SOLOPOS.COM - Wisatawan sedang menikmati keindahan bawah air di umbul Ponggok, Polanharjo, Klaten, Senin (13/1/2014). Keindahan bawah air di beberapa umbul (mata air) di Klaten mempunyai potensi yeng cukup besar untuk dikembangkan sebagai obtek wisata. (Sunaryo HB/JIBI/Solopos)

Bencana Karanganyar menimpa talut bendungan irigasi di Karangpandan.

Solopos.com, KARANGANYAR–Talut bendungan simpar setinggi 15 meter di Dusun Simpar, Desa Tohkuning, Karangpandan ambrol, Jumat (29/7/2016) sekitar pukul 10.00 WIB.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Tidak ada korban jiwa akibat kejadian itu. Tetapi, saluran irigasi milik sejumlah petani di Desa Tohkuning, Karangpandan dan Desa Sewurejo, Mojogedang tersumbat. Akibatnya, area persawahan seluas 60 hektare (ha) di Desa Sewurejo tidak mendapat aliran air sementara waktu.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, talut bendungan setinggi 15 meter itu longsor selebar 30 meter. Camat Karangpandan, Aji Pratama Heru Kristianto, menyampaikan longsor itu mengakibatkan pipa irigasi dari bendungan simpar di Tohkuning sampai Sewurejo rusak.

“Pipa untuk mengalirkan air dari bendungan ke sawah rusak terkena tanah longsor. Tanah longsor juga menyumbat aliran air bendungan. Tanah longsor juga mengenai pipa air bersih milik warga,” kata Heru, sapaan akrab Aji Pratama Heru Kristianto, saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (30/7/2016).

Heru mengungkapkan warga Tohkuning bekerja bakti membuka aliran air bendungan, Sabtu. Namun, mereka belum dapat memperbaiki bendungan dan saluran irigasi yang rusak. Heru mengungkapkan sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar.

“Kalau memperbaiki bendungan dan saluran irigasi butuh perencanaan teknik. Kami hanya membuka aliran air pada bendungan supaya air bisa mengalir lancar. Bupati memerintahkan melakukan tindakan kedaruratan,” tutur dia.

Sementara itu, Kepala Desa Sewurejo, Suharno, menyampaikan dampak tanah longsor kepada petani di Desa Sewurejo. Air dari bendungan digunakan untuk mengairi sawah seluas 60 ha di Desa Sewurejo. Menurut dia, petani terdampak tanah longsor memutuskan menggunakan pipa darurat untuk mengalirkan air dari bendungan ke sawah.

“Ambil jalur lain dari bendungan. Petani kan punya pipa darurat. Pakai 2-3 pipa darurat itu sementara. Swadaya masyarakat. Yang penting sawah mendapat pasokan air,” ujar dia saat dihubungi Solopos.com, Sabtu.

Suharno mengungkapkan bendungan itu sudah pernah longsor sekitar tiga tahun lalu. Lokasi longsor tidak jauh dari longsor yang terjadi pada Jumat. Talut yang longsor tiga tahun lalu sudah ditambal.

“Enggak menyangka [longsor] malah geser. Yang longsor itu memang belum ditalut mbak. Hari ini sudah mulai kerja bakti. Lebih cepat karena ada sawah yang sedang mulai tanam,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya