SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pengiriman Bantuan Air (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Pengiriman Bantuan Air (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Pengiriman Bantuan Air (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN  — Puluhan tandon air cadangan yang terbuat dari terpal rusak. Akibatnya, pengedropan air bersih di sejumlah daerah yang kekeringan tak dapat maksimal karena masyarakat harus mengambil air langsung dari tangki PDAM.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Seksi (Kasie) Bantuan Korban Bencana Bidang Bantuan Jaminan Sosial (Banjamsos), Dinsos Sragen, Budi Paryono, Senin (16/9/2013), menguraikan karena sistem pengambilan air bantuan yang tak langsung didrop ke tandon air buatan itu, mereka tak bisa bekerja maksimal.

Dalam sehari, satu mobil tangki hanya bisa melakukan dua atau tiga kali pengedropan. Akibatnya, beberapa daerah banyak yang belum terkover bantuan. Padahal, hingga saat ini sudah ada sekitar 27 desa di enam kecamatan yang mengajukan permintaan air bersih. Sedangkan di masing-masing desa ada sekitar tiga hingga empat dukuh yang diusulkan untuk mendapatkan bantuan.

Tangki Air

Tandon air buatan dengan terpal itu biasanya digunakan setiap kali musim kemarau untuk membantu mempercepat pengedropan air bersih dari pemerintah. Namun akhir-akhir ini, tandon yang merupakan bantuan dari pihak swasta itu rusak sehingga tak bisa dipakai. Sementara, pemerintah setempat belum memiliki anggaran dana untuk pengadaan tandon terpal tersebut.

Dengan sistem pengedropan air tanpa tandon itu, kata Budi, pengedropan setiap satu desa bisa dilakukan setiap lima hari sekali. Padahal, normalnya setiap dua atau tiga hari sekali. Tak hanya tandon yang minim, jumlah tangki air yang hanya lima armada, menurutnya juga ikut andil. Padahal, jarak antara satu daerah ke daerah lainnya berbeda-beda. Bahkan, kabarnya, dari lima armada itu hanya empat dioperasikan karena satu armada lainnya dijadikan sebagai mobil cadangan sehingga tak beroperasi rutin.

Menurut Budi, kondisi kekeringan saat ini sudah mulai mengkhawatirkan. Bahkan, ia mengklaim beberapa wilayah potensi kekeringan yang belum mengajukan permintaan air ke Dinas Sosial (Dinsos), langsung didrop air bersih. Pengedropan air kali pertama, kata Budi, dilakukan pada 3 September lalu. Hingga saat ini, mereka sudah melakukan pengedropan sebanyak 96 kali.

“Kendalanya ya itu Mbak, enggak ada tandon sehingga driver harus menunggu pengisian dengan mengecer dan menghabiskan waktu lama. Sehingga mereka enggak bisa segera bergerak ke wilayah lainnya,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya