SOLOPOS.COM - Jajaran Muspida mengunjungi lokasi terjadinnya longsor di Banaran, Kerjo, Karanganyar. Sabtu (3/12/2016) pagi. (JIBI/Solopos/Istimewa/Polres Kerjo)

Bencana Karanganyar, BPBD mengusulkan agar warga di lokasi rawan bencana direlokasi.

Solopos.com, KARANGANYAR — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karanganyar mengusulkan relokasi warga di sejumlah wilayah rawan bencana longsor.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Beberapa di antara mereka tersebar di Gerdu Karangpandan, Trengguli Jenawi, Plosorejo Kerjo, Wonorejo Jatiyoso, dan lain-lain. Warga yang akan direlokasi adalah warga yang menjadi korban longsor maupun berada di lokasi rawan longsor.

Ekspedisi Mudik 2024

Kepala Pelaksana Harian BPBD Karanganyar, Nugroho, menyampaikan hal itu saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (4/2/2017). “Ya kan tahun lalu ada longsor di Plosorejo. Itu dekat tebing. Beberapa lokasi itu kami ajukan [relokasi] ke provinsi. Saran kami untuk relokasi. Kalau jumlah warga, sedang pendataan dan verifikasi,” kata Nugroho.

Nugroho menceritakan kondisi lokasi rawan longsor di Plosorejo, Kerjo. Menurut dia, masih ada lokasi menyerupai ceruk yang terdapat air menggenang. (Baca: 24 Rumah di Kerjo Retak-Retak, 10 Keluarga Mengungsi)

Nugroho menyebutnya menyerupai rawa dan masih aktif atau air mengalir ke ceruk tersebut. Lokasinya berada di atas permukiman. Bahkan jalan di dekat balai desa itu sudah bergeser tiga kali. Tetapi, Nugroho menjelaskan tidak bisa merelokasi seluruh warga yang menginginkan relokasi.

“Ada belasan orang mengajukan relokasi. Tetapi kan enggak bisa serta merta disetujui. Harus ada verifikasi. Kami pertimbangkan lokasi dan tingkat kerawanan,” tutur dia.

Dia berharap warga tidak menjadikan relokasi sebagai satu-satunya solusi. Nugroho kembali mengingatkan peran masyarakat peduli terhadap lingkungan sekitar. Masyarakat harus memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan. Misalnya, menanam pohon yang dapat menyerap air, membenahi saluran serta mengubah pola hidup.

Nugroho kembali mengingatkan peran pemerintah desa mengingatkan warga melakukan mitigasi bencana secara sederhana. Dia mengklaim sudah menyosialisasikan mitigasi bencana sederhana kepada warga di lokasi rawan bencana.

Menurut dia, sejumlah warga sudah mulai mawas, terutama saat musim penghujan. Bencana tanah longsor tidak selalu terjadi di lokasi berbukit tinggi maupun lembah. Longsor dapat terjadi di lokasi dengan bentuk bukit landai.

“Bisa saja terjadi di wilayah dengan bukit yang landai. Kan tergantung kontur tanah dan kemiringan. Desa yang memiliki kontur bukit dan lembah harus mawas diri. Jangan lelah mengingatkan warga untuk peduli dan tanggap terhadap kondisi lingkungan. Sekali lagi budaya masyarakat. Kalau masyarakat peduli, ya aman.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya