SAR Sragen bekerja bakti bersama. Sebagian mengisi sand bag dengan tanah padas. Tumpukan karung berisi tanaha itu diangkut ke belakang rumah. Sebagian warga lainnya sibuk menata tumpukan sak berisi tanah itu membentuk undakan. Setiap undakan dipasang patok yang terbuat dari bambu.

Gayuh Baroto, salah satu anggota Satgan BPBD Sragen, bertubuh besar dan lumayan tinggi. Tenaga Gayuh dibutuhkan untuk menancapkan patok setinggi lebih dari 1 meter itu dengan palu kayu berukuran besar. “Ternyata juga lelah juga!” keluhnya.

Terik panas matahari cukup menyengat. Pantulan panas dari air sungai juga membuat keringat warga peserta gotong-royong bercucuran. Kasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Sragen, Untung Darmadi, menyampaikan ada 1.000 lembar sak yang disediakan BPBD untuk membuat talut sementara itu.

Material tanahnya, kata dia, disuplai dari Balai Desa Tangkil. Sudah dua rit truk yang mengantar material tanah itu. Untung menargetkan kerja bakti itu dilakukan selama tiga hari, mulai Rabu-Jumat (21-23/3/2018).

“Warga yang ikut kerja bakti ada 15 orang. Kerja bakti ini dilakukan secara bergantian dari warga di lingkungan RT 002 dan RT 001. Ini sebagai bentuk kepedulian terhadap bahaya bencana,” kata Ketua RT 002/RW 011 Gabusan, Tangkil, Sragen, Sugimin, 46, saat berbincang dengan Solopos.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya