SOLOPOS.COM - Warga melihat kondisi tanah longsor atau retak di belakang rumah Surami, 65, di Dukuh Pungkruk RT 004, Desa Ngepringan, Jenar, Sragen, Minggu (14/1/2018). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Seorang nenek-nenek di Ngepringan, Sragen, tidak mau mengungsi meski rumahnya terancam longsor karena tanah retak.

Solopos.com, SRAGEN — Surami, 65, tiba tergopoh-gopoh di rumahnya di Dukuh Pungkruk RT 004, Desa Ngepringan, Jenar, Sragen. Ia dikabari tetangga bahwa Ketua RT 004, Sugiyo, akan datang melihat kondisi rumah dan rekahan tanah di belakang rumahnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Nenek-nenek berhijab itu terlihat masih ngos-ngosan setelah berjalan sejauh 300 meter dari lokasi kerja bakti membangun jalan desa secara bergotong-royong. Surami tinggal sendiri di rumah berlantai tanah dan berdinding asbes bantuan dari program bedah rumah tidak layak huni (RTLH) dua tahun lalu.

Sebagai orang tua tunggal, Surami juga kepala keluarga sehingga harus ikut bekerja bakti. “Ya, sekadar mengangkat ember berisi pasir juga masih kuat,” katanya terkekeh sampai kelihatan beberapa giginya tersisa saat berbincang dengan wartawan, Minggu (14/1/2018).

Rumah bagian belakang Surami sudah dibongkar warga pada Senin (8/1/2018) lalu. Lantai tanah di rumah belakang hingga ke dapur retak dengan rongga selebar lima sentimeter. Warga khawatir jika rumah itu tidak dibongkar bisa membahayakan rumah Surami.

Rekahan rumah di kebun belakang terus bertambah. Tanah yang ambles ke tebing bertambah dalam. Tanah ambrol itu semula hanya 50 sentimeter bertambah menjadi 100 meter.

“Kalau masih hujan ya bergerak tanahnya. Saya ya waswas kalau tahu-tahu tanahnya longsor semua. Saya tetap memilih bertahan di rumah ini saja,” ujarnya.

Sugiyo sebagai ketua RT sudah menyarankan Surami untuk menempati rumahnya yang kosong yang tak jauh dari rumah Surami. Tawaran Sugiyo itu hanya dijawab senyum Surami. Sugiyo hanya bisa meminta Surami supaya tetap waspada bila terjadi hujan deras dan ada tanda-tanda tanah longsor lagi.

Selain itu, Sugiyo mengupayakan bantuan bis beton untuk membuat gorong-gorong supaya aliran air hujan bisa terbuang langsung ke sungai. “Kalau tidak ada tanaman keras dan bambu, tanah milik Mbah Rami ini sudah habis longsor ke tebing semua. Bisa jadi kondisinya lebih parah lagi. Sekarang sudah ada banyak tanaman keras saja masih longsor dan terus bertambah,” ujar Sugiyo.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen sudah meninjau kondisi rekahan tanah dan longsoran tanah di belakang rumah Surami. Lewat kunjungan BPBD itu, Sugiyo menaruh harapan besar untuk mendapat bantuan material pasir dan semen untuk melanjutkan pekerjaan gorong-gorong itu. Ia hanya bisa mengandalkan bantuan dari pemerintah untuk membuat sarana drainase warga itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya